❝Sesuatu terjadi di dapur.❞

4.6K 76 6
                                    

Aku pun menidurkannya di atas meja makan, lalu menindihnya.

"Wait wait wait. Kak Greg? Di sini?!" pekiknya.

Aku menatapnya.
"Kenapa memangnya? Kau ... Takut ya?" tanyaku padanya.

Dia kembali duduk, lalu mengalungkan kedua tangannya di leherku dan balas menatapku,

"Aku tidak takut, Kak. Hanya saja, errr kenapa di dapur?"

"Jadi kau mau di mana, hm? Apa perlu kita 'melakukannya' di kamar Juya?" Candaku padanya.

Dia langsung memanyunkan bibirnya.

"Jangan gila, Kak!"

'Hahahaha, ternyata dia juga bisa takut,' batinku.

Aku kembali menidurkannya di atas meja makan, kutatap wajahnya, lalu kucium lama keningnya. Aku ingin dia mempercayaiku, bahwa aku tidak akan menyakitinya.

"Waktu kita tidak banyak, Orang tuamu akan segera pulang dan Kakakmu juga akan segera menyadari bahwa aku terlalu lama berada di dapur," bisikku padanya.

Wajahnya langsung berubah total, dia mencoba duduk lagi, bahkan dia ingin berdiri. Tapi terlambat, aku sudah menindihnya, serta menahan pergelangan tangannya.

"Kita yang memulai, kita juga yang harus mengakhiri. Aku akan membayar semua hutangku kali ini," ucapku sembari mengelus leher sampai ke payudaranya yang membusung itu.

Terdengar sekali suara napasnya yang mulai tidak beraturan. Ke mana Jeynax yang kukenal? Yang selalu binal di depanku? Kenapa dia seperti seekor kelinci yang akan dimangsa seekor singa seperti ini? Kurasa ada yang salah. Dia nampak tidak enjoy dengan semua ini.

Lalu kuelus pipinya dan bertanya,

"Ada apa? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"

"Ini salah, Kak. Sangat salah," lirihnya pelan.

"Tidak, tidak. Ini tidak salah. Kita akan 'melakukannya' dan menuntaskan semuanya. Aku janji, setelah ini kita akan menjalin hubungan Kakak Adik seperti orang normal kebanyakan."

Kucoba merayunya. Karena jujur, aku sudah tidak bisa lagi menahan libidoku jika melihatnya, dan sekarang adalah saatnya. Jeynax sudah di depan mata. Tidak akan aku sia-siakan!

"Baiklah, Kak. Ayo kita lakukan. Jujur saja, aku susah sekali menahannya. Aku selalu ingat dengan sentuhan-sentuhanmu," ucapnya sembari mengelus pipiku.

Mendengar ucapan jujurnya itu, membuat jantungku berdegup tak beraturan.

Aku pun mengecup bibir atas dan bawahnya secara bergantian. Kuhisap lembut bibir bawahnya dan kugigit pelan,

"Ngghhmmhp ..."

Dia mulai mendesah. Dia membuka sedikit mulutnya, lalu aku memasukkan lidahku.

Lidah kami saling membelit dan melilit, dia menjilati rongga dan dinding mulutku dengan nafsu.

Aku yang sudah gemas ini pun menyedot ujung lidahnya. Lalu, kukecup bibir bawahnya.

Aku merasakan dekapannya padaku. Aku balas menekan lembut tengkuknya.

Dia melumat bibirku dengan nafsu, dikecupnya dan dihisap-hisapnya. Sesekali aku gelagapan dan kehabisan napas, tapi aku tak kehabisan akal. Aku tidak mau terlihat 'kalah' olehnya.

"Ahhmmpph ... Nghh ssshh, Kakhh," desahnya pelan. Kusumpal mulutnya dengan serangan dari lidahku. Kujilati lidahnya dan kugenggam tangannya.

"Jeyyhh ... I love your tongue."

It's  Our  Sins [COMPLETED-REVISI ON PROCESS] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang