Ingin kutusuk memori ini. Kenang yang selalu mengingatkan aku kepadamu. Kepada rasa sakit yang perlahan meracuni setiap sendi hati. Kau tidak pernah tau perjuanganku untuk memulihkan hidupku setelah pergimu. Tenang, aku tak kan pernah memintamu kembali. Tapi melihatmu adalah hal yang paling kuingini.
Kau bahkan tidak pernah sekalipun memperjuangkanku. Atau memang dari awal memang bukan aku alasanmu berjuang? Tapi kata-katamu yang pernah kau ucap sungguh mematikan. Hingga mampu meyakinkanku bahwa kau mencintaiku. Aku percaya padamu. Pada setiap kata sayang yang kau umbar, pada setiap perhatian yang kau berikan, hingga pada setiap temu yang tak kau usahakan dengan alasan bukan waktu yang tepat. Bagaimana aku bisa menjadi sebodoh ini? Faktanya telah banyak wanita yang kau dekati. Tanpa pernah merasa bahwa kau telah menyakiti. Hingga perlahan-lahan hati ini mati.
Aku ingat hari itu. Hari dimana kau bersama wanita lain di depan mataku. Tapi kau tau bahwa aku selalu mempercayaimu. Lalu hatiku meyakinkan logika jika itu hanya temanmu. Dengan rumahmu yang jauh, hanya datang ke tempatku untuk bertemu dia. Bukan aku. Aku mulai mempertimbangkan logikaku. Perlahan logika memenangkan pertempuran. Hingga aku memilihi pergi. Bukan aku tak mencintaimu lagi. Bukan karena sayangku telah habis. Tapi karena perjuangan sepihak tak kan membuat hubungan kita berhasil.
Aku melangkah menjauh. Kau masih mengejarku. Aku berlari. Kau berhenti. Lalu aku menyadari. Dari awal tujuanmu memang bukan aku dan tak pernah aku. Beberapa bulan kemudian aku mendengar bahwa kau telah menemukan wanita untuk menjadi kekasihmu. Posisi yang dulu kudambakan namun tak pernah kau beri kepastian.
Hingga aku menulis ini, rasaku masih sama. Setiap kenangan tentang kita masih terpatri rapi membentuk senyawa racun yang kadang menyakiti hati. Tapi tidak akan aku buang pergi. Karena aku mencintaimu dengan segenap hati. Biarlah waktu yang akan mempertemukanku kembali dengan dia yang juga mencintaiku sepenuh hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Pejuang Cinta
ChickLit"Wahai hati, sadarlah. Hatimu tak lagi utuh. Sudah ia bunuh perlahan. Lantas bagian mana yang akan kembali sempurna?" "Saat orang lain menertawai karena lemahmu. Selalu ingatlah bahwa ada aku yang menyemangatimu karena cintaku." Catatan para pencari...