❝Mungkin Harus Terungkap❞

1.5K 45 3
                                    

📌Seoul, South Korea

Greg's POV

"Kumohon, jangan melakukan hal yang suatu saat akan kau sesali, Kak." Jeynax marah. Dia langsung berdiri.

Aku pun ikut berdiri dan langsung menggenggam tangannya,

"Aku ingin melamarmu di depan Ibuku. Kau tidak mau?"

"Dasar gila. Benar-benar gila. Sudah kuduga, keinginanku untuk bertemu denganmu ini akan menimbulkan banyak masalah," ucapnya dan langsung menepis tanganku.

Dia berlari meninggalkanku. Aku mengejarnya dan memegang tangannya.

"Kau bisa menolakku, tapi jangan pulang sendiri."

Akhirnya, dia diam dan memilih untuk menurut padaku. Kami pun hanya saling diam dalam perjalanan pulang.

Aku mengantarnya sampai rumah.

Aku tahu, dia ke rumahku hanya memakai transportasi umum. Aku tidak suka melihatnya menunggu atau pulang terlambat.

Setelah sampai di rumahnya, awalnya aku tidak mau mengantarnya masuk. Tapi, karena aku melihat mobil Ayahku, maka mau tidak mau aku harus masuk.

Penasaran juga, karena Ayahku jarang berkunjung ke rumah mereka. Jika Ayahku berkunjung, biasanya ada hal penting yang harus disampaikan. Apa jangan-jangan tentang pernikahanku?

═════════════════════

"Ahh kau juga di sini rupanya?" Ucap Ayahku tatkala melihat kedatanganku.

"Ada apa ini, Ayah?" Aku benar-benar kebingungan.

"Kami sedang mengatur tanggal yang pas untuk pernikahanmu bersama Juya, Nak. Kami memastikan, kau dan Juya akan menikah secepatnya. Dalam bulan ini."

Mendengar itu, aku sangat terkejut. Jeynax pun pasti sama terkejutnya denganku. Ya, aku tahu bahwa pernikahan pasti terjadi di antara aku dan Juna. Tapi, aku tidak menyangka bisa terjadi secepat ini.

Jeynax langsung masuk ke rumah dengan cepat, dan naik ke lantai atas. Bahkan, tanpa melempar senyum ke Ayahnya dan Ayahku.

"Tolong maafkan ya, kebiasaannya di luar negeri dulu. Mungkin terbawa sampai sekarang," ucap Ayahnya yang disahut dengan anggukan paham Ayahku.

Padahal, aku sangat tahu kalau Jeynax itu sedang marah.  Lalu harus bagaimana? Dia kulamar tidak mau, tapi dia marah ketika tahu pernikahan kami semakin dekat.

"Aku ikut saja, Ayah. Terserah. Semua sudah beres, bukan? Semoga tanggalnya bagus dan baik untuk penyelenggaraan pernikahanku."

═════════════════════

Aku dan Ayahku cukup lama berada di sana. Bahkan, kami ikut makan siang bersama mereka. Namun  di tengah-tengah kegiatan makan bersama kami, ada suatu hal ganjil yang cukup membuatku tegang.

"HOEKK HOEKK."
Jeynax tiba-tiba mual di saat kami sedang menyantap makan siang. Aku pun langsung bertemu pandang sebentar dengannya, lalu dia langsung berpamitan sembari meminta maaf. Kemudian, dia beranjak pergi meninggalkan kami.

"Jeya sering mual-mual belakangan ini. Ah tidak, kurang lebih dari 1 bulan yang lalu. Dia juga sekarang agak pemilih dalam hal makanan. Tidak suka bau ini, bau itu. Dia sering sekali merasa badmood. Entah kenapa," ucap Juya dengan menggerutu.

"Sudah diperiksakan ke dokter?" Tanya Ayahku.

"Dia tidak mau. Katanya hanya mual-mual biasa. Dia memang punya riwayat sakit maag akut." Sang Ayah tersenyum karena memang mengetahui watak putrinya yang begitu keras kepala. Jika sekali dia bilang tidak mau, maka sampai mati dia tidak akan mau.

It's  Our  Sins [COMPLETED-REVISI ON PROCESS] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang