⭕. Penyembah

36 11 0
                                    

30 Maret 2018

Rinda perlahan mulai membuka matanya, putih adalah satu warna pertama yang dia lihat saat terbangun dari koma. Rinda mengalami serangan jantung ringan di usianya yang masih menginjak 24 tahun.

Dia terus menatap langit langit rumah sakit itu dengan tatapan kosong, Rinda terbangun setelah hampir 6 jam koma. Dia seperti orang ling lung yang kehilangan arah.

Suster yang melihat mata Rinda yang terbuka segera memeriksa keadaannya dengan hati hati. Rinda menatap suster wanita yang sedang memeriksanya itu dengan tatapan bingung dan ketakutan.

" Mbak? Apa dadanya sakit? " tanya suster itu dengan suara lembut karena suster itu melihat ekspresi wajah Rinda yang ketakutan dan hampir menangis.

Seorang laki laki dengan tubuh tambun berlari ketika mendengar kabar Rinda sudah siuman. Zidan dengan rasa khawatirnya memegang tangan Rinda dengan erat.

" Lo gak papa Rin? " tanya Zidan dengan napas terengah-engah karena tubuh besarnya.

Rinda yang mengenali Zidan langsung memeluk erat tubuh besar Zidan, dia terlalu ketakuan karena saat dia bangun rekaman ingatan tentang mayat itu terus saja terputar di pikirannya.

" Rin lo kenapa? " Zidan kebingunan dengan kelakuan Rinda yang sedang memeluknya dengan erat. Rinda perlahan melepaskan tangannya dari tubuh Zidan, 

" Gue pingsan di deket mayat, gue liat mayat itu dengan mata kepala gue sendiri, darah mayat itu ngalir di depan gue Dan! Gue takut! " Rinda menggoyang-goyangkan lengan Zidan dengan mata penuh rasa ketakutan.

" Gak ada mayat Rinda, gak ada. Lo itu pingsan di tangga udah itu aja. Gak ada darah apalagi mayat Rin gak ada. " Zidan mencoba menyadarkan sahabatnya itu. Sepertinya sahabatnya tengah berhalusinasi atau apapun itu.

" Gak Dan! Mayat itu ada di depan gue, Lo gak percaya sama gue? " Rinda sangat mempercayai kejadian kemarin memang terjadi, bahkan sampai sekarang wajah penuh tusukan dari mayat itu masih jelas terrekam dalam ingatan Rinda. Tidak mungkin jika saat itu dia tengah berhalusinasi.

⭕⭕⭕

Zilla keluar rumah dengan hati hati dan tanpa suara, sejak kemarin Zilla sama sekali tidak di perbolehkan keluar rumah Mama Zilla sangat ketakutan dengan kabar yang beredar di luar sana tentang pembunuhan remaja. Apalagi ditambah kabar mengejutkan dari Sandi dan Davi yang hilang sejak seminggu lalu.

Zilla keluar dari area rumahnya tanpa suara. Isya dan Sandra sudah menunggunya di sebuah taman dekat komplek perumahannya, ketiga gadis perempuan itu sangat penasaran dengan kasus pembunuhan yang telah menewaskan kedua temannya itu.

Isya melambaikan tangannya ketika melihat Zilla mendekat kearah mereka. Sebenarnya mereka tidak tau harus memulai dari mana karena tidak ada satu orang pun yang mengetahui bagaimana kejadian pembunuhan itu.

Ketiga gadis itu duduk di bawah pohon rindang, berdiskusi menentukan lokasi pencarian informasi ini dari kasus yang menurut mereka sangat ganjil.

" Kita mulai dari sekolah kita dulu gimana?" Sandra dan Isya mengangguk setuju, karena awal dari semua ini adalah gedung sekolah itu.

Jarak SMK Mega Sastra dari rumah komplek perumahan Zilla memang tidak jauh, cukup butuh waktu beberapa menit memakai mobil. Di sepanjang jalan ketiga gadis itu hanya sesekali mengobrol.

Sandra yang mengendarai mobil sengaja tidak memarkirkan mobilnya di dalam area sekolah.

Ketiganya turun dari mobil dengan gugup dan sedikit takut dengan hal nekat yang mereka bertiga lakukan. Sebuah suara gemuruh mendekat dari arah belakag ketiga gadis itu. Segerombolan orang dengan membawa bunga, dupa dan beberapa alat aneh yang belum pernah di lihat oleh mata para gadis itu, mereka berjalan beriringan sambil mengucapkan sesuatu yang sangat asing di telinga mereka.

Memang ada sebuah perkampungan adat di balik gedung sekolah ini tapi ketiganya tidak akan menyangka jika mereka melihat langsung cara kuno mereka. Para laki laki berbaju hitam dengan penutup kepala yang senada dengan bajunya memimpin di depan dan beberapa wanita mengikuti sambil membawa beberapa hewan entah untuk apa.

Sandra memegang tangan Isya dengan erat, dia ketakutan melihat para manusia aneh yang tengah berjalan melewatinya. Sementara Zilla menatap mereka dengan tatapan aneh.

Dengan cepat rombongan itu melintas di depan mereka, seketika suasana horor meletak di sekitar sana.

" Mereka kenapa sih Zil? " Isya bertanya dengan nada berbisik karena rombongan orang berbaju hitam itu baru saja melintas.

" Orang aneh, hari gini masih aja percaya sama hal hal sesat kayak gitu. " sahut Zilla dengan terus menatap kepergian rombongan itu dengan tatapan tajam.

⭕⭕⭕

Ratusan dupa terpasang di setiap sudut pagar dari sekolah itu, aroma darah menyengat begitu kuat di tempat yang sama. Para wanita sibuk merapalkan doa yang menurut mereka benar. Orang orang ini berasal dari desa adat yang lokasinya tepat di belakang SMK Mega Sastra, menurut mereka pembunuhan yang melibatkan siswa sekolah ini adalah kemarahan sang pencipta.

Para satpam sudah memarahi mereka untuk tidak melalukan hal aneh itu di depan area sekolah tapi jumlah satpan dan rombongan itu berbanding sangat jauh membuat para satpam itu diam dan tidak bisa melakukan apapun.

Aroma darah segar semakin terasa ketika angin berhembus, darah yang berasal dari puluhan ayam cemani yang sengaja mereka potong sebagai simbol rasa duka dan kesialan. Mereka percaya bahwa kejadian ini adalah ulah dari roh leluhur mereka, mereka merasa bersalah dan mengadakan ritual aneh ini.

Zilla, Sandra dan Isya sama sekali tidak ingin mendekati area lingkungan sekolah, Zilla merasa pusing ketika mencium aroma dupa yang begitu menyengat, Sandra yang merasa ketakutan karena cara mereka melalukan ritual yang bisa di bilang mengerikan sementara Isya sangat takut karena darah yang mengalir sampai dibahu jalan membuat gadis itu menutup mata ketakutan.

Ketiga gadis itu hanya melihat dari kejauhan sambil menutup hidung mereka, karena sejauh apapun mereka aroma dupa dan bau anyir dari darah ayam masih saja tercium karena angin yang bertiup kencang.

Tidak berselang lama beberapa mobil wartawan datang, entah informasi dari siapa tapi mereka sangat kaget dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

Mereka sibuk mengambil gambar, merekam bahkan ada juga yang melakukan siaran langsung di sana. Para wartawan itu menggelengkan kepalanya dengan yang dilakukan oleh para manusia aneh itu.

Seorang laki laki dari pihak tetuah desa bersedia untuk di wawancara, wajah datar dari laki laki tua itu menimbulkan efek seram tersendiri bagi siapapun yang menatapnya.

" Apa yang bapak lakukan saat ini? " wartawan itu bertanya dengan nada gugup dan sedikit takut.

" Kami melakukan apa yang pencipta kami perintahkan. " balasnya dengan datar dan dingin.

" Apakah ini ada hubungannya dengan kabar pembunuhan beberapa hari lalu pak? " wartawan yang tengah menyiarkan wawancara secara live itu kehilangan kendali pada wajahnya yang kini terlihat sangat ketakutan.

" Pembunuhan itu memang ulah dari roh para leluhur kami," wartawan itu kehilangan kata kata, dia terlalu bingung dan ketakutan.

" Mata kalian bukan hanya untuk melihat, bibir kalian bukan hanya untuk berbicara. Pahami fungsi asli dari keduanya, jika ingin tau aku adalah siapa. "

-The RED

...TBC...

THE RED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang