Selesainya acara pembukaan 17 Agustus di SMA Angkasa, para murid-murid semakin antusias karena tidak sabar melihat pertandingan olahraga. Para penari dan musisi tengah kembali ke studio dance. Semuanya duduk di lantai sambil mendengarkan beberapa ucapan dari kakak kelas yang telah melatih mereka.
"Terima kasih semuanya yang sudah bekerja keras demi acara pembuka 17 Agustus sekolah kita. Kalian luar biasa, nggak ngeluh sedikitpun saat latihan. Semangat kalian itu buat kami semakin ikut semangat untuk melatih kalian. Walaupun kita hanya ketemu selama seminggu, kita tetaplah teman. Kalau jumpa di manapun, kita saling sapa. Terima kasih sekali lagi kepada para penari juga para musisi yang bersedia mengisi acara ini."
Bara mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi dengan jari jempol terangkat satu一menunjukkan arti mantap.
Kini semuanya menyantap konsumsi yang disediakan oleh pihak OSIS untuk mereka, meskipun berupa air mineral dan kue-kuean, setidaknya itu cukup untuk menghilangkan rasa lelah mereka. Sesudahnya, Bara dan teman-temannya bangkit berdiri setelah teman sekelas mereka masing-masing memberi info tentang nomor urut pertandingan mereka.
"Kami permisi dulu, ya. Mau siap-siap buat tanding basket nanti." Bara membuka suara
"Oke, Bar. Makasih juga, ya, semuanya. Good luck buat pertandingan kalian."
"SIAP!"
Suara yang terdengar kompak itu membuat semua yang ada di studio merinding juga tersenyum melihat kekompakkan mereka. Geng Fatal memang dicap nakal di sekolah itu tetapi, geng Fatal punya ciri khas tersendiri yang membuat siapapun bisa iri melihat kebersamaan mereka.
Melihat Bara telah keluar dari ruangan, Luna langsung mengetik sesuatu di atas layar ponselnya, memberi pesan kepada seseorang lalu mengirimnya. Setelahnya, ia beralih lagi ke teman-temannya一ikut bercengkerama.
Di koridor kelasnya, Bara merasa saku celananya bergetar. Ia meraih benda canggih dalam saku celana hitamnya, kemudian membaca pesan yang masuk.
Luna: 5 menit lagi aku tunggu ya di depan kelas aku, ada yang mau aku kasih. Kamu mau kan?
Bara menaikkan sebelah alisnya, merasa bingung dengan maksud pesan gadis itu. Ia tampak membalas pesan tersebut namun, Bara bersikap bodo amat saja, ia akan datang ke sana untuk mengetahui apa yang akan diberikan oleh Luna kepadanya.
Bara: Ya.
Saat pesannya dibalas oleh Bara, buru-buru gadis itu berdiri dari tempatnya. "Kak, aku permisi, ya, balik ke kelas. Ada urusan bentar!" seru Luna, kemudian berlarian ke kelasnya.
Sesampainya Luna di kelas, ia mengatur napasnya sambil memegang erat sebuah jaket hitam. Luna keluar dari kelasnya dan menunggu Bara di depan kelas. Ia melihat ke bawah, pertandingan olahraga tengah berlangsung di lapangan. Matanya terfokus pada Dhirga, Redo, Luis, dan Alexa beserta teman-teman gadis itu一duduk di bangku panjang sambil menonton pertandingan. Luna menarik senyuman setiap kali ia merasa lega saat Dhirga akhirnya bisa membuka hatinya untuk gadis yang benar-benar baik untuknya yaitu, Alexa.
Tidak sengaja pandangan Luna teralihkan ke pergerlangan tangan kirinya, menampakan bekas luka gores yang tidak akan pernah hilang. Bekas luka yang sedikit menghitam dengan kisah pilu yang terselip di dalamnya. Gadis itu menarik napas panjang, berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Tanpa disadari gadis itu, Bara sudah lama berdiri tidak jauh dari gadis tersebut一memperhatikan setiap gerak-gerik gadis yang mampu membuatnya mengabulkan sebuah permintaan dari seorang cewek. Bara melangkah mendekati gadis itu.
"Eh, Bara. Mau tanding basket, ya?" tanya Luna saat menyadari kehadiran Bara yang membuatnya terkesan karena Bara mengenakan seragam basket berwarna hitam merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[Beberapa Part sudah dihapus untuk penerbitan. Telah Tersedia di toko buku Gramedia seluruh Indonesia] 'Senyuman penawar luka yang seluas samudera' Bara Elang Nugroho, biang kerok sekolah SMA Angkasa yang adem dipandang mata. Si nakal yang susah dij...