Hai hai haiii
Lama yeee kaga nongol kitanya. Maaf banget dah.
Maklumlah jadi orang sok sibuk dulu.
Ini gue bawain MJ 5
Kaga panjang-panjang amat, tapi kaga pendek juga.
Yang kangen ayo merapattt!
Copyright 2015 Ndiejpank and Mumu_Rahadi
MJ 5
Muti
Aku mengelap dahi dengan punggung tangan. Teras rumah Pak De dan Bu de yang sejuk tidak membantu banyak. Belakangan Yokyakarta sangat panas dan tetap panas meski sudah lewat waktu asar sekalipun.
"Enggak mampir dulu, Is?" tanyaku pada Ismi yang baik hati mengantarku ke sini.
Kami baru saja pulang kuliah. Dari kampus langsung minta bantuan Ismi tanpa repot kembali ke kost terlebih dahulu. Pakaian ganti sudah tersedia rapi dalam tas ransel yang selalu kupakai di kegiatan casual.
Aku sengaja tidak membawa kendaraan sendiri. Hitung-hitung olahraga berangkat ke kampus jalan kaki tadi pagi.
"Masih harus pergi, ukh. Salam aja ke Bu De, ya."Ismi berkata sambil memutar arah motor.
"Okay, hati-hati!" seruku mengingatkan agar tidak melaju kencang ketika berkendara.
Ismi memutar bola mata. Senyum kecil terlihat di wajah itu. "Siap, Mak!" candanya. "Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh."
"Wa'alaikumsalam warahmatullaahi wabarakut," jawabku membalas salamnya. Berdiri di teras menunggu sampai Ismi hilang dari pandangan.
Rumah ini terlihat sepi. Aku yakin Bu De sedang berada di dapur belakang memasak untuk makan malam, sedangkan Pak De belum pulang kerja.
Aku memberi salam sebelum melangkah masuk walau tahu Bu De tak akan mendengar. Besok hari minggu. Niatnya aku akan menginap di sini sekalian mengambil handukku yang dikirim Kak Dira.
"Wangi banget Bu De," ucapku setelah sampai ke dapur. Aroma masakan Bu De menggugah selera. "Wah, brongkos!"
Bu De menoleh. Beliau sumringah melihatku. "Walaahh ... Cah wedok! Sehat kamu, Nduk? Lama ndak ke sini."
Kucium punggung tangan Bu De, hormat. "Alhamdulillah Bu De. Muti sibuk jadi baru bisa mampir. Bu De dan Pak De , sehat 'kan?"
"Alhamdulillah sehat semua, Nduk." Bu De bergerak menuju meja yang ada di pojok. "Kamu nginep sini tho, Nduk?"
"Muti sendiri aja Bu De," ujarku langsung menghampiri Bu De ketika melihat beliau akan membuatkan teh hangat. "Iya, nginep sini."
Bu De tersenyum senang. Kembali melakukan pekerjaannya Bu De berseru, "Bagus! Bu De masak banyak hari ini."
"Bu De tahu aja Muti mau nginep." Aku mencandai Bu De sembari mengaduk teh agar gulanya larut.
Bu De hanya tertawa. Beliau sekarang mengaduk beras yang mulai menjadi nasi.
"Muti bantuin Bu De." Aku mendekati Bu De lagi setelah meminum teh hangat seteguk. Walau kemampuan masak pas-pasan setidaknya bisa membantu hal yang ringan-ringan.
"Ndak usah, Nduk." Tolak Bu De. "Kamu mandi saja. Biar asemnya ilang."
Aku tertawa. "Asemnya ngangenin kok, Bu De."
Bu De ikut tertawa selagi aku duduk kembali untuk meminum teh. Saat itulah telingaku menangkap suara guyuran air dari kamar mandi. Aku mengernyit kemudian. Baru sadar kalau sepertinya ada yang sedang mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUTIARA J
General FictionMutiara atau biasa dipanggil Muti pergi ke Jakarta untuk menenangkan diri dari tugas skripsi yang menguras pikiran. Tapi bagaimana kalau tindakan itu membuatnya bertemu lagi dengan lelaki bule yang membuatnya trauma dengan tempat sempit dan sepi? J...