Chap 4

659 23 3
                                    


Edited!!

Azizah melihat Stuart, si supir taksinya menarik Hunter pergi dari depan pintu keberangkatan.

Rencananya berhasil!

Azizah segera berlari setelah Stuart meneleponnya, melaporkan keberhasilannya. Secepat mungkin ia berlari masuk menuju pintu keberangkatan tanpa melihat ke arah Hunter.

Ia menoleh kebelakang untuk.melihat kesuksesan rencana hebatnya : pengalihan Hunter.

Dan tepat di saat Azizah menoleh ke arah mereka, iris matanya bertemu dengan iris Hunter yang telah membulat. Hunter melihatnya!!!

Hunter melihatnya yang sedang berlarian sambil menggeret koper, setelah membentak Stuart, ia berlari mengejarku.

Panik!

Kalian tidak tahu secepat apa Hunter berlari! Yah, aku tidak tahu kecepatannya, kurasa ia bisa menandingi Bolt. Ia adalah salah satu pelari terbaik saat mereka SMA dulu.

Dengan tangan gemetar Azizah menyerahkan tiketnya pada petugas bandara, dan segera berlari menuju pesawat. Hunter tidak akan mungkin bisa mengejarnya. Tidak..

-------------------------$--%-'(%/$("/;"?"$/

Sial!

Bagaimana bisa Azizah berlari secepat ini!

Terlambat! Azizah sudah menghambur ke arah salah satu petugas penerbangan -yang untungnya adalah seorang wanita- lalu menghilang kedalam pesawat.

Apakah dia betul-betul takut padanya?

Bahkan untuk mengatakan 'maaf' atau 'hati-hati' dan 'jaga dirimu' pun sudah tidak sempat lagi.

Tapi, ia adalah Hunter. Kemanapun Azizah berada, maka ia juga harus ada di sana. Bagaimanapun caranya!

------------------

Selamat datang di tujuan anda, Tokyo-to, Jepang. Semoga perjalanan anda menyenangkan, dan kami dapat melayani anda lagi.

Apa? Ini sudah di Jepang? Dan selama penerbangan ia tertidur? Subhanallah...

Untunglah ia mengerti bahasa Jepang, sehingga tidak susah untuk mencari pintu keluar. Mrs. Smith memang menyuruhnya untuk belajar bahasa jepang. Alhamdulillah kan?

Mr. Razak mengatakan bahwa ia akan menunggu di bandara. Ia dan anak perempuannya yang katanya baru berumur 5 tahun.

Tapi Azizah tidak menemukan kertas yang bertuliskan namanya sama sekali. Dimana mereka menunggunya?

Tidak ada tanda-tanda Mr. Razak. Ah, dia mengsms.

Maaf Azizah, sepertinya aku tidak bisa menjemputmu, tapi jangan khawatir, aku sudah menyuruh anak laki-lakiku menjemputmu. Namanya Akira. Ia...

Azizah tidak membaca kelanjutan pesan yang dikirimkan Mr. Razak untuknya.

Sepertinya ia sudah banyak merepotkan keluarga angkatnya ini.

Istri Mr.Razak, sudah menyiapkan segala sesuatu untuknya. Ia mengajak kedua anaknya yang sudah besar untuk membersihkan gudang yang nantinya akan disulap menjadi tempat tidurnya.

Lalu, ia dan si kecil juga membuat makanan-makanan khas jepang untuknya.

Mr. Razak sendiri? Ia telah cuti dua hari hanya agar bisa menjemput Azizah. Padahal sudah ia katakan, ia bisa naik taksi. Tapi walinya itu bersikukuh untuk menjemput Azizah sendiri.

Rasanya...

Aneh..

Kenapa keluarga ini begitu antusias menyambutnya?

Apa yang mereka inginkan darinya?

Mengapa mom dan dad menyuruhnya agar tinggal dengan mereka?

Apa sebenarnya hubungan keluarga Mr. Razak dan kami?

"Onee-saaaaannn!!!"

Teriakkan itu menyadarkan Aziazah dari rentetan pertanyaan yang ada di kepalanya. Ia mencari-cari asal suara itu, dimana?

"Onee-san, disini.. lihat kebawah..."

Ia menoleh ke bawah.

Ia baru menyadari kalau sedari tadi ada yang menarik-narik roknya. Dua anak kembar yang lucu, adalah sumber teriakkan itu.

"Ada apa?" Katanya, mencoba menyapa mereka sambil tersenyum.

"Onee-san, kami kehilangan kakak kami. " kata salah satu dari mereka, sepertinya ia habis menangis.

"Iihh, Mai! Jangan nangis lagi. Oke, aku akan tanya sama Onee-san ini. Tenang saja. Ada aku." Kata saudaranya sambil menepuk dadanya, seakan ingin menunjukkan bahwa ia sangat kuat.

Ia tersenyum lebih lebar lagi melihat hal itu.

"Lalu, apa yang bisa Onee-san bantu?"

Mereka berdua tampak sedang berfikir keras, kemudian Mai menepuk kepalanya, dan mereka saling berbisik dengan seru. Sepertinya saudara perempuannya tidak setuju dengan ide Mai. Tapi Mai sudah terlanjur menatapku.

"Onee-san, boleh Mai pinjam hpnya?"

"Mai! Nanti kalau dia marah..."

"Lie!" Saudara kembar Mai, Rie, langsung terdiam dan memutar bola matanya.

"Sudah.. ini, hp Onee-san. Kalian mau menelepon siapa?"

"Hehehe.. ada deh.." katanya. Rie yang menyebutkan nomornya, sementara Mai yang memencetnya.

Lalu ia meletakkannya di tengah-tengah telinga mereka berdua.

Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi, sepertinya mereka dimarahi oleh seseorang yang sedang mereka telepon.

"Ada apa?" Tanyaku, wajah mereka sudah ditekuk karena dimarahi.

"Onee-san...."

Aku menundukkan badanku sehingga setara dengannya.

"Ya? Ada ap..." mereka berdua menubrukku dengan keras, dan menangis di pelukkanku.

"Onee-san... Akira-nii.." Mai dan Rie menangis semakin keras.

"Ada apa? Siapa Akira-nii?" Tanyaku khawatir. Mereka masih terus menangis semakin keras, hingga semua orang melihat ke arah kami.

Aku yang merasakan tatapan mereka segera menuntun mereka ke ruang tunggu penumpang.

"Nah, sekarang, ayo cerita sama Onee-chan." Mereka masih memelukku, sehingga aku harus memangku mereka di kedua pahaku.

"Akira-nii!!!!" Mereka berteriak histeris.

"Siapa itu? Apa orang itu penyebab kalian menangis?" Aku mendesak mereka untuk menjawab pertanyaanku.

Tapi, ketika mereka menjawab pertanyaanku, malah aku yang terdiam. Hingga sebuah teriakan menyadarkanku.

"MAI!!! RIE!!!!!!"

AzizahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang