Akan berisi cerita flashback
Mereka akan kembali menjadi anak SMA biasa yang—kalau mereka bilang, mereka menjalaninya dengan hati yang senang, pikiran yang tenang, dan tanpa beban.
***
Mochammad Navindra Aksara
Nama Aksa alah pemberian dari Ibunya, katanya Aksa adalah aksara yang coba Tuhan sampaikan kepada mereka sebagai anugerah. Aksa adalah si kesayangan, pemilik kepandaian dalam logika dan berhitung cepat berkat didikan ibundanya yang selalu memberikan kasih sayang. Baru-baru ini mendapati julukan baru, si buaya yang bisa mematahkan hati perempuan dengan mudah.
"Gue kan bilang sayang sama lo kemaren, sekarang udah nggak!"
***
Yanuarta Gilang Pratama
Yugi bukan laki-laki kurang kasih sayang, bukan pula manusia yang patuh akan aturan. Yugi hanya suka bersenang-senang, sampai rasanya cukup untuk menghabiskan malam. Kebebasan Yugi kadang membuatnya berpikir apakah dia benar-benar di sayangi atau hanya sebagai pajangan foto di ruang keluarga agar terasa ada. Yugi tidak mengerti cinta bukan karena tidak pernah mendapatkannya, sekali mencintai, katanya Yugi akan membawakannya sial. Sebagai perokok aktif tentunya Yugi menjadi langganan BK hampir absen setiap minggu, terutama kebiasaannya mencari masalah dengan murid lainnya.
"Bagi rokok dong, seret tenggorokan gue."
***
Adelia Roseanne Karènina
Jika boleh memilih ingin menjadi apa, mungkin Rose akan memilih menjadi alat musik saja. Melihat bagaimana manusia menghargai dan menyukai musik membuat harinya terasa penuh dan bermakna. Pada setiap padanan lirik dengan lantunan lagu berbisik padanya dan membawanya menari, melepas semua penat dalam kepalanya. Meskipun musik adalah hidupnya, Rose bukanlah seorang malaikat, dia adalah sang puan dengan sayap abi-abu. Oh, satu hal perlu kau ingat, jangan pernah mengganggunya.
"Lo sekali lagi nyenggol gue ... M-A-T-I!"
***
Maru Ghattan Yudishtira
Si pelik yang tidak enggan berbagi dengan semesta tentang keahliannya. Pencari masalah yang bukan hanya dengan guru BK, juga langganan polisi jalanan dengan title mural jalanan. Maru senang berkarya dan menuangkan semua sebagai distraksi pada kanvas besar yang mereka sebut sebagai tembok. Si pemilik senyum kecil mematikan yang bisa membuat siapapun yang melihatnya ketakutan, bukan hanya karena presensinya, tetapi juga karena apa yang tersembunyi di baliknya.
"Enyah lo, gue nggak suka sama lo."
***
Ini tentang amarah remaja yang bahkan belum mereka dapat pahami
Mengais perhatian, kasih sayang, bahkan secuil harapan untuk dapat tumbuh dengan penuh
Dan mereka seperti angka delapan.
Memiliki lintasan yang berputar untuk mempertemukan satu sama lain.
Tidak saling membenci tidak pula saling berteman, apalagi saling mencintai.
Hubungan mereka tidaklah lebih dari Simbiosis Mutualisme.
Tetapi, percayalah, takdir mereka seperti kumparan magnet.
Masing-masingnya berpusat pada hal yang sama.
Ialah kebebasan.
***
See you! 👋👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVION [97 Line]
Fiction généraleMereka merupakan Trouble Maker, selalu kehilangan jalan, selalu kehilangan masing-masingnya, tetapi layaknya sebuah kumparan magnet, sejauh apapun mereka terpisah, pada akhirnya mereka kembali ke tempat yang sama, pada titik pusat yang menghantarkan...