⭕. Pembuktian

42 11 5
                                    

25 Maret 2018

Zilla memasuki ruangan OSIS dengan gusar, dia duduk sambil memijat kening yang sama sekali tidak pusing. Isya mendekat, memberikat sebotol air mineral pada gadis yang tengah lelah itu.

" Gimana Zil ? udah ada kabar dari Davi atau Fajar ?" tanya Isya kemudia mendaratkan pantatnya pada kursi tepat di samping Zilla.

" Belum, hpnya juga mati. " jawab Zilla dia meminum air yang tadi diberikan Isya. Tinggal 2 jam sebelum araca di mulai tapi ketua OSIS dan kelompoknya tidak ada yang datang untuk tanggung jawab atas pekerjaan mereka.

" Terus tugas mereka gimana? tinggal beberapa jam lagi loh, kalo acara ini gagal kita bisa marahin abis-abisan sama Bu Rena. " ucap Isya.

Zilla menatap Isya dengan datar. " Udah selesai semua, pengisi acara udah siap semua, materi buat pidato sama susunan acara udah gue selesaiin. Acara ini bakal sukses walaupun gak ada Davi! " tukas Zilla.

" Iya gue yakin lo bisa ngurus ini dengan baik walaupun gak ada Davi. " Isya menapuk lengan Zilla dengan hangat.

Pintu terbuka, Sandra masuk dengan membawa map merah ditangannya. " Zil, semuanya udah siap, masalah panggung udah diurus Wirna sama Dani lo gak usah khawatir. " ucap Sandra yang ikut bergabung dan duduk dianatara mereka.

" Bagus deh, tadi gue liat juga dekornya bagus, Kita tinggal tunggu acaranya mulai." Zilla bernapas dengan lega semua pekerjaan yang harusnya terbeban pada Davi tapi justru di limpahkan kepadanya.

Sandra menyandarkan punggunya pada sandaran kursi yang dia duduki, mencoba mencari posisi paling nyaman untuk duduk.

" Davi belum dateng Zil ?" tanya gadis bermata sipit bernama Sandra itu.

" Awas aja sampe dia dateng! " ancam Zilla yang kesal, dia kesal pada ketua OSIS yang sama sekali tidak bertanggung jawab atas apa yang sudah dia kerjakan, dan yang paling disalahkan adalah Zilla karena dia adalah wakilnya.

Pintu kembali terbuka, Dani dan Wirna masuk dengan senyum simpul mereka. " Kok sepi, Davi mana? " tanya Wirna pada ketiga gadis yang tengah duduk bersebelahan itu.

" Mati kali. " ucap Zilla berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan OSIS itu.

Kedua pemuda yang baru datang itu saling bertukar pandang, keduanya tidak mengerti kekesalan Zilla itu.

" Kenpa tuh anak? " tanya Dani sambil melihat punggung Zilla yang mulai menjauh.

" Orang kesel mah bebas! " sahut Isya yang masih dalam posisi duduk.

Wirna berjalan dan dengan lancang menduduki kursi yang tadi menjadi tempat Zilla, dia sengaja menaikkan kakinya ke atas meja, memamerkan kaki panjangnya pada Sandra dan Isya yang ada di sampingnya.

" Orang kesel mah bebas, iya kan? " ucap Wirna dengan dibarengi oleh tatapan tidak suka Isya dan Sandra.

⭕⭕⭕


Perempuan bernama Rinda yang berprofesi sebagai wartawan itu memakirkan mobilnya pada parkiran khusus mobil di SMK Mega Sastra.Tujuannya kali ini adalah mencari informasi tentang korban pembunuhan yang kabarnya berasal dari sekolah ini.

Rinda keluar dari mobil dengan membawa tas dan kamera yang menggantung di lehernya. Perempuan dengan sweeter maroon itu terlihat bingung dengan suasana sekolah yang terlihat lebih ramai dan lebih meriah dari hari biasa, seperti sedang ada suatu perayaan di dalam sana.

Rinda berhenti pada seorang pria dengan seragam khas satpam, dia berniat untuk bertanya.

" Kayaknya ada hari spesial ya pak? " tanya Rinda pada satpam yang tengah santai duduk di bangkunya.

THE RED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang