*kriiiiiingggg*
Begitu nyaring suara bel yang menandakan pulang sekolah, suara itu juga sebagai tanda selesainya pertandingan bola yang diramaikan oleh kebanyakan siswa kelas 12(maklum, sebagai siswa paling senior disekolah, tak ada yang berani mengganggu kami saat lagi bermain bola kecuali Bu Puspa dan tim kesiswaan). Aku yang kelelahan duduk dibawah pohon jambu yang cukup meneduhkan dari terik matahari bersama Resky, Danang, Hamdi, dan Rian yang terlihat kehausan. Di sudut kantin sudah mulai terlihat adik kelas yang kami suruh untuk membeli minuman. Setelah minum, tiba-tiba tangan yang lembut memegang pergelangan tanganku yang sedang berlumur keringat. "Lil, gue boleh ngomong?" aku tau betul suara lembutnya.
"ngomong apa?" aku heran, tak biasanya Citra membuka pembicaraan yang serius seperti ini.
"puisi-puisi lo; semua perhatian lo; candaan lo; dan apapun yang lo lakuin buat gue, bikin gue penasaran sama lo."
"hmm, eh tunggu, maksud lo penasaran?"
"iya, gue tau. gue cuek sama lo dan kurang perhatian sama lo. tapi kenapa lo bisa tahan sama semua yang udah gue lakuin ke lo?".
"gue sayang sama lo, Cit. Gue juga mau jadi pacar lo, apa lo mau? " aku mempertegas.
Kami berdua sempat membeku setelah aku mengatakan itu. Tanpa sadar dan tiba-tiba se-lancang itu aku mengucapkan hal inti dari semuanya. Ya, aku menyayangi Citra bahkan sebelum ia mengenalku.
"gue gak pernah paham kenapa begini terlepas dari seberapa cueknya lo ke gue, sekurang-kurangnya perhatian lo ke gue; bahkan gue udah ngerasain ini udah lama. tapi lo gak tau kan?"
Sementara Citra masih bisu, tak bicara sepatah kata namun sorot matanya mengisyaratkan sebuah kata-kata. Mungkin ia juga menyayangi ku, atau ia hanya sekedar suka? ah aku tak pernah menghiraukan masalah ini. Untukku, apapun perasaannya tak membuat rasa kagum ini luntur, karena yang terpenting adalah bagaimana aku mengutarakan kepada Citra.
"setelah lo jujur, apa kita harus saling memberi hati untuk dijaga?."
"itu urusan lo, mau ngasih atau engga sekalipun, yang penting gue udah jujur sama lo."
"hmmm."
"gue tau lo bakalan ngasih kok." aku dengan penuh percaya diri.
Tiba-tiba senyum manis itu muncul lagi dari bibir Citra "iya, gue mau."
"Apa ini sebuah imbalan dari Tuhan atas semua usaha-usahaku selama ini?" aku bergumam dalam hati.
"jadi kita resmi pacaran?" aku meyakinkan lagi agar tak salah paham.
"iya bawelll."
Setelah kata itu, aku merasa menjadi seorang yang paling bahagia di jagat raya ini, sebab gadis yang sekian lama aku kagumi berhasil masuk dan terjebak didalam hati seseorang yang masih banyak kurangnya. Semoga ia nyaman dan bisa membuat hidup ini membaik.
-------------
Selepas mengantar Citra kerumah, aku ingat ada tugas yang harus diselesaikan karena besok adalah hari terakhir presentasi, langsung saja ku tancap kuda besi ini untuk menuju rumah sahabat sekelasku, Danang. Diperjalanan aku masih tak percaya apa yang baru terjadi di sekolah tadi; mulai dari genggaman Citra, hingga lontaran kasih yang tak sanggup di tolak olehnya.
Sesampainya dirumah Danang, aku lupa tujuan utamaku kerumahnya. Yang aku pikirkan saat itu adalah "Danang harus tau kalau gadis yang beberapa hari yang lalu meminjamkan Al Quran nya padaku, kini resmi menjadi kekasihku".

KAMU SEDANG MEMBACA
LELAKI MENYIMPAN MIMPI DAN CINTA
RomanceKahlil Gardapati adalah lelaki yang tak tahu harus seperti apa menjalani hidup. yang ia tahu, setelah bertemu Citra ia merasa menemukan dunia yang baru. namun ia hanya seorang pengecut dibalik puisinya