Bara | 12

98.6K 6.9K 243
                                    

Pasukan Fatal menelusuri lorong sekolah yang tampak ramai. Bara memimpin di depan, melangkah dengan wajah garangnya. Ia beserta anak buahnya memasuki kelas XI-IPS 4. Benar saja, Bara benar-benar serius dengan ucapannya. Ia mengobrak-abrik kelas itu tanpa izin dengan si penghuni kelas. Ia menendang salah satu meja di sana hingga terjatuh dan mengeluarkan suara yang begitu keras yang mampu mengejutkan siapapun yang ada di sana.

"Ini masih meja yang gua jatuhin, jangan sampe papan tulis kalian yang gua retakin." Bara mengatakannya dengan nada biasa-biasa saja, namun mampu membuat seisi kelas merinding.

"Kevin Tandio, keluar lo. Kalo lo nggak nunjukin muka lo di hadapan gua sekarang, potong tuh senjata masa depan lo." Bara mengomel lagi.

"Kak, jangan hancurin kelas kami, Kak!" Salah satu murid wanita berucap.

"Makanya, suruh temen lo yang sok jagoan itu berdiri di hadapan gua sekarang. Biar nggak gua hancurin ni kelas," sahut Bara galak.

"Ta-tapi, Kevin Tandio nggak lagi ada di kelas, Kak!"

"Eh! Itu dia di pintu."

Bara menoleh ke belakang, ke arah pintu kelas tepatnya. Ia melihat cowok berpakaian rapi tengah gelagapan saat melihat Bara. Bara yakin, cowok itu pasti adalah orang yang ia cari saat ini. Andi menghampiri cowok itu, menatap name tag yang tertera di seragamnya.

"Ini dia, Kevin Tandio." Andi berucap dengan nada mengerikan. "Ini kelas lo, kan? Nggak mau masuk?" tanya Andi membuat Kevin tidak mampu bergerak. Sekujur tubuhnya mendadak kaku.

Bara duduk di atas salah satu meja dengan santainya seraya menatap Kevin dan berkata, "Nggak usah takut masuk kelas sendiri. Ini, kan, kelas lo, ngapain lo ragu."

Kevin dengan ragu melangkah masuk ke kelasnya dan saat ia hendak menghampiri bangkunya yang paling belakang, Bara telah menghentikan langkahnya dengan sebuah pertanyaan.

"Kenapa lo rendahin Fatal?"

Kevin terkejut dengan pertanyaan itu, bahkan seisi kelas kini hening.

Bara masih duduk tenang di atas meja, tidak berniat menoleh ke belakang. Keenam temannya berdiri di depan kelas, ada yang bersandar, ada juga yang bersenda gurau.

"Napa diem? Bukannya lo yang paling berani berkoar di grup chat perkumpulan lo dengan mengatakan bahwa Fatal cuma perkumpulan sampah."

Kevin berbalik, menghadap Bara yang membelakanginya. "Bukannya perkumpulan lo memang perkumpulan sampah?"

Mendengar hal itu, Bara turun dari meja dan menatap datar adik kelasnya. "Atas dasar apa lo bilang kayak gitu?"

"Gue bener, kan? Geng kalian cuma bisa ngerugiin sekolah ini. Sekolah jadi buruk gara-gara kalian yang sering tawuran nggak jelas, ngerokok, dan suka bikin guru-guru marah."

Tatapan Bara masih datar. "Emangnya kenapa?"

"Gue heran aja, kenapa Dhirga mau jadi saudara tiri lo. Dia teladannya sekolah kita malah bersaudara sama biang keroknya sekolah."

"Lo keberatan?" tanya Bara tidak suka. "Lo nggak suka geng Fatal ada di sekolah ini? Lo nggak terima sekolah busuk ini ada perkumpulan?"

Kevin maju mendekati Bara. "Iya, kami semua risi dengan perkumpulan nggak jelas kalian."

"Woi! Mulut lo belum pernah kegesek aspal, hah?!" Yuko marah.

"Udah, bogem aja bos. Biar tahu rasa nih bocah." Rendi ikut bersuara kesal.

"Nggak jelas lo bilang? Emang lo, temen-temen lo, guru-guru, ada yang ucapin makasih sama Fatal saat SMA Cakrawala mau ngenyerang sekolah kita? Menurut lo apa yang bakal terjadi kalau Fatal diam aja waktu itu?"

BARA [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang