Chap 3

656 27 0
                                    

Edited!

Buku, jilbab, mukena? Checklist.

Sepertinya ia sudah menyiapkan segalanya dengan baik. Semoga saja tidak ada yang tertinggal.

Azizah harus segera menelepon taksi sekarang kalau mau tepat waktu sampai di bandara.

Ia tidak berani meminta Hunter untuk mengantarnya ke bandara. Ia masih takut dan bingung dengan apa yang pria itu katakan kemarin malam.

Bagaimana mungkin seorang yang berbeda agama saling mencintai? Maksudnya, dalam pengertian Hunter, berpacaran. Itu tidak mungkin. Ia menyayangi Hunter sebagai adik. Tidak lebih.jiak ternyata Huner mengartikannya berbeda, itu masalah pria itu sendiri.

------------------------------------ -!-$*$;";/"

Apa Azizah sudah pergi?

Kenapa rumah ini sepi sekali?

Kejadian semalam...

Ck. Bagaimana ia bisa mengatakan bahwa ia mencintai Azizah?

Agar dia tidak jadi pergi? Dia tetap akan pergi bodoh!

Dan sekarang,

Ia bahkan sudah tidak punya wajah lagi untuk berhadapan dengan gadis itu. Bahkan hanya untuk mengucapkan kata "selamat tinggal" saja, itu sudah tidak mungkin.

Ia melirik jam.Ah, dia pasti sudah ada di bandara sekarang.

Ia harus meminta maaf kan? Semacam ucapan selamat tinggal..

"Yah, tidak ada salahnya untuk mencoba kan? " gumamnya sambil mengambil kunci mobil.

____________________________________

"sebaiknya nona segera menaiki pesawat. Pesawat tujuan nona sudah akan berangkat." kata sopir taksinya. Mungkin ia heran kenapa penumpangnya ini sudah sampai di bandara tapi belum juga keluar dari taksinya.

Bagaimana bisa Azizah  keluar? Di depan pintu masuk keberangkatan, berdirilah Hunter. Orang yang sejak tadi malam ia hindari!

Ia menoleh kekiri-kanannya. Ia tidak mungkin melengos saja saat melihatnya kan?

Tapi, kalau harus menyapanya, apa yang harus dikatakan?

Hai Hunter! Selamat tinggal. Kau tidak perlu memikirkan apapun mengenai perkataanmu semalam aku sudah melupakannya. Bye!

Itu tidak mungkin.

"Mr... bisakah anda membantuku?" Sopir taksinya mengangkat sebelah alisnya saat mendengar permintaanku.

Ia ingin sekali bisa melakukan hal itu.

------------------------------------;$$-;$$?%?

Dimana Azizah? Pihak penerbangan sudah memanggil nomor penerbangan pesawatnya, tapi ia belum muncul juga.

"Permisi, apakah anda Hunter?" tanya seorang supir taksi padanya. Apa maunya? Ia mengganggukkan kepalanya sebagai respons.

"Bisakah anda mengikuti saya sebentar?" pintanya.

Ia curiga sebenarnya. Tapi begitu melihat tubuhnya yang kecil itu, ia tidak yakin orang itu akan mencelakainya.

"Permisi, saya harus menelpon seseorang dulu." katanya. Hunter menajamkan pendengarannya, agar bisa mendengar apa yang dibicarakan orang itu.

"Sudah nona. Anda bisa pergi sekarang." Lalu ia menutup ponselnyanya, dan menatap Hunter.

"Kau tau, kau tidak akan mungkin bersamanya." ia menepuk bahu Hunter, lalu berlalu pergi.

"Hei! tunggu! Apa maksudmu memanggilku, mengatakan hal itu padaku, dan pergi begitu saja! Setidaknya jelaskan apa maksud kalimatnu tadi!" Teriaknya sambil mencengkram kerah baju sopir itu.

Sopir itu.menunjuk ke arah pintu keberangkatan. Ia  mengerti sekarang, siapa yang ditelepon supir taksi ini, dan alasannya menariknya kesini.

Disana, ada seorang gadis yang sedang terburu-buru.

Azizah sedang berlari sambil menggeret tas kopernya.

Ia sedang mencoba menghindari Hunter dengan cara ini.

******************************

AzizahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang