MJ 7

548 82 20
                                    

Ah ternyata msh ada yg baca cerita ini jg. 🙈 Di part lalu, bnyk yg komen nostalgia dan senang karna cerita ini update setelah berabad2 lamanya Wkwkw.
Tp saya sedih, ga ada yg komentarin j masa. Berasa sia2 dia galaunya 😂😂😂

Happy reading 😎

-----------------------------------------------------------

Bab 7

.
.
.

Muti

"Jadi?" todong Ismi ketika kami baru saja masuk ke kamar kostku dan meletakkan tas.

Aku menghela napas, sudah menduga akan mendapat serangan pertanyaan darinya. "Sabar, ya, Mi. Aku mau cuci muka, gosok gigi, wudu, dan ganti pakaian dulu."

Ismi ingin menyela, namun akhirnya mengangguk singkat. Kami butuh membersihkan diri setelah seharian ini menjadi kajian seeker.

Tanpa menunggu lagi, aku mengambil handuk kecil bermotif melati yang baru kembali itu dan daster bersih, lalu masuk ke kamar mandi. Baiklah, kamar kost yang kupilih memang memiliki kamar mandi di dalamnya.

Sembari memcuci muka, kemudian menggosok gigi, aku terus berpikir penjelasan seperti apa yang akan kuberikan pada Ismi. Semua terjadi begitu cepat, juga di luar dugaan.

Ya, aku bukan bermaksud untuk merahasiakan ini pada Ismi. Hanya merasa belum waktunya untuk bercerita. Mungkin akan kulakukan beberapa bulan ke depan atau bahkan setahun kemudian.

"Mut, udah belum?" suara Ismi terdengar setelah 2 kali ketukan di pintu kamar mandi.

Aku tidak menjawab. Dia juga tak butuh jawaban karena kami sama-sama tahu dilarang berbicara ketika di kamar mandi. Panggilannya adalah kode agar aku lebih cepat keluar kamar mandi.

Setelah wudu dan berganti memakai daster, aku pun keluar. Sedang Ismi langsung menyerbu masuk.

Aku tersenyum. Pasti dia sudah tidak sabar ingin mendengar ceritaku. Itulah alasan memutuskan menginap secara tiba-tiba setelah melihat kartu 'ancaman' waktu di KrisBar tadi.

Kartu ... Aku menggelengkan kepala kuat-kuat. Astaghfirullah!

Bergegas aku mengambil gelas dan menuang air putih ke dalamnya. Sekilas seringai jail itu berbayang, melintas. Tidak buruk, tapi mengganggu.

Eh, maksudku mengapa harus teringat dengan Bule menyeramkan itu? Oh, baiklah! Wajar kalau teringat kalau sebentar lagi saja kami akan membahas tentangnya. Iya, benar! Tidak ada hal lain. Hanya ...

Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah! Sadar Muti! Dia itu menyeramkan dan suka memaki! Belum lagi seringainya itu seolah terselip hal-hal keji! Dia juga bukan seorang muslim!

"I-iya, 'kan? Dia itu bule, pasti bukan muslim.

Tetapi, sekarang banyak sekali bule muslim. Aku tidak mengenalnya sama sekali, jadi tidak bisa menghakimi begitu saja. Iya, benar!

Eh, tapi aku juga tidak punya hak memikirkannya sama sekali. Ma-maksudku, dia bukan siapa-siapaku. Ehhh!

Astaghfirullahhh! Apa yang kupikirkannn?

Ingat Muti semua bule berjenis laki-laki itu menyeramkan. Kamu lupa kejadian waktu ituuu?

Astaghfirullah! Aku mengetuk-ngetuk kepala berusaha menyadarkan diri.

"Hei!" Ismi menggoyang sebelah bahuku.

Tentu saja aku sedikit terlonjak kaget dan hampir memekik. Alhamdulillah gelas yang sedari tadi kupegang tidak terlepas jatuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MUTIARA JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang