[3]

7.7K 586 1
                                    

Menikah. Satu kata itu adalah kata yang tak pernah Kiara pikirkan sebelumnya, apalagi ditambah menikah dengan Rehan, kakak tingkatnya dulu di kampus. Dan walaupun hal itu tak pernah terpikirkan olehnya, nyatanya takdir selalu tak di sangka-sangka. Dua bulan berlalu dengan sangat cepat, walaupun Kiara ingin menyangkalnya, nyatanya sekarang ia sudah resmi menjadi istri sah seorang Rehan Pratama Putra.

Kiara tak tahu jalan hidup kedepannya bagaimana. Ia tak tahu apa ia dan Rehan bisa menjalani kehidupan pernikahan mereka, ia juga tak tahu apa bisa ia menjadi seorang istri bahkan seorang ibu nanti. Dan mau seberapa lama Kiara memikirkan masa depannya, jawaban tak pernah hadir sedikitpun. Seperti perkataan Rehan, yang bisa mereka lakukan sekarang adalah menjalani kehidupan ini dan berharap yang terbaik dari-Nya.

Saat Rehan mengucapkan ijab kabul, Bunda Rehan, Om Danu dan bahkan Tante Farah menangis haru mendengarnya, apalagi ketika Kiara mencium tangan Rehan sebagai bentuk bakti pertama seorang istri. Untuk pertama kalinya juga Kiara mendapat kecupan singkat di dahinya dari selain Alm Ayah dan Om Danu.

Sesuai dengan rencananya dan Rehan, resepsi pernikahan mereka sederhana. Tak banyak yang mereka undang, karena kebanyakan teman Rehan teman Kiara juga. Resepsi diadakan di gedung yang cukup luas, Rehan bilang gedung itu milik rekannya di kampus dan beliau dengan senang hati menyewakan gedung dengan gratis. Bunda selaku pengurus pernikahannya tampak senang karena semuanya berjalan dengan lancar.

Kiara senang akhirnya ia bisa keluar dari rumah Om Danu. Setidaknya, sekarang ia bukan lagi tanggung jawab Om Danu. Ia malu karena terlalu lama menjadi beban Om Danu. Ia juga senang karena tak perlu lagi mendengar omelan Tante Farah. Terkadang ia rindu dengan Om Danu, ia ingat dua hari sebelum menikah, Om Danu sempat berkata padanya bahwa ia belum siap untuk merelakan Kiara pada Rehan walaupun beliau sudah sangat percaya pada Rehan bahwa lelaki itu bisa menjaganya.

Setelah menikah, Rehan membawanya untuk tinggal sementara di rumah Bunda. Katanya, rumah yang sedang Rehan bangun belum selesai sepenuhnya. Bunda juga belum siap untuk ditinggal anak lelaki satu-satunya itu dan beliau ingin mengenal Kiara lebih jauh lagi. Dan Kiara pun menuruti semua perkataan Rehan.

"Lagi mikirin apa?" Kiara tersentak ketika pundaknya ditepuk pelan oleh Rehan. Lelaki yang sudah menjadi suaminya itu duduk di sampingnya sambil melirik buku yang Kiara pegang dari tadi.

Kiara menggeleng canggung, "Nggak mikirin apa-apa." jawabnya pelan. Jujur, sebenarnya ia belum terbiasa dengan sentuhan fisik dari Rehan. Ia belum terbiasa dengan sentuhan-sentuhan itu, walau nyatanya ia bahkan sudah 'tidur' dengan lelaki itu. Toh, Rehan kan memang suaminya, lelaki itu sudah sah untuknya.

"Bunda mana?" tanya Kiara. Rehan menggeleng, "Nggak tau, katanya ke pasar." Dengan seenaknya Rehan merebahkan kepalanya ke paha Kiara dan menarik paksa tangan Kiara untuk mengelus-ngelus kepalanya. Kiara memutar bola matanya, jengah. Sejak menikah ia baru tahu kalau Rehan paling suka dielus-elus kepalanya. Kata Bunda, dari kecil Rehan memang paling suka dielus kepalanya, sejak masuk SMP barulah Rehan tak pernah meminta Bunda untuk mengelus kepalanya. Dan sekarang, Kiara yang berperan sebagai istrinya harus mau memenuhi permintaan Rehan.

"Kamu betah tinggal di sini?" tanya Rehan sambil memejamkan matanya. Kiara yang sudah kembali sibuk dengan novel yang ia baca, melirik sebentar ke arah Rehan.

"Betah." Jawabnya jujur.

Selama dua minggu ini ia betah tinggal di rumah Bunda Rehan. Selain karena sikap Bunda yang membuatnya nyaman, juga ada Nesa, adik Rehan yang asik untuk diajak berdiskusi. Ia senang karena ia diterima dengan baik oleh keluarga Rehan. Bunda benar-benar menerimanya walupun sikap Kiara jauh dari kriteria seorang istri dan menantu idaman. Ia buta akan bagaimana berperan sebagai seorang istri, tapi selama dua minggu ini, di beberapa kesempatan Bunda selalu memberinya nasehat tentang rumah tangga. Walaupun rumah tangga beliau gagal, tapi Bunda tak ingin Rehan dan Kiara merasakan yang sama.

Predestinasi | Seri Marital✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang