1

834 117 9
                                    

"Ma, Daniel berangkat yah."

Sebut saja oknum KDN alias KrisDayaNti. Maaf, Kang Daniel lebih tepatnya. Cepat-cepat ia memakai sepatunya karna ditakutkan bakal telat ke SMA Produce 101.

"Iya, hati-hati." sahut sang ibu dari dapurnya.

Daniel pun bergegas berlari menuju halte bus setelah mendapat sahutan dari sang ibu. Tak lama selama berlari 5 menit dari rumah ke halte kebetulan bus yang hendak ia tumpangi datang. Untung saja Daniel bisa menaiki busnya tanpa harus menunggu lagi. Bisa dipastikan Daniel akan sampai di sekolah tepat waktu.

Selama di dalam bus menuju halte sekolahnya Daniel merenung dan berfikir. Hidupnya selalu konstan. Berangkat sekolah - bertemu teman-temannya - belajar - mengurus klub dance - pulang - repeat. Selalu seperti itu. Daniel butuh hiburan lain. Sempat terbesit di pikirannya apa dia mencoba untuk pacaran saja, mengingat dia termasuk salah satu murid populer yang ketampanannya hingga satu sekolah tahu, bahkan mungkin sekolah tetangga. Namu, tak ada yang menarik perhatiannya.

Pernah ia melirik seorang wanita yang kelasnya bersebelahan dengan dirinya, Sejeong. Namun sayangnya Sejeong terang-terangan berkata Daniel bukanlah tipenya. Terlalu banyak yang mengenali dirinya. Sejeong lebih memilih sosok yang low profile namun dapat menentramkan jiwa seperti Kim Jonghyun.

Tapi nyatanya Jonghyun pun menyukai orang lain yang orang itu menyukai orang lain lagi. Cinta itu rumit guys. Makanya jomblo aja --eh.

Bus pun berhenti di halte dekat sekolahnya. Daniel pun turun dan dari kejauhan ia melihat teman seperkerdusan dan teman seperbullyan. Kim Jaehwan dan Kwon Hyunbin.

Tak ragu Daniel menubrukkan badan bongsornya ke punggung 2 manusia yang kalau di satuin baru gede badannya se-Daniel. "HwanBin!!"

"Anj-- nyadar diri kalo badan segede apaan." keluh Hyunbin hampir menjotos Daniel.

"Astaga, hampir aja sarapan gue ga keluar lagi." keluh Jehwan.

"Weh pulang nanti main ke arcade yuk. Bosen gilak. Berasa hidup gw monoton banget." kata Daniel ditengah-tengah HwanBin sambil merangkul mereka.

"Gue les pripat piano ah entar abis pulang." sela Jaehwan.

"Set, lu les apaan aja? Gitar iya, piano iya, biola iya, klarinet iya. Mau bikin orkestra sediri lu?" ejek Hyunbin.

"Demi masa depan yang lebih baik."

"Elah bolos kek sehari. Lu belom pernah bolos kan? Nakal Sehari gapapalah, biar hidup makin nikmat." usul Daniel.

"Lu sih enak ngomong begitu, lah gua yang digeplak bokap gue entar."

"Itu yang namanya hidup, Hwan. Lu harus ngerasain pahitnya dunia saat lu mencoba manisnya dunia." itu Hyunbin yang ngomong pake penghayatan ngomongnya.

"Sa ae lu galah baliho."

Mereka bertiga sukses mendaratkan pantatnya ke bangku masing-masing setelah bel sekolah berkumandang. Btw trio idi-- trio sekawans ini sekelas.

Mari kita skip adegan belajar-belajarnya sampe waktu pulang pun tiba.

Daniel dan Hyunbin sudah selesai memasukkan peralatan belajarnya kembali ke tas masing-masing. Soalnya yang mereka keluarkan seharian ini hanya satu buku tulis dan juga sebuah pulpen. Ia, mereka tipe manusia yang begitu. Hyunbin seperti kebanyakan siswa lannya yang bawaannya hanya buku tulis dan pulpen dengan peringkat yang se-ala kadarnya, hampir menjerumus buruk tapi masih bisa diselamatkan. hidupnya diujung tanduk terus. Kalau Jaehwan sih nilainya biasa-biasa aja, kadang bagus kalau niat. Kadang juga jelek. Standart lah.

Sementara Daniel, meskipun sepanjang pelajaran dia bengong ada curi-curi kesempatan nyemil gummy bear, namun ketika ditanya guru secara dadakan ia tetap bisa menjawabnya dengan benar. Peringkatnya diambang batas aman, nyaman dan tentram diatas sana alias masuk dalam peringkat 20 besar. Ya, ga tinggi-tinggi juga namun semua nilainya aman sentosa selalu. Intinya Daniel tuh pinter.

my sealong - ongnielWhere stories live. Discover now