MJ 6

566 92 36
                                    

Assalamualaykum...
Sblmnya saya mau ngikik dulu 😂
☝ liat ss di atas, updatean terakhir crta ini thn 2015. Klo punya dedek. Dedeknya udh masuk paud🙊 wkwkwk
Mudah2an msh ada yg msh baca cerita ini. Happy reading
______________________________________

Bab 6

J

Mataku menatap lurus pada goresan itu. 12 oktober 2002 ... Itulah tanggal yang terpahat pada monumen di depanku. Monumen Ground Zero ...  Berdiri kokoh menyisakan kisah pilu. Terutama jika melihat deretan nama korbannya. Terselip nama seseorang yang sangat kukenal terukir di sana.

Satu nama yang berada di relung jiwa dan mengisi pikiranku. Mengikat; memaksa merangkak agar terhindar dari rasa putus asa. Dia ... Jazlyn Evergreen.

Hanya dia, dia dan selalu dia. Well, itu sebelum aku bertemu si gadis aneh beberapa hari lalu.

Jelas teringat dalam memori beberapa menit sebelum tragedi itu terjadi. Aku sedang berkumpul dengan the annoying kids ever: Difta, Rori, dan Erick. Hari itu adalah ulang tahun Difta.

Can't wait to see you,  Jazlyn." Senyumanku selalu mengembang jika berbicara dengannya.

“Me too, James." Suara lembutnya menyejukan hati walau terdengar hanya melalui telepon.

"Dimana kamu sekarang?" tanyaku. Aku mendengar suara musik dari belakangnya.

"Sari Club,” jawabnya.

"Seharusnya kamu istirahat, honey." Aku tidak suka mendengar pengakuannya. Baru 2 jam lalu dia mendarat di Bali.

"Kim mengajaku, James," balasnya membuat pembelaan. "Tidak enak kalau menolak."

Kim adalah sepupunya. Aku percaya mereka bisa menjaga diri, tapi tetap khawatir jika tidak berada disana bersama mereka.

Dont worry, I'll be back to hotel after an hour!” janjinya.

Aku menghela napas. Kurang setuju, namun mengalah. “Okay. Take care, honey. Ill call you again, later.”

Dia mengiyakan. Tentu saja dengan suara manis-manjanya. Aku tertawa. Lalu, memberikan kecupan jauh sebelum memutus sambungan telepon.

Aku tersenyum senang dengan masih menggenggang handphone. Membayangkan seperti apa pertemuan kami besok. Terlebih, aku sudah memesan tempat untuk makan siang romantis di tepi pantai.

But ... Imajinasi hanyalah suatu ilusi. Belum satu jam setelah percakapan kami tadi, ledakan yang menghebohkan itu terjadi ... Bom Bali II. Menggemparkan Indonesia, bahkan dunia. Sampai sekarang masih menjadi sebuah cerita duka setiap kali orang mengingatnya.

Aku menghirup udara dalam-dalam. Berusaha menetralkan dada yang sesak. Sedangkan mataku masih fokus melihat goresan namanya di dinding tugu ini. Mungkin kalau ini sebuah film, akan terdengar lagu See You Again milik Wiz Khalifa feat. Charlie Puth sebagai backsound.

Jazlyn ... Id never imagine that was the last time we talk.

Aku menunduk. Memejamkan mata perlahan sebelum membukanya kembali. Kemudian mulai merangkai kata.

"Hai!" sapaku kaku pada monumen dingin itu. Begitu terus berulang selama belasan tahun ini.

"Kemarin aku ke Jogja," lanjutku setelah menelan ludah. "Ingat, kamu pernah ingin ke sana?" aku tersenyum kikuk. "Jogja masih memiliki suasana yang sama meski wajahnya sedikit berubah."

Bibirku merapat, membentuk 1 garis lurus. Bukan basa-basi seperti ini yang ingin kukatakan.

Aku menarik napas dalam. Berusaha meraup keberanian agar mampu mengucapkan kalimat inti. Kalimat penting yang sebelum ini tak mampu kuucap meski hanya sekedar membatin.

MUTIARA JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang