Luna mematung. Ia begitu gugup saat ini karena Bara menatapnya begitu tajam. Apa yang harus gadis itu lakukan sekarang kalau Bara sudah marah?"Gua tanya, woy!" sentakan Bara membuat Luna kaget dan sempat menutup matanya sebentar.
"Ma-maaf! Nggak sengaja!"
"Nggak sengaja?" Bara bertanya memastikan dan Luna mengangguk mantap. "Lo kira gue sebego lo untuk percaya omongan lo sekarang?"
Nggak pake bego berapa, sih? Kan, aku nggak bego-bego amat. Luna sempat membatin kesal.
"Aku, kan, nggak sengaja. Mana aku tahu kalo kamu ada di depan sana. Aku juga nggak bisa prediksi kaleng yang aku lempar bakalan bisa ditangkap sama Keisha atau enggak. Lagian juga aku udah minta maaf tapi kamu marah-marah mulu. Nggak takut cepet tua apa?" Luna berkata panjang lebar, membuat Bara sempat mengorek sebelah telinganya dengan malas.
"Udah ngebacotnya?" tanya Bara dengan datar.
"Udah! Eh, aku nggak ngebacot!" Luna menjawab cepat.
"Kalo gitu, gua bakalan maafin lo kalo lo minta maaf ke gua dengan memakai panggilan 'Kak' Bara."
"Kak ...."
"Kak-kak一" ucap Luna terbata-bata membuat Bara semakin kesal dan menyentaknya. "Ngomong aja gagap lo bekicot! Kak-kak, lo kira gua burung kakak tua?!"
Galak banget, ya, Tuhan. Singa di kebun binatang aja nggak segalak ini.
"Kak, Bara. Luna minta maaf, ya, atas perbuatan Luna tadi. Luna nggak sengaja, Kak."
"Apa? Nggak kedengaran!"
Luna menarik napas dalam berusaha untuk tabah. "Kak, Bara. Luna minta maaf, ya, atas ... argh! Nggak bisa!" Tanpa diduga, Luna memukul kuat dada Bara dengan kedua tangannya lalu menendang kuat tulang kering Bara. Bara yang terkejut dengan tindakan itu, hanya bisa diam tidak percaya. Luna gelagapan, kemudian berlari dari tempat itu, disusul juga oleh teman-temannya.
Melihat Bara tidak membalikkan tubuhnya, membuat teman-temannya menghampirinya dengan rasa penasaran.
"Bar? Lo napa, Bar?" tanya Herman tampak panik.
"Baru kali ini ada cewek yang berani sama geng Fatal, dan dia dengan lancangnya nyentuh dada gua dan nendang kaki gua. Gua ternodai! Dada gua disentuh cewek!" omel Bara tidak terima.
Ghani ingin sekali tertawa namun harus ia tahan karena tidak ingin mendapat pukulan dari Bara. "Terus mau lo apain tuh cewek?" tanyanya dengan kekehan.
"Dia anak kelas berapa?"
"Kelas X."
Tanpa menyahut temannya lagi, Bara berbalik dan melangkah dengan kedua tangan di dalam saku celana abunya. Teman-temannya tampak mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[Beberapa Part sudah dihapus untuk penerbitan. Telah Tersedia di toko buku Gramedia seluruh Indonesia] 'Senyuman penawar luka yang seluas samudera' Bara Elang Nugroho, biang kerok sekolah SMA Angkasa yang adem dipandang mata. Si nakal yang susah dij...