Setelah Aku Ada Dia

38 3 0
                                        

Karya : Ghabie_Bashasha

Semua waktu yang dinamakan sejarah itu sudahlah berlalu. Walau hanya satu menit bahkan satu detik pun yang sudah dilakukan sebelumnya itu sudah dinamakan sejarah. Setiap kenangan yang tercipta antara kita, kau hembuskan.

*******

Pagi ini kumulaikan dengan senyuman manis tertangis dibalik jendela kamar. Rasanya hari ini baik untuk kubangkit dari tangisan semalam. Dimana tangisan itu dibuat oleh Kak Alif yang menyakiti hati ku namun ia tak tahu. Kak Alif adalah orang yang membuatku benar-benar merasakan nyatanya jatuh cinta dalam diam. Ia tidak mengetahui jika aku sangat mencintainya.
"Aint, kamu udah siap pergi sekolah nak?" sahut Ibu.

Lamunanku terlepas setelah mendengar ucapan ibu dari luar.  Sudahlah, jika aku melamun seperti ini, niatku untuk bangkit akan hilang. Kuambil tasku. Kucoba untuk tersenyum lagi dan menghela nafas keterbebasan. Akan aku tunjukan ke dunia bahwa aku lah wanita yang tegar dalam masalah, sabar dalam cinta, dan kuat dalam hal menangis. Its okey!

"Iya, bu!" kataku sambil  membukakan pintu kamar.

"Wah, rupahnya kamu udah siap untuk berangkat. Nah, ini ibu bawakan sarapan buat kamu," ujar ibu sembari menyodorkan kotak makanannya.

"Ibu tumben nyiapin sarapan buat Aint? Padahal ibu tahu Aint ngga suka sarapan pagi."

"Tidak apa-apa!" Ibu menundukan kepalanya sebentar dan menghadapku sambil memegang pipi fuggy aku ini.

"Ibu hanya ingin kau tidak merasakan kehilangan sebagian kasih sayang" ibu melanjutkan perkataannya.

Ada apa dengan ibu? Biasa nya ibu tidak seperti ini. Lalu, ada apa dengan sebagian kasih sayang? Bagi ku hanya ibu lah seluruh kasih sayang serta kepedulian. Jika papah.. yah, papah. Papah adalah jiwaku yang hidup. Apa ibu sebenarnya sedang membicarakan papah?

"Bu, dimana papah?" Tanya ku setelah memikirkan kata itu.

"Aint sudahlah ayo berangkat, Ini udah siang. Nih, bawa sarapan mu yah!" Mata ibu beralih pandang, ia juga seperti mengalihkan pembicaraan.

Yah sudahlah, aku hanya bisa menggarukan tanganku ke belakang leher. Aku tak tahu hal apa yang terjadi semalam karna aku sendiri mengunci diri dikamar.

Hari ini terasa sejuk. Angin menghembuskan nafasnya begitu besar di udara sambil melewati kulit-kulit sensitif yang terbuka. Kusilangkan kedua tanganku. Jarak untuk ke sekolah tinggal sedikit lagi.

"Aint." Seseorang dari belakang menepuk pundakku. Langkahku terhenti dan menoleh ke arah belakang.

"Shelisaa," sambutku.

"Biasa aja dong! Yuk, lanjut jalan."

Kita pun berjalan bersama menuju sekolah. Shelisaa adalah teman baikku namun kita beda kelas. Dia cantik, tapi cerewet. seringkali shelisaa menyukai seorang cowo yang sama dengan teman sebangku nya. Sehingga ia selalu ribut dan memilih berteman dengan ku untuk saling mencurahkan hati kita satu sama lain.

Setelah sampai digerbang, ada seseorang yang memanggil namaku lagi dari kejauhan.

"Aint.." Rupanya ia sempat tergesa-gesa untuk mengejarku sampai ngos-ngosan.

"Loh kenapa Bray?" Tanya shelisaa.

"Ah, lo pada conge yah? Dari kejauhan gue manggil-manggil lo pada," keluh Aof. Sebenarnya nama asli Aof, Sofyan Taofik. Itu hanya panggilan saja bagi kita.

"Iya kenapa loh manggil-manggil kita?" Shelisaa menanyakan ulang.

"Gue ada perlu sama Aint, penting!" Ujar Aof sambil memegang tanganku dan ingin membawaku.

"Eh, tunggu! Aint, nanti pulang sekolah anterin gue ke tokoh buku yah?" Shelisaa menghalang.

"Tumben amat," ujar ku singkat.

"Iya, soalnya gue.. " Perkataan Shelisaa terpotong karena  Aof menarikku pergi. "Ah sudahlah."

Entah kemana Aof membawaku pergi jauh dari sekolah lagi. Jika ingin bolos, memang dia jagonya. Setiap jam istirahat Aof dan geng semprulnya selalu keluar sekolah tanpa balik lagi untuk belajar.

Tempat apa ini? Kenapa Aof membawaku ke diskotik?

"Aof, loh apa-apan sih! Loh ngajakin gue bolos? Ke tempat ini? Mendingan gue balik!" kesalku ingin beranjak pergi, namun dihentikan lagi oleh Aof.

"Loh ngga dengerin gue tadi? Ini penting!"

"Penting apanya?" tanyaku cemberut.

"Ayo!" Sekali lagi Aof menarikku. Dia membawaku ke dalam.

Tempat ini kosong, mungkin karna sudah pagi. Tapi, ada sesosok laki-laki sedikit tua bersama wanita cantik yang duduk bersamanya dalam keadaan tidur tergeletak dimeja.

Sepertinya aku mengenal bajunya. Sedikit-sedikit kumelangkahkan kaki ini mendekati keduanya. Kutengokkan kepalaku ke samping untuk melihat wajahnya. Ternyata oh ternyata..

"Papah?" Teriak kecilku.

Mereka terbangun. Perlahan-lahan mata yang senyap itu terbuka. Papah terkesimak kaget melihatku ada didepannya. Sungguh suasana yang memanaskan hati. Mungkin ini alasan ibu berbicara pagi tadi. Papah selingkuh.

"Papah ngapain disini? Dia siapa? Selingkuhan? Kenapa pah?" Langsung saja ku lontarkan pertanyaan dengan rasa sedih.

"Aint, dengerin papah.. "

Tidak! Aku tidak butuh penjelasannya. Apa yang papah pikirkan. Ia adalah papah yang baik, setia. Tapi, kenapa papah melakukan itu. Baru kali ini aku melihatnya seperti seorang yang tak mempunyai pendirian.

Aku berlari, terus berlari. Aof hanya terus mengejarku. Lalu, lelahku hadir. Diriku berdiam disebuah pohon besar dekat danau. Diikuti Aof yang sewaktu mengejarku, kini disampingku.

"Aint, menangislah sesuka yang lo mau. Biar lo puas. Lega," ujar Aof.

Aku tidak menyahutnya, Karena air mataku terus menetes namun aku berusaha tahankan.

"Aint, kalo lo nahan nangis sekarang, lo bakal nangis lagi. Gue ngga mau itu terjadi. Aint?" Aof berusaha melepaskan dukaku.

"Aof.. " Aku menyenderkan kepala ku ke pundaknya. Terus ia memelukku, mengelus rambut licinku. "Sekarang gue harus bilang sama loh sebagai perwakilan dari ibu loh!" Aku menatap Aof.

"Sebenarnya, papah lo memilih untuk pergi sama wanita lain dibanding ibu, dan anaknya sendiri. Gue juga heran, papah lo kan pediam. Dan dia sangat sayang sama lo. Tapi kenapa dia ngelakuin ini? Gue hanya tau alasannya satu, papah lo mencintai wanita itu!" jelas Aof.

Tertunduk. Aku langsung lepas dalam tangisku yang tertahan.

Saat detik-detik tangisku mereda, ada sebuah chat dan panggilan-panggilan tak terjawab. Kucoba membuka chat itu. Ternyata Kak Alif.

"Dhe Aint sayang, kakak sekarang sudah sampai di Amerika. Besok, sudah mulai kuliah. Oh yah, sebenarnya kakak sudah mempunyai tunangan. Nama nya Tika. Dan kamu, baik-baik ya disana. Miss you ade kusayang." Isi chat kak Alif.

Jadi selama ini, kak Alif sudah mempunyai tunangan? Dan dia hanya menganggapku sebagai ade? Pelampiasan! Padahal aku berharap setelah lulus, aku bisa kuliah bersama Kak Alif, orang yang aku cintai. Tak disangka, ia juga pergi. Rasanya, tangis yang redah akan mulai menangis lagi.

"Sudahlah Aint, jangan tangisi cowo itu. Dia tidak tahu apa-apa tentang cinta lo ke dia. Gue disini, disamping lo," ujar Aof sambil menghapus air mataku.

Mungkin aku salah untuk mengira bangkit di hari ini. Karena apa? Karena hari ini hari duka bagiku. Dua sosok laki-laki yang aku cintai telah pergi memilih dia, orang lain.

"Aint.. " panggilan mungil Aof.
Aku langsung memeluknya. Mungkin saatnya, aku menerima Aof yang mencintaiku apa adanya tanpa meminta balasan tuk dicintai lagi.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang