Chapter I - Tragedi dan Permulaan

26 1 0
                                    

"Mengapa berakhir seperti ini...?"

Aku melihat sekelilingku dengan lemas, dan semuanya benar benar tidak terduga, para prajurit berdiri disekitarku.. dan di dekatku, aku melihat 'dia' sedang terbaring tidak berdaya, pakaiannya penuh dengan darah, aku tidak bisa melihat wajahnya yang sedang berpaling dariku.. --dia adalah seseorang yang kukenal dengan amat baik, harta karunku yang paling berharga dan tak tergantikan.

"Sialan...! Padahal tinggal sedikit lagi, ugh, tubuhku benar-benar terasa berat, padahal rencana kami sudah sempurna, sial, sial! Kenapa jadi seperti ini...?!" ucapku dengan penuh penyesalan dan amarah.

"Setidaknya aku harus melindunginya.. ah.. aku baru ingat bahwa hari ini adalah hari yang spesial, selain dari rencana kami, hari ini juga adalah hari pertama aku bertemu dengannya.."

Ini adalah tanggal 22 Desember, sebuah tanggal tidak berarti bagi kebanyakan orang, namun tanggal ini adalah tanggal yang mengenang momen terpenting dalam hidupku.

**********************************************************

Tujuh tahun yang lalu, disaat aku bosan dengan kehidupanku sebagai pekerja ladang, aku memutuskan untuk pergi berkelana, pergi dari desaku, Baltfel, untuk mencari tujuan hidupku yang sesungguhnya.

Baltfel adalah sebuah desa kecil yang terletak di timur kerajaan Genlie, itulah yang dikatakan oleh kepala desa kepadaku, tidak banyak yang bisa dilakukan di desa ini, itu sebabnya aku memutuskan untuk berkelana.

Namaku adalah Halios. 19 tahun. Orangtuaku sudah meninggal sejak umurku 8 tahun, sepeninggalnya orangtuaku, Kepala Desa Baltfel mengizinkanku untuk tinggal serumah dengannya, sehari-hari, aku bekerja membantu para warga dewasa di ladang, setelah umurku 16 tahun, aku tinggal sendiri di rumah peninggalan orangtuaku.

Di hari dimana aku mendapatkan gaji terakhirku --ya, ini adalah gaji terakhir yang kudapat sebelum pergi berkelana. Aku pamit kepada kepala desa dan kenalan-kenalanku di desa, kemudian pulang ke rumah dan mempersiapkan semua kebutuhan yang akan kuperlukan untuk berkelana, aku juga membawa beberapa jimat sihir, hanya untuk berjaga-jaga. Akan kumulai perjalanku di keesokan hari.

Pagi hari, matahari bersinar dengan lembutnya, seakan mendukung perjalananku dan mengawasiku, udara terasa amat menyejukkan, memberiku keyakinan bahwa yang kulakukan ini adalah hal yang benar. Ini adalah hari pertama kisah petualanganku dimulai. Aku hanya berjalan tanpa arah, setelah melewati perbatasan desaku, aku mulai melakukan pemetaan, sayang sekali, di desaku tidak ada peta satupun, sehingga aku harus membuatnya sendiri selama perjalanan, bagaimanapun juga, aku tidak ingin pergi memutar dan kembali lagi ke desaku.

Setelah berjalan sepanjang pagi, aku menemukan sebuah desa yang lebih besar dari desaku, sebuah desa yang asing, dan belum pernah kulihat sebelumnya. Tentu saja tidak pernah, karena aku belum pernah keluar dari batas desa Baltfel sekalipun. Benteng pelindung desa ini amat tinggi, dan tampak kokoh, batu-batu penyusun bentengnya terlihat gagah dan kompak, sangat berbeda dengan desaku. Saat aku memasuki gerbang, ada penjaga gerbang yang bertanya kepadaku.

"Selamat siang, untuk keperluan apa anda mendatangi desa kami?"
"Aku hanya seorang petualang, aku baru saja meninggalkan desaku untuk mencari tujuan hidup baru," Ya, aku sepertinya aku terlalu jujur, dan inilah kesalahan pertama yang kulakukan setelah aku memutuskan untuk berkelana.
"Hmm baiklah, anda boleh lewat, tetapi tunggu sebentar, ada seseorang yang akan menemui petualang seperti anda."

Penjaga tadi mempersilakanku duduk, sekitar sepuluh menit kemudian, seseorang datang menghampiriku. Posturnya tegap, dan dia lebih tinggi dariku, dan wajahnya terlihat ramah.

"Selamat siang, apakah kamu petualang yang dimaksud oleh penjaga?" ucapnya. Suaranya lantang, namun tidak terlalu keras, dan pengucapan bahasanya amat fasih, sepertinya dia adalah seorang petinggi kota, entahlah.

"Ya."
"Baiklah, ayo ikut denganku ke bar."

Sesampainya di bar, aku dipertemukan dengan orang lain lagi. Padahal sepanjang pagi ini aku sendiri, namun setelah memasuki kota ini, tidak lebih dari satu jam, aku sudah berbicara dengan tiga orang yang belum kukenal, kehidupan di luar desa ternyata menyenangkan juga, setidaknya untuk saat ini.

"Namaku Silmar, dan ini adalah kenalanku, Godelico."
"Hai."
"Halo," Aku membalas sapaan Godelico.
"Kudengar kamu adalah seorang petualang, apa kamu tahu apa yang dibutuhkan oleh seorang petualang muda sepertimu? Semangat dan tujuan yang membara! Tentu saja! Nah, apa kamu sudah memiliki semangat dan tujuan berkelana? Atau belum punya?"

Sial, orang ini ternyata cukup peka dengan keadaanku, padahal penampilannya begitu sederhana, layaknya rakyat biasa sepertiku.

"Yah, begitulah, untuk saat ini aku hanya ingin melakukan sesuatu yang baru, entah apa itu."

"Kalau begitu, bagaimana jika kau ikut denganku? Aku punya sebuah pekerjaan yang mungkin belum pernah kamu lakukan sebelumnya, upahnya lumayan, dan kamu juga mungkin bisa mendapatkan beberapa barang baru," ucap Godelico.

Sepertinya ini tawaran yang bagus, aku membutuhkan uang sebanyak mungkin untuk bisa hidup, aku juga perlu mengetahui keadaan di sekitar desa ini.

"Kedengarannya bukan tawaran yang buruk, mengapa tidak kamu ambil saja?" Tanya Silmar.

"Yah, sepertinya begitu. Baiklah Godelico, kuterima tawaran pekerjaanmu."
"Bagus sekali."

Entah kenapa, aku merasakan hawa dingin, mungkin karena aku tidak terbiasa dengan lingkungan di desa ini.

"Aku ada keperluan. Aku akan pergi duluan, silakan lanjutkan pembicaraannya," ujar Silmar sambil melambaikan tangan kearah kami. Kubalas salamnya dengan melambaikan tangan kearahnya.

"Apa kamu sudah memiliki tempat untuk bermalam?" Tanya Godelico.
"Belum, bukankah tadi sudah kubilang bahwa aku baru saja datang ke desa ini?"
"Ah, aku lupa, maaf, akan kutunjukkan tempat yang bagus untuk bermalam, harganya cukup terjangkau, ikutlah," Ajak Godelico

Kami berdua keluar dari bar, dan berjalan sekitar 10 menit, di perjalanan, aku diberitahu banyak hal yang sepertinya umum mengenai lingkungan sekitar dan desa ini.

"Kita sampai, ini tempatnya."

'Candelavoire Inn' itulah tulisan yang terpampang pada plakat, nama penginapan yang bagus, begitulah pikirku.

"Sekarang aku akan memberikanmu sebuah alamat, datangilah tempat ini besok pagi, kamu akan menemuiku disana," ucap Godelico sembari memberikanku secarik kertas berisi alamat, yang entah kapan sudah dia persiapkan.

Sejujurnya aku kurang yakin dengan pekerjaan ini, terutama Godelico, sepertinya dia sedikit mencurigakan, meskipun dia ramah, ah.. terserahlah, lebih baik aku masuk saja ke penginapan.

Aku disambut oleh resepsionis penginapan, uang yang kupunya adalah 12.000 Genlie. Godelico jujur mengenai harga penginapan ini, harganya tidak jauh berbeda dengan harga penginapan di Baltfel. Kuambil kamar termurah dengan biaya perharinya 370 Genlie. Resepsionis memberikan kunci kamar dan menunjukkan arah menuju kamarku, kuikuti arahannya dan sampailah di depan pintu kamarku.
'26'
Kurasa ini adalah kamar nomor 26. Kubuka pintunya dan masuk, suasana kamarnya benar-benar nyaman, dengan harga sekian, ini tergolong murah. Lalu setelah mengunci pintu, aku berbaring, karena sudah sore, aku memutuskan untuk merapikan barang-barangku dan kemudian tidur.

Unpleasant Kingdom GenlieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang