⭕. Media

28 4 0
                                    

01 April 2018

Kalender lama sudah berganti halaman baru, tapi kasus lama belum berganti menjadi baru. Minggu pagi ini adalah minggu terbosan yang penah di alami Zilla.

Sehabis memakan sarapannya Zilla bergegas kembali kedalam kamarnya, Sandra dan Isya sudah pulang sejak sore hari kemarin. Zilla dan Sandra sedang dalam masa tegang sejak kembali dari pemakaman Fajar dan Gena.

Saat ini Zilla tengah duduk pada kursi meja belajar miliknya, entah apa yang akan gadis itu lakukan dia sedang malas dan bosan saat ini.

Gadis dengan piama putih itu mengambil ponsel pintar miliknya yang sejak kemarin belum dia gunakan kembali, dia terlalu sibuk dengan pemakaman dan lainnya. Zilla menekan tombol untuk menghidupkan ponselnya.

Dia kaget karena banyak sekali notifikasi pesan dan beberapa pangggilan tidak terjawab dari Sandra dan Isya.

Jarinya dengan gesit membuka satu persatu pesan yang mereka kirimkan, dadanya terasa bergemuruh kembali ketika melihat ada kata kematian di salah satu pesan yang Isya kirim kan.

Tidak lama kemudian sebuah panggilan masuk dari Isya, tanpa pikir panjang Zilla menerima panggilan itu.

" Zil, Halo! " suara Isya berubah cemas dan khawatir, hal itu yang semakin membuat Zilla kebingunan dan ketakutan.

" Iya halo, Lo kenapa Sya? gak ada kejadian aneh kan? " Zilla bertanya.

" Lo belum tau apa pun Zil ? padahal berita ini udah nyebar sejak kemarin Zil! "

" Lo nyalain TV di rumah lo sekarang! ada berita tentang mayat yang terindentifikasi lagi Zil! dan katanya korbannya juga murid SMK Mega Sastra! gue takut !" Mendengar itu Zilla dengan sigap turun dari kamarnya dan segera menyalakan TV seperti apa yang di perintahkan Isya.

Gadis itu dengan sengaja mendudukkan tubuhnya di sofa yang memang disediakan untuk menonton TV, Zilla melihat dan mendengarkan kabar yang sedang terputar di salah satu saluran swasta itu dengan wajah tegang.

Ponsel yang ada di genggaman Zilla masih terhubung dengan Isya, terdengar sesekali Isya meneriaki nama Zilla dari sebrang sambungan teleponnya. Tapi Zilla mengebaikannya dan memilih menyimak berita di layar datar televisinya.

Zilla terkejut ketika mendengar bahwa berita ini sudah menyebar dari kemarin tapi Zilla baru mengetahuinya sekarang, dia mungkin terlalu sibuk dengan pemakaman dan segala sesuatu yang menyangkut itu padahal dari awal Zilla sangat tertarik dengan kasus ini.

Yang lebih membuatnya syok adalah korban itu lagi lagi berasal dari sekolah tempat Zilla menuntut ilmu, dia berpikir dengan keras, berusaha menebak siapa murid itu.

⭕⭕⭕

Sebuah pagi yang cerah nan indah, sejuk adalah rasa pertama saat paru-paru Rinda menghisap udara pagi. Di jam sepagi ini gadis itu sudah rapi dengan seragam kerja dan kamera yang menggantung di lehernya. Dia akan berangkat menuju kantor polisi pusat, sejak kemarin tempat yang paling sering dia kunjungi selain kamar kosnya adalah kantor polisi itu.

Komisaris Sakti akan kembali membeberkan fakta tentang kasus itu, kemarin kabar mengejutkan kembali heboh karena dari keempat korban tiga sudah berhasil terindentifikasi.

Dua dari ketiga korban itu kemarin juga sudah di makamkan. Tinggal satu korban yang belum mereka ungkap siapa identitasnya.

Rinda duduk diatas ubin yang terasa dingin, dengan cepat gadis itu memasang sepatunya dengan rapi. Dia tidak akan berangkat kesana seorang diri karena Tari dan Zidan memaksa untuk menjemputnya tapi sampai saat ini keduanya belum sampai.

" Tuh anak dua kemana coba?! udah HP gak aktif, udah jam segini bisa bisa gue keduluan sama orang orang! " Rinda bangkit dari posisi duduknya dengan mendumel kesal.

Rinda memutuskan untuk duduk sembari menunggu kedua sahabatnya, suasana sepi perlahan singgah, entah kenapa jika dirasakan beberapa hari ini suasana dingin dan menyeramkan selalu ada walaupun di pagi hari seperti sekarang.

Rinda berdiri dari tempatnya duduk karena merasa tidak nyaman dengan suasana seperti ini. Dia berjalan menuju pagar dan memutuskan untuk menunggu mereka di luar.

Tidak berapa lama kemudian sebuah mobil berwarna merah terhenti tepat di depan Rinda, dengan cepat gadis itu masuk, dia sudah hapal dengan ciri mobil milik Zidan membuatnya tidak kesulitan untuk mengenali sang pemilik kendaraan.

Setelah Rinda masuk, mobil itu berjalan menuju tempat tujuan mereka.

⭕⭕⭕

Zilla sedang duduk diatas taksi yang akan mengantarkan gadis berumur 17 tahun menuju kantor polisi pusat, berbeda dengan hari hari lalu yang biasanya ditemani Sandra dan Isya kini Zilla sendirian, entah apa yang berusaha dia cari.

Gadis itu keluar rumah setelah mendengar kabar bahwa hari ini ada sebuah konfrensi pers yang dilakukan untuk kasus pembunuhan yang telah melibatkan beberapa sahabatnya.

" Nengnya mau ngapain ke kantor polisi pusat? kayaknya neng bukan wartawan. " pengemudi taksi yang di tumpangi Zilla berucap sambil menoleh pada kaca spion.

" Emang harus jadi wartawan kalo mau liat konfrensi pers? " tanya Zilla dengan ketus.

" Enggak gitu neng, tapi kalo nengnya gak punya kepentingan khusus mending jangan ikut campur. Ya... Bapak sih cuma nyaranin. " balas laki laki itu dengan sesekali menunjukkan senyum tipis agar karena merasa tidak enak hati.

Zilla diam dia tidak berniat untuk kembali meneruskan perbincangannya, sopir taksi itu pun ikut diam melihat sikap dingin yang di tunjukkan oleh Zilla. Dia agak tidak enak hati saat mengingatkan gadis itu.

" Pak nanti berhenti di belokan sebelum kantor polisi." perintah Zilla dengan wajah datar dan suara yang terkesan dingin, bukan karena kesal tapi gadis itu tengah dirundung rasa khawatir dan was was yang amat dalam.

Entah karena alasan apa tapi dia merasa mempunyai tanggung jawab lebih tentang kasus ini, dan hari ini dengan bermodalkan tekad dia ingin melihat dan mendengarkan secara langsung pengumuman apa yang di berikan oleh para polisi tentang kabar terbaru dari kasus pembunuhan ini.

Tak butuh waktu lama kendaraan beroda empat itu berhenti tepat pada belokan sebelum kantor polisi pusat persis seperti permintaan Zilla, Gadis itu segera turun setelah membayar sesuai harga. Dia sengaja turun disini karena ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya sejak pertama kali berita pembunuhan ini terungkap ke permukaan.

Gadis dengan tas selempang hitam itu berjalan dengan sedikit tergesah dan dirundung perasaab cemas, dia ingin melihat lokasi itu sekali saja walaupun hanya lewat tapi dia ingin sekali melihatnya.

Setengah jam sebelum konfrensi pers di gelar, Zilla masih punya banyak waktu untuk hanya sekedar lewat di area belakang kantor polisi, tempat pertama kali jenasah Gena dan Fajar di temukan.

Zilla menatap keseluruh tempat itu dengan tatapan tajam, dia menyingkirkan garis polisi yang terbentang diarea itu, dia melanggar daerah terlarang hanya demi rasa penasaran.

⭕⭕⭕

Rinda sudah bersiap dengan kamera dan beberapa alat tulis di di meja yang memang di sediakan khusus untuk para wartawan, di depan sana para anggota polisi sedang sibuk mengatur meja dan beberapa kursi yang akan di duduki oleh komisaris polisi.

Waktu menunjukkan pukul 13.10 tepat, itu artinya 20 menit lagi konfrensi pers ini akan di mulai tapi sudah banyak wartawan dari stasiun televisi yang melakukan siaran langsung untuk mengabarkan keadaan terbaru dari kasus ini.

Secara tiba-tiba suasana berubah ramai dan mencekam, seorang polisi berteriak meminta bantuan. Seketika semua orang terkejut karenanya.

Bukan kah aneh
Memang aneh, karena keanehan itu adalah aku. Keanehan itu adalah alasanku

-The Red-

THE RED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang