2

2.7K 204 20
                                    

Disisi lain para wanita sedang berkutat didapur. Mereka rencana akan membuat makaron. Jennie memulai memisahkan putih telur di mangkuk sedangkan rose menyaring tepung yang akan diaduk.
“Eonni. Aku takut jika Jisoo tidak setuju dengan rencana kita” ucap Jennie pada Irene yang sedang memangku Yoonhee
“Aniya. Dia pasti setuju, Seulgi sedang bicara dengannya. Dia harus berubah, rasa empaty nya pada anak-anak harus meningkat jika tidak bagaimana dia akan mengurus anak kalian nanti” ucap Irene
“Lice yang dulunya tidak suka pada anak kecil bahkan sekarang dia ingin membawa Yoonhee kembali. Dia benar-benar berubah menjadi lebih baik saat Yoonhee masuk kedalam hubungan kami. Dia bahkan mencintai korea karna Yoonhee” ucap Rose
“nde. Lice yang orang asing saja bisa berubah lebih baik karna adanya seorang anak walaupun bukan anak kandungnya tapi dia menerima Yoonhee apa adanya bahkan bukan hanya Yoonhee, Lice juga menyayangi semua anak kecil sekarang. Aku yakin dia pasti bisa Jennie~ah. Kau harus percaya padanya” ucap Irene
“ah nde eonni. Tapi apa tidak berat bagimu meninggalkan Yoonhee selama seminggu disini?” tanya Jennie
“nde, awalnya sangat berat bagiku. Wajahnya selalu membuatku merasa rindu setiap saat tapi aku juga ingin yoonhee membawa dampak baik pada seseorang. Seseorang yang aku sayangi yaitu sahabatku” ucap Irene tersenyum
“Apa Eonni akan melakukan hal yang sama jika Joy menikah nanti?” tanya Rose
“yah. Kalau itu gantian anak kalian karna Yoonhee pasti sudah besar jadi tidak akan mungkin bisa digendong lagi. Tapi bagaimana kabarnya?” tanya Irene
“dia baik-baik saja eonni, dia sedang melanjutkan kuliahnya dia Amerika” ucap Rose 
Tak terasa hari semangkin Sore, sudah satu harian ketiga keluarga itu menghabiskan waktu untuk membersihkan dan merapikan rumah baru Jisoo dan Jennie.
“Seulgi~ah, Kajja. Hari sudah semangkin sore” ucap Irene yang tiba-tiba datang menggendong Yoonhee
“Ah nde, Kajja” ucap Seulgi
“kenapa cepat sekali kalian pulangnya?” tanya Jisoo
“Aku ada kerjaan malam ini” ucap Seulgi yang mulai berdiri dan mengambil ahli gendongan Yoonhee
“CEO yang super duper sibuk” cibir Jisoo
“Yah. Jangan banyak bicara, nikmati saja liburanmu” ucap Seulgi memberikan Yoonhee pada Jisoo
“boya?” ucap Jisoo yang kesulitan menerima Yoonhee
“Aku juga akan pulang, Ji~ah” ucap Lice
“Yah. Pulanglah, aku juga akan istrirahat” ucap Jisoo
“baiklah. Jaga uri Yoonhee dengan baik ya. Jika kau menyakitinya maka kau akan mendapatkan hukuman nanti” ucap Seulgi
“cih! Kau bicara seolah kau adalah bos nya disini” ucap Jisoo
“Aku memang bos disini” ucap Seulgi tertawa
“Eih! Kha~ besok aku akan mencabut semua anak perusahaanku padamu” ucap Jisoo pura-pura marah
“hahahaha sepertinya CEO kita sedang marah, kajja kita pergi sebelum dia berubah nanti” ucap Seulgi pada Lice
“nde, kajja haha” ucap Lice dan mereka tertawa bersama.
“kalo begitu kami pulang dulu ya, Yoonhee~ah baik-baik disini ya nak” ucap Irene lalu mencium pipi Yoonhee
Irene, Seulgi, Lice dan Rose pun meninggalkan rumah rumah Jisoo dan Jennie.
Jennie berjalan menghampiri Jisoo yang sedang menggendong Yoonhee di kamar. Sepulangnya sahabat mereka Jennie memutuskan untuk lebih dulu mandi dan Jisoo lah yang menjaga Yoonhee sampai Jennie selesai mandi.
Sebenarnya Jisoo sedikit memiliki trauma pada anak kecil. Sedari tadi dia pun hanya bisa memandang wajah Yoonhee tanpa berkata apa-apa.
“Eih! Ide gila dari mana yang mereka dapatkan?bisa-bisa nya mereka meninggalkan anak mereka padaku” ucap Jisoo sembari menatap wajah Yoonhee
“kau begitu mirip dengan Eomma mu” ucap Jisoo lagi saat menyadari bahwa wajah Yoonhee sangat mirip dengan Irene
“Yeppo, bukankah dia sangat imut?” ucap Jennie yang duduk disamping Jisoo
“Ah nde” ucap Jisoo pelan, dari nada bicaranya nampak sepertinya dia sangat keberatan
“Ji~ah, apa hal ini memberatkan hatimu?” tanya Jennie dan Jisoo pun langsung terdiam.
“hanya 1 minggu, aku ingin rasa trauma mu hilang. Aku melakukan ini hanya untuk kebaikanmu, kebaikan kita dan bayi kita nantinya. Apa aku salah berharap suamiku akan menyayangi anaknya kelak?” ucap Jennie seraya mengambil ahli gendongan Yoonhee dari Jisoo
“Jennie~ah. Apa ini tidak terlalu cepat? Kita masih banyak memiliki waktu, kenapa harus terburu-buru? Bahkan kita baru menikah sebulan yang lalu” ucap Jisoo dengan hati-hati
“mianhae, jika kau keberatan. Besok aku akan mengembalikan Yoonhee pada Irene Eonni” ucap Jennie tanpa menatap Jisoo. Keduanya pun terdiam untuk beberapa saat.
“Jennie~ah, Aniya.jangan kembalikan dia pada Irene. Kajja, kita lakukan. Hanya untuk 1 minggu jadi jangan kita sia-sia kan dia” ucap Jisoo seraya mengelus tangan Jennie
“Gwaenchanna?” tanya Jennie
“nde, akan aku coba. Lagi pula dia tidak buruk” ucap Jisoo mengelus rambut Yoonhee sementara Jennie hanya diam menatap mata suaminya, mencari kebenaran dari ucapannya dan semua yang dia ucapkan adalah tulus dari hatinya. Jennie tersenyum lalu memeluk suaminya itu
.
.
.
“huuuuaaaaaaaa” tangisan yang cukup keras itu sukses membuat Jisoo terperanjat dari tidurnya.
Ditatapnya sebelah kirinya namun tak mendapati Jennie disitu,  mungkin Jennie sedang masak didapur.
“hhhuuuuaaaaaaaaa”
Tangisan yoonhae benar-benar membuatnya frustasi,  biasa nya dia bisa menikmati tidur dengan tenang tapi karena ada yoonhae waktu tidurnya sedikit berkurang.  Jisoo berjalan menghampiri keranjang bayi yoonhae yang masih berada di kamar miliknya dan jennie.
“Aigo,  kenapa kau menangis girl?  Kau menggangguku saja” ucapa Jisoo menatap Yoonhae yang masih menangis
“sudah diam,  tidak apa-apa.  Kau bisa melanjutkan tidurmu” ucap jisoo yang bermaksud untuk menenangkan tapi enggan untuk menyentuh dan menggendong Yoonhae,  sementara itu tangisan Yoonhae malah semangkin kencang yang membuat Jisoo mengerang frustasi
“Jennie~ah,  cepatlah kesini. Bantu aku mendiamkan yoonhae” ucap Jisoo sedikit berteriak namun tak dapat balasan dari Jennie
“Hhhuuuuaaaaaa”
“Aish!  Diam lah sebentar,  aku akan memanggil istriku dulu” ucap Jisoo lalu berlari karena mendengar suara tangisan yoonhae yang semangkin menjadi.  Jisoo menjelajahi semua seisi rumah namun tak menemukan Jennie dimana-mana.  Dengan berat hati Jisoo pun kembali kekamar dan mengangkat yoonhae dalam gendongannya namun bayi itu tidak juga berhenti menangis.
“aku sudah menggendongmu, sekarang diamlah” ucap Jisoo
“Hhhhuuuuaaaaaa”
“Aigo! Jennie kemana sebenarnya?  Kenapa belum kembali juga” ucap Jisoo mengerang frustasi
“Kau sebenarnya kenapa?  Apa kau lapar?” Jisoo berjalan menuju dapur,  dicarinya makanan yang bisa dimakan oleh yoonhae namun hasilnya tidak ada.  Jangankan untuk yoonhae,  untuk dirinya saja tidak ada yang bisa dimakan. 
Setelah membongkar-bongkar isi lemari di dapur akhirnya dia pun menemukan sesuatu yang bisa dimakan oleh yoonhae. Dengan cepat jisoo langsung memberikan itu pada yoonhae,  yoonhae langsung terdiam dan menikmati makannya
“Aigo!  Ternyata kau lapar,  jika kau lapar tidak perlu menangis,  tinggal katakan saja jika kau lapar,  samchun pasti akan memberikan makanan untukmu” ucapa Jisoo sementara Yoonhae yang mendengarnya walaupun tidak mengerti artinya hanya tersenyum senang
“kau bahagia eoh?  Membuatku berkeringat pagi-pagi” ucap Jisoo menatap Yoonhae yang sedang asik dengan makananya
“ohh!  Kalian sudah bangun” ucap seseorang yang baru saja datang yang tak lain adalah Jennie
“Jennie~ah, dari mana saja kau, dari tadi yoonhae tidak berhenti menangis”
“wae? “
“dia lapar, dan juga tidak ada makanan yang bisa dimakan” ucap Jisoo menghampiri Jennie dan meninggalkan yoonhae di kereta bayinya.
“Omo! “ teriak jennie lalu berlari menghampiri yoonhae dan merebut makanan yang sedang yoonhae makan.
“Aaaakkkhhhhhh” yoonhae menjerit lalu menangis sembari menghentak-hentakkan badannya
“Jennie~ah, kenapa kau merebutnya?  Aku hampir setengah jam mendiamkannya,  cuman dengan makanan itu dia diam”
“Jisoo~ah,  kenapa kau memberikan ini,  ini makanan kuma” ucap Jennie lalu menggendong Yoonhae
“Mwo!!”
“ aku tidak tau,  lagi pula tidak ada makanan lain,  aku pikir itu sereal biasa” ucap Jisoo
“baiklah,  buatkan saja susu nya” ucap jennie yang berusaha menenangkan yoonhae
“Ah nde” ucap Jisoo mengobrak abrik plastik belanjaan yang baru jennie bawa tadi dan segera berlari untuk membuat susu
“Jisoo~ah, Palli” teriak Jennie saat Jisoo belum juga datang
“nde,  chakkaman” ucap Jisoo berlari menuju jennie dan langsung memberikan botol susu itu pada jennie, jennie dengan cepat langsung memasukkan dot itu kedalam mulut yoonhae yang membuat bayi itu terdiam sembari menyedot susunya.
“Uuuhhh” Jisoo menghela nafas panjang dan langsung membantingkan badannya ke sofa
“Aigo! " ucap Jisoo menghela nafas panjang
"lelah kah? " tanya Jennie yang menyentuh wajah Jisoo dari samping
"hm,  sedikit" ucap Jisoo tersenyum manis pada Jennie
"gomawo Jisoo~ah" ucap Jennie membalas senyuman Jisoo dengan manis juga.
"tidak perlu berterima kasih sayang,  ini juga untuk kebahagiaan kita" ucap Jisoo menatap Yoonhae lalu tersenyum
"sudah habis?  Waaahhh uri yoonhae pintar. Cha! Sekarang waktunya mandi " ucap jennie tersenyum dengan senang. Jisoo yang melihat jennie sangat bahagia pun ikut tersenyum. Bagi Jisoo kebahagian Jennie adalah yang terpenting.  Jennie melepaskan  pakaian yoonhae dengan sangat telaten, dia seperti sudah berpengalaman
dalam mengurus anak kecil.
"ji~ah, kenapa melamun? Tidak ingin mandi? " tanya Jennie saat sudah selesai membuka baju yoonhae
"ah nde" ucap Jisoo tersadar dari lamunannya
"mandi lah dulu, aku akan memandikan yoonhae" ucap Jennie
"nde" ucap Jisoo lalu berjalan memasuki kamar mandi sementara Jennie memandikan yoonhae di kamar mandi bawah.

:::::::::::::::::::::

Seulgi dan Irene sedang sarapan berdua,  suasana sarapan kali ini tampak berbeda dari biasanya.  Yang biasa ada yoonhae yang akan berceloteh saat  mereka sarapan maupun makan malam kini menjadi sangat hening.  Hanya obrolan singkat yang mereka lakukan.
"Seul,  apa kau yakin Jisoo akan bisa melewati masa trauma nya? " tanya Irene saat makanya tinggal sedikit
"percayalah padaku baby, Jisoo pasti bisa. Dia pria yang berhati baik dan mudah luluh,  aku yakin yoonhae kita pasti bisa membuat Jisoo berubah" ucap seulgi tersenyum manis
"aku penasaran kenapa bisa dia trauma pada anak kecil,  memangnya ada apa dengan anak kecil? " tanya Irene
"kau ingin mendengar ceritanya? "tanya seulgi dan irene hanya mengangguk
"dulu Jisoo bukanlah pebisnis seperti sekarang,  dia dulu adalah anggota dari kepolisian. Dia berhenti menjadi polisi karna dia telah gagal menyelamatkan nyawa seorang anak kecil yang terjebak dibawah himpitan batu.  Saat itu sedang terjadi gempa yang menewaskan banyak orang hingga saat Jisoo dan tim nya ikut mencari orang2 yang belum ditemukan dan Jisoo menemukan anak itu masih bernyawa saat dia ingin menolong anak itu namun  tiba2 gempa susulan pun terjadi.  Gempa itu tak berlangsung lama. Jisoo yang awalnya ingin menolong anak itu tercampak jauh, setelah gempa itu sudah hilang disitulah Jisoo bergegas berlari menghampiri anak tersebut namun naas,  anak itu yang awalnya bisa selamat kini malah menemui ajalnya karna kepalanya tertimpa batu besar yang membuat kepalanya pecah. Disitulah Jisoo merutuki dirinya sendiri,  jika dia lebih cepat menolong anak itu pasti anak itu sampai sekarang masih hidup dengan bahagia" jelas Seulgi
"kasihan sekali anak itu,  lalu bagaimana dengan Jisoo,  apa dia terluka saat gempa susulan itu datang?  Untungnya dia selamat" ucap Irene
"ya dia terluka,  tulang kakinya patah karena tertimpa batu tapi dia tidak memperdulikannya kakinya,dia lebih memperdulikan nasib anak kecil itu hingga saat dia menyadari bahwa dia terlambat menolong anak kecil itu dia selalu menyalahkan dirinya.  Semejak kejadian itu dia tidak bisa berjalan selama 8 bulan dan sejak saat itu dia mulai keluar dari kepolisian" ucap Seulgi dan Irene pun hanya mengangguk2 mengerti
"Omo!! Aku bisa terlambat,  aku pergi dulu baby.  Hari ini ada meeting di kantor" ucap Seulgi mengecup kening Irene
"nde,  jangan lupa makan siang dan minum vitaminmu seul" ucap Irene mengelus pipi Seulgi
"nde, khannta" ucap seulgi tersenyum lalu berlalu dari hadapan Irene

••••••••••••••••

Lice tampak sudah rapi dengan pakaian kerjanya,  dia bercermin merapikan dasinya setelah itu dia pun turun kebawah untuk menemui istrinya yang dia yakini sedang membuatkan sarapan untuknya. Saat sampai didapur Lice tampak dibuat bingung karna Rose tidak ada didapur. Yang ada hanya bahan2 makanan yang masih mentah dan setengah dipotong2.
"Chaeyoung~ah" Panggil Lice namun tak mendapati jawaban, dia pun melihat Arlogi yang menempel di tangannya.
"Aneh,  biasanya dia selalu di dapur jika jam segini.  Bahkan diluar juga tidak terlihat,  kemana dia pergi?  Apa dia pergi berbelanja? " ucap Lice pada dirinya sendiri
"Chaeyoung~ah, sayang.  Oddie? " panggil Lice seraya menelusuri rumah miliknya namun dia berhenti saat mendengar sesuatu.
"hhhuueekk...hhhuueekk..hhhuueekk"
Lice langsung berlari menuju sumber suara itu yang berasal dari kamar mandi.  Lice membuka pintu kamar mandi yang ada didapur dan dia pun mendapati Rose tengah muntah2 .
"Chaeyounga~ah? Waeyo?  Apa kau sakit? " tanya Lice seraya mengelus pundak Rose supaya istrinya itu bisa lebih baik.
"Kajja kita ke kamar" ucap Lice menuntun Rose menuju kamar mereka. Setelah sampai Lice langsung membaringkan tubuh rose di ranjang.
"apa kau merasa pusing? " tanya Lice lalu mengecek suhu tubuh rose dengan meletakkan tangannya didahi rose
"em sedikit" ucap Rose
"Apa kau salah makan?  Badanmu tidak panas" ucap Lice yang sudah duduk dipinggidan ranjang
"Molla, perutku seperti ingin mengeluarkan semua yang ada didalamnya padahal pagi ini aku belum mengkonsumsi apa pun" ucap rose
"yasudah sekarang istirahatlah,  mungkin kau kelelahan dan sedikit masuk angin.  Aku akan menjagamu disini" ucap Lice mengelus rambut Rose
"kau tidak pergi bekerja? " tanya rose
"bagaimana bisa aku pergi bekerja jika istriku sedang dalam keadaan tidak sehat seperti ini" ucap Lice
"jangan berlebihan Lice,  aku hanya tidak enak badan bukan sakit parah.  Kau bisa pergi bekerja" ucap rose
"Tapi... "
"tidak ada tapi2an.  Kau harus berangkat bekerja" ucap Rose dan Lice pun akhirnya menyerah
"Baiklah,  aku akan mengirim dokter Jung nanti kesini untuk memeriksamu dan memberimu obat agar kau cepat sembuh" ucap Lice mengelus pipi chubby rose dan rose pun hanya mengangguk dan tersenyum.
"Lice,  maaf aku tidak bisa membuatkanmu sarapan pagi ini" ucap rose
"tidak apa-apa sayang, yang terpenting kau harus cepat sembuh.  Arraseo" ucap Lice tersenyum dan dibalas anggukan oleh rose
"Aku pergi" ucap Lice mengecup kening rose dan beranjak dari tempat duduknya dan berlalu dari kamar miliknya dan rose

To be continue..

Always Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang