L I M A B E L A S

2.4K 167 9
                                    

Selamat membaca para readers ku:*

***

Junxi melempar sobekan kertas itu. Sobekan yang sudah menjadi rusak dan tersobek menjadi bagian kecil sekarang tersebar dilantai sel yang dingin.

Lu Ran menghela nafas sambil menatap potongan sobekan surat itu. Lalu menatap Junxi melalui ekor matanya, Junxi tampak kesal.

Junxi masih duduk, tangannya juga masih mengepal namun dia tak lagi menangis. Setau Lu Ran, Junxi sangat susah dibuat menangis, bisa dibilang ini adalah kedua kalinya Lu Ran melihat Junxi menangis, pertama kali saat Junxi menatap kepergian kedua orang tuanya.

Bahkan saat dirinya berpisah dengan Luo Xi, dia tidak menangis, namun sejak saat itu sikapnya menjadi dingin dan tak seceria dulu.

Nafas Junxi memburu, Lu Ran masih diam. Tak berani mengajak Junxi bicara, karena Junxi bisa menjadi sangat kasar saat dia kesal. Dan Lu Ran belum pernah melihat Junxi sekesal ini. Terlalu menyeramkan baginya.

"Lu Ran..."

Lu Ran menoleh takut takut pada Junxi. Dia memberanikan diri untuk tersenyum tipis pada Junxi yang sedang menatapnya.

"Kau tau rasanya jatuh cinta pada kakak sendiri? Lucu, ya?" Junxi tersenyum miris.

Perasaan Lu Ran memanas, Junxi tak seharusnya terluka lagi. Dan lagi lagi, urusannya berhubungan dengan Luo Xi. Laki laki itu belum puas melukai Junxi dulu.

Lu Ran tersenyum kecut. "Jangan begitu, Junxi. Tapi sepertinya kita tidak akan keluar dari tempat ini. Kita pasti akan bosan karena tidak bisa memakai pisau favorite kita untuk melakukan hal yang kita sukai, kan?" Lu Ran menatap sekelilingnya, lalu menatap Junxi.

Junxi tersenyum lalu mengangguk pelan. "Kemungkinan, kita akan dihukum mati. Suntik mati, penggal, atau kursi listrik."

Lu Ran menunduk, menatap kakinya tanpa penyesalan sudah membunuh banyak orang. Justru dia senang dan merasa ingin melakukannya lagi.

***

"Jadi, alasan kalian membunuh hanyalah karena hobi?" tanya salah seorang pak hakim pada Lu Ran dan Junxi yang sedang terduduk angkuh dihadapannya.

Tidak ada hadirin yang datang karena takut pada Junxi dan Lu Ran. Hanya ada Lin Yu dan Luo Xi lalu beberapa polisi lainnya yang duduk dibelakang Junxi dan Lu Ran.

"Seharusnya kalian dipenggal--"

"Katakan padaku, apa setelah aku dipenggal, aku masih bisa mendengar. Setidaknya sejenak, suara darah mengalir dari leherku. Itu akan menjadi kenikmatan terakhirku..." Junxi tersenyum miring, menatap angkuh pada hakim yang duduk dihadapannya.

Luo Xi mengingat kalimat itu. Kalimat yang pernah Junxi ucapkan padanya. Ucapan yang mampu membuat semua orang tersentak kaget lalu terdiam.

Hakin itu menarik nafas dalam. "Harusnya kalian dipenggal, namun setelah diperiksa, kalian mengidap kelainan jiwa. Jadi dengan terpaksa, kalian akan dipindahkan kerumah sakit jiwa."

"Pembunuh mana yang waras? Disemua belahan dunia, semua psychopath pastilah sakit jiwa..." kali ini Lu Ran yang bicara.

"Kenapa kalian berdandan seperti laki laki, kalau saya boleh tau?" hakin itu berusaha tersenyum manis, menyembunyikan ketegangan yang dia rasakan.

Junxi tersenyum ramah. "Karena dalam sejarah, lebih banyak psychopath berjenis kelamin laki laki daripada perempuan. Mungkin, karena itu...kami memangkas rambut kami, lalu memakai baju laki laki."

Luo Xi diam diam menghela nafas kasar, menatap Junxi yang duduk didepannya. Adiknya itu keterlaluan.

***

The Cruel Fake Boy - AJX✔ (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang