du-a

2.2K 286 44
                                    

Tarik napas ...

Buang

Perjalananmu akan panjang

Happy reading, guys.




🌵🌵🌵

du-a; you can't call me monster

🌵🌵🌵

Untuk sebagian orang, terlambat adalah sebuah kalimat yang pantang untuk dilakukan. Berbondong-bondong datang lebih pagi atau tepat di jam masuk agar minimal tidak masuk saat gerbang sudah tertutup. Namun, untuk sebagian lainnya, bagi mereka yang terkadang sulit bangun pagi, memilih waktu mepet untuk datang atau malah terkadang sampai terlambat. Oleh karenanya, Indonesia terkenal sekali dengan julukan jam karetnya.

Selayaknya yang Adel lakukan saat ini, dia bukan orang gampang bangun, bukan pula termasuk orang yang selalu bangun terlambat. Dia hanya orang yang terlalu malas sampai-sampai hampir selalu sampai di sekolah dengan terlambat.

Sialnya, hari ini adalah Senin dan kemungkinan terburuk dari terlambatnya adalah nama yang mangkir di catatan buku hitam sekolah. Pertama, dia lupa membawa topi, karena untuk dasi, dia selalu pakai setiap hari. Kedua, tentunya datang terlambat. Ketiga, orang yang menjadi petugas disiplin kali ini adalah musuh bebuyutannya—teman baiknya.

"Gue bisa maafin kalau masalah attribut lo yang nggak lengkap, tapi Bu Suangsih—guru BK, tadi liat lo dateng telat. Kenapa sih? Lo hobi banget nyari masalah sama BK?" Jihan—teman Adel yang sedang bertugas menjaga barisan agar tetap tertib ini berbicara dengan setengah berbisik ke arahnya. Jihan dengan tampang garangnya menyelinap di sebuah barisan para pembuat onar, berpura-pura mengecek siswa yang lain yang tentunya sedang upacara hanya demi mencapai posisi Adel yang berada di barisan ke lima dari depan.

Bisa dibilang Jihan ini yang cukup peduli pada kehidupan Adel di masa sekolahnya ini. jika tidak, mana mau dia bersusah payah maju ke depan seperti ini, padahal kepala sekolah sedang memberikan wejangan sepanjang masa-nya.

Adel menanggapinya dengan meringis saja kepada Jihan, membuat perempuan berambut hitam lurus itu gemas dan hampir menjitak kepala Adel. "Ini nih, kalau gini terus cara lo, poin lo lama-lama diawasin sama guru BK."

"Iya sorry gue lupa kalau ini senin," balas Adel seadanya.

Mana ada sih manusia lupa hari Senin. Bukannya hari Senin merupakan hari yang kebanyakan orang benci sampai-sampai mereka selalu mengantisipasi kedatangannya. Entah dengan mempersiapkan sejak malam atau bangun lebih pagi agar tidak terkana sial. Orang semacam Adel ini tidak hanya satu, tapi terbukti ada sekitar tiga barisan mereka yang terlambat atau tidak mengenakan atribut lengkap. Bersyukurlah Adel karena dia tidak sendirian. Barisan para pelanggar tata tertib cukup terasa penuh dan sesak hari ini.

"Kabar baik buat lo, habis upacara dipanggil bu Suangsih." Jihan menepuk pundak Adel dengan sedikit kesal.

"Wah, akhirnya gue dipanggil juga," respon Adel dengan wajah berbinar, sontak mengundang death glare dari Jihan dan Adel mentertawakannya dengan kecil. Jihan tidak habis pikir dengan pola Adel bertindak itu. Masih bisa santai ketika guru BK killer memanggil.

"Balik liat ke depan lagi lo."

"Dih, lo yang ganggu gue."

Adel menjulurkan lidahnya sebelum Jihan kembali lagi ke belakang untuk kembali mengawasi murid-murid yang sedang berupacara di lapangan.

🌵🌵🌵

"Nah, akhirnya kamu datang juga."

Adel menghela napasnya agak panjang—dengan lebay sembari memegangi dadanya, matanya pun melotot saking leganya dia. Bagaimana tidak lega, jika hampir satu jam pelajaran tadi dia diceramahi sepanjang jalan kereta api. Telinganya bukan lagi panas, tapi mungkin sekarang sedang berkobar-kobar apinya, asapnya mengepul ke udara.

OBLIVION [97 Line]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang