[12]

5.8K 463 2
                                    


Sesuai perintah Rehan, Kiara menginap di rumah Bunda. Setelah berbincang-bincang mengenai banyak hal bersama Bunda dan Nesa, Kiara pun masuk ke kamar Rehan dan membaringkan tubuhnya di kasur.

Kamar Rehan sangat nyaman, bahkan lebih nyaman dari kamar mereka yang ada di rumah. Ia tersenyum kecil melihat photo masa kecil Rehan di meja belajarnya. Kiara pun bangkit dan mengambil pigura tersebut, dan ia tersenyum lebar saat melihat ada photo masa kecilnya juga di sana. Kiara tak tau darimana Rehan mendapatkan photo masa kecilnya. Ia pun kembali membaringkan tubuhnya.

Kiara hampir saja tertidur saat ponselnya bergetar, ia langsung mengambilnya saat melihat nama Rehan diponselnya. "Assalamualaikum?" Seru Kiara sumringah melupakan fakta bahwa tadi ia hampir saja terlelap. Entahlah, ia senang ditelephone Rehan. Rehan pun menjawab dengan suara tenangnya. "Waalaikumsalam."

"Aku lagi dirumah Bunda." Kata Kiara semangat.

"Nginep, kan?" Tanya Rehan dari sebrang sana. Walaupun Rehan tak bisa melihatnya, tapi perempuan itu mengangguk antusias, "Iya, aku nginep. Aku lagi dikamar kamu yang penuh sama kaset video game." Kiara dapat mendengar Rehan terkikik pelan di sana, Kiara pun tersenyum.

"Kapan kamu pulang?"

"Aku baru lima hari di sini, Ra. Aku kan dua minggu disini."

"Lama." Keluh Kiara.

"Kenapa harus dua minggu? Emang kamu ngapain aja sih di sana?"

"Kerjalah. Ngapain lagi?" Balas Rehan singkat yang membuat Kiara mengerucutkan bibirnya, kesal. "Aku ingin oleh-oleh."

"Hmm."

"Awas jangan lupa."

"Insya Allah."

"Kamu lagi apa?" Tanya Rehan.

"Emm.. aku lagi diem di kamar kamu sambil ngobrol lewat telepon sama suami aku. Kalau kamu?"

"Kurang lebih sama. Aku lagi istirahat di hotel sambil nelpon istri aku." Kiara pun tertawa kecil, merasa lucu entah karena apa.

"Kamu udah-" perkataan Rehan belum selesai karena langsung dipotong Kiara, "aku udah sholat isya, udah makan, tinggal ganti baju habis itu tidur." Ujar Kiara sambil tersenyum lebar dan Kiara pun yakin Rehan tengah tersenyum tipis di sana.

"Ya udah, kamu istirahat sana, telpon aku tutup."

"Jangan!" Sela Kiara cepat. "Bentar," dengan cepat, Kiara mengganti kemejanya dengan baju tidur yang ia bawa ke sini setelah itu ia berbaring di kasur lagi dan menyimpan ponselnya di telinga.

"Aku kangen." Katanya manja. Baiklah, ia mengakui jika ia seperti remaja labil yang sedang kasmaran. Biarlah. Rehan tak menjawab, hanya bergumam tak jelas.

"Kamu ngomong apa, sih?" Tanya Kiara jengkel.

"Nggak."

"Aku kangen." Kata Kiara lagi dengan nada merajuk.

"Hm."

"Kamu cuman jawab 'Hm' aja?"

"Terus kamu mau aku jawab apa?" Kiara menghela napasnya, merasa capek sekaligus geli dengan percakapan mereka malam ini. "Harusnya kalau ada istri yang bilang kangen, suami harusnya jawab gini, aku juga kangen sayang, bentar lagi kita ketemu sayang, sabar yah." Kiara pun terkikik geli dengan perkataannya sendiri. Kiara dapat merasakan jika di sebrang sana Rehan ikut tertawa kecil mendengarnya.

"Emang harus jawab gitu, yah?"

"Iyalah."

"Biar apa?"

Predestinasi | Seri Marital✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang