em-pat

1.1K 172 6
                                    

Empat; bermula dari kesalahpahaman


Tidak sedikit orang menyangka bahwasannya Yanuarta Gilang Muhammad adalah si pembawa masalah. Delapan dari sepuluh keributan didalangi olehnya. Beberapa siswa bahkan sampai-sampai menyangkut-pautkan rumput lapangan yang botak membentuk lingkaran merupakan perbuatan Yugi akibat berkelahi dengan salah satu kakak kelas pentolan yang sama-sama memiliki kemampuan tertinggi dalam adu jotos tentunya.

Berikut pula dengan problematik remaja yang dipenuhi dengan intrik dan kejutan, menjadi landasan sebuah drama sekolahan yang menjadi makan siang para siswa.

Berasal dari negeri antah berantah, siswa yang bahkan Yugi sendiri yakin jikalau pernah melihatnya, tiba-tiba menantangnya untuk duel. Usai mata pelajaran Fisika, serta mendapat sedikit wejangan dari bimbingan konseling yang sepertinya cukup untuk menulikan diri; dia yang mengaku sebagai kekasih Yesi.

Pradana Hery Jiksana akrab di sapa Hery, menatapi Yugi dengan tampang sengak. Dua lelaki ini yang acap kali terlibat perkelahian.


Yugi tidak bisa memahami bagaimana bisa manusia ini beradu kepalan tangan hanya untuk seorang perempuan. Sebagai seseorang biasa berontak, Yugi tidak ingin wajahnya lecet dan kemudian dihukum oleh guru olahraga lagi—melawan dengan brutal. Apa-apaan bocah ini, seperti tidak tau aturan saja.


"Udah gue bilang menjauh dari Yesi! Lo masih nggak ngerti apa gimana?!" Hery berhasil melayangkan satu tinju cukup bertenaga dan berhasil mengenai pipi kanan Yugi. Yugi kecolongan dan sedikit limbung, mencoba menyeimbangkan badannya. Dalam hati Yugi menghela napas, usai ini pasti dia kena hukuman dengan wajah babak belur.

"Lo bener-bener mau deketin Yesi? Langkahi dulu mayat gue."

Ini anak ngomong apa, Yugi mendadak tidak mengerti. Ngapain dia mesti dekat dan mendekati Yesi? Mereka memang sekelas dan kebetulan berada di kelompok yang sama, tetapi entah Yugi atau Yesi menurut pandangan Yugi—hubungan mereka tidak sedekat yang mungkin ada di pikiran Hery.

"Gue nggak ngerti sama apa yang lo omongin."

"Halah bacot doang lo, sini maju sama gue!" Hery melayangkan satu tinju kembali, tetapi percobaan kali ini tidak berhasil. Yugi yang memiliki pengalaman dalam hal mukul-memukul mengetahui arah Hery akan memukul hanya dari pergerakan dari bahunya; langsung menangkis serangan tersebut dengan lengan kanan dan membalas dengan menendang keras perut Hery. Membuat laki-laki yang tingginya tidak jauh dari Yugi itu mundur beberapa langkah. Beruntung ada pohon di belakangnya, sehingga dapat dijadikannya topangan agar tidak terjungkal.

"Kayaknya lo salah cemburu sama orang." Yugi menyimpan kedua tangannya di balik saku celana seragam abu-abunya, berjalan mendekat dengan perlahan. "Gue nggak suka Yesi dan lo berhenti lah gangguin gue."

Bahasa yang bukan Yugi banget keluar dari mulutnya. Namun benar-benar Yugi lelah, kenapa orang-orang suka sekali menyangkut pautkan sesuatu yang bukan urusannya menjadi; urusannya.

"Emang gue bakalan percaya? Akal bulus lo bagus banget," ujar Hery; bagi Yugi semakin melantur.

Hery baru saja mau menantang Yugi untuk kembali berduel. Tiba-tiba suara nyaring memenuhi indera pendengaran keduanya. Suara berat yang di serukan dari ujung koridor agar terdengar ke pipir lapangan tempat Yugi dan Hery berada.

"YANUARTA GILANG, PRADANA HERY, JANGAN HENGKANG BARANG SELANGKAH PUN." Pak Endang dengan penggaris kesayangan plus wajah memerah karena marah berjalan cepat ke arah dua remaja yang saling babak belur itu.

OBLIVION [97 Line]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang