Takdir

36 4 0
                                    

Karya : @Larrs12

 
Banyak hal di dunia ini yang bisa kita raih,tetapi juga ada yang tak bisa kita raih. Antara lain adalah cinta yang saling mencintai.

Hampir semua orang memimpikan itu. Dimana seorang pria mencintai wanitanya. Saling berdoa untuk kisah cinta abadi hingga sebuah kata ‘’Sampai maut memisahkan kita.’’ Dan persahabatan abadi juga termasuk impian mereka.
Mereka yang siap berjuang mendapatkan kedua hal yang istimewa itu.

‘’Nadiraaaa....’’ Teriakan Syifa menusuk telinganya. Nadira yang tadinya berjalan santai kini berhenti. Diarahkan kepalanya menghadap Syifa di sisi kanannya. Nafas Syifa masih memburu.

Syifa adalah sahabatnya sejak SD. Nadira selalu menghabiskan waktu dengan Syifa. Pernah kejadian saat masih duduk di bangku kelas lima, Nadira menangis merengek-rengek karena tidak sebangku dengan Syifa.

‘’Ada apa Chip?’’ Nadira selalu saja memanggil Syifa dengan plesetan lain. Seperti saat ini. Chipa.

‘’Pacar lo udah nunggu di parkiran.’’ Bibir tipis Nadira melengkung ke atas, sorotan bahagia ada di matanya. Nadira langsung berlari ke arah parkiran setelah memberikan jempol di depan wajah Syifa. Hilka, teman sekelas Nadira dan Syifa, menghampiri Syifa.

‘’Fa? Lo kenapa muka datar gitu? Si Nadira kan baru aja senyum sama lo.’’ Kini Hilka dan Syifa berjalan beriringan.

‘’Gue takut aja,’’ lirih Syifa

‘’Takut kenapa?’’

‘’Gue takut suatu saat dia ga pernah senyum lagi ke gue.’’

‘’Ngaco lo Fa.’’

************

Nadira mencari keberadaan Putra, pacarnya. Tidak ada. Parkiran sekolah sudah sepi. Kekecewaan datang di hatinya. Nadira membalikan badannya dengan kepala tertunduk.

Bughhh.. Kepala Nadira terbentur dada bidang seseorang yang lebih tinggi. Diangkat wajahnya, terlihat Putra dengan senyuman manis. Kekecewaan yang mampir di hatinya pergi. Lega sekali melihat Putra berdiri di hadapannya dan tersenyum hanya untuk Nadira seorang. Disaat seperti ini, hati kecil Nadira berdoa agar Putra selalu seperti ini. Tidak pernah berubah. Tidak pernah meninggalkannya.

‘’Jahat banget sih. Aku kira kamu bakal ninggalin aku.’’ Putra terkekeh dan mencubit hidung Nadira.

‘’Kalo aku bilang mau nganterin kamu pulang, ya aku tepati lah Ra.’’ Putra menggandeng tangan Nadira keluar dari parkiran. Motor Putra ternyata ada di dekat pos satpam. Pantas saja tadi tidak ada ketika Nadira mencari.

‘’Jadi, Chipa bohongin aku lagi ya Tra?’’ Tanya Nadira sambil mendongak, karena Putra kelewatan tingginya.

‘’Syifa bilang aku ada di parkiran? Syifa lucu juga deh.’’ Nadira menggangguk,pikirannya memunculkan berbagai ide untuk membalas perbuatan Syifa. Putra tidak memberikan keterangan selanjutnya pada Nadira. Selama perjalanan Nadira bingung mengapa Putra dan dia tidak mengobrol. Jadi, Nadira memilih menyanyi asal asalan. Motor Putra berhenti didepan Rumah Nadira.

‘’Kok tadi cuma diem sih Tra? Gegara kamu diem,aku jadi ngajak angin ngobrol deh.’’

‘’Ya iyalah aku diem, kamu kalo pas naik motor selalu aja nyanyi. Aku ngomong sampe teriak teriak kamu juga ga denger, ya udah mending diem.’’

‘’Masa sih? Kayaknya tadi aku ga denger kamu teriak teriak.’’ Putra menatap datar Nadira. Wajahnya mendekat dan sangat dekat. Membuat Nadira memejamkan mata.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang