Seiring waktu berjalan, Taehyung mengerti cara menjaga penampilan. Berkaca dari dirinya di masa lalu yang sangat amburadul, dia mulai merawat tubuh dan wajahnya. Walau kata orang penampilan luar bukan hal penting, rasanya orang akan tetap melihat muka ketimbang mau mengenal lebih dalam.
Ah, orang hanya bisa sok menggurui.
Ibunya sering bilang kalau Taehyung punya wajah yang bagus. Tampan dan cantik. Dia bilang nanti kalau sudah dewasa pasti makin cakep. Awalnya Taehyung tidak percaya, karena dia agak tidak percaya diri dengan wajahnya. Dulu. Tapi sekarang dia agak senang ketika bercermin dan mendengar orang puja-puja wajahnya.
Terima kasih, beauty vlogger!
Dan Kim Seokjin, abangnya yang pandai merawat wajah.
Sekarang dia sudah kuliah. Masih tergolong mahasiswa baru. Susah payah dia belajar sampai larut hanya untuk masuk jurusan seni lukis.
Entah apa kata teman-teman SMPnya kalau sampai satu kampus. Karena sebetulnya, gambarannya tidak terlalu bagus. Tapi dia senang melukis.
Modal nekat saja.
“Kim Tae!”
Lelaki itu tersenyum, berlari kecil hampiri kawannya. “Apa aku terlambat?”
“Hah? Tidak juga, sih. Aku lapar, makan dulu yuk.”
“Loh tapi kelasnya?”
“Punya hape tuh dipakai. Kelas diundur jam satu nanti.”
Taehyung lantas mengecek grup chat dan mendesah lesu. Hari ini kelas Ibu Kang, dan ia sangat menantikan ini tapi tidak apa. Toh hanya diundur. Jadi dia pasrah ketika lengannya ditarik untuk menemani anak ini makan sesuatu di kantin.
“Mau apa?”
Dia sudah sarapan di kos, “Teh susu aja.”
“As always.”
“Sudah tahu masih tanya!” Taehyung mendengus kesal, biarkan lelaki itu pergi memesan sementara dia main ponsel.
Membuka Devian Art dan sibuk mengagumi mahakarya pelukis hebat favoritnya. Ada karya baru dari Soft Pudding dan Taehyung menjerit sembari memberi komentar dan menyimpan gambarnya.
Selain jago gambar, Soft Pudding sangat ramah. Dia punya banyak akun media sosial dan begitu ramah dengan penggemarnya. Senang membalas komentar dan lemparkan gurauan lucu. Taehyung tidak pernah melihat wajahnya, karena dia memang tak berikan satu pun identitas aslinya. Bahkan e-mailnya hanya sebuah formalitas.
Keren dan misterius, Taehyung suka sekali.
“Nih.”
Taehyung mendongak, “Makasih, Kook.”
“Hmmm.”
“Badmood?”
“Kelihatan jelas?”
Taehyung mengangguk. “Walau kita baru beberapa bulan saling kenal, tapi kamu adalah orang yang transparan. Sangat jelas bagiku untuk melihat ekspresi hatimu.” Ia mengusap kepala teman kampusnya itu. “Kalau bisa melegakan, cerita saja tidak apa.”
“Sudah dengar kalau aku sayang kamu?”
Taehyung tertawa, “Iya, iya, makasih. Aku siap dengar curhatmu, kok.”
“Gak ada yang spesial, sih.”
“Cerita aja gak apa-apa. Aku bisa jaga rahasia, kok.”
“Itu....” Jungkook menggigit bibirnya dalam. Melirik Taehyung, ragu untuk menceritakan hal paling memalukan ini. harusnya dia mendengarkan Yoongi hyung untuk belajar melatih eskpresi wajah. Mengesalkan bagaimana Taehyung selalu tahu isi kepalanya. “Spreiku basah,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany [MinV]
FanfictionJimin baru sadar, kalau dia pernah menyakiti Taehyung. Dan ia terlalu sadar kalau ia hanya bisa semakin menyakitinya saja. Dalam sebuah harapan diantara kemustahilan, ia ingin memperbaiki segalanya yang pernah ia rusak.