❝ Cincin pun enggan pergi darimu. Apalagi aku. ❞

1.3K 49 6
                                    


📌 Seoul, South Korea

Greg's POV

Aku gelagapan, aku tidak tahu harus menjawab apa. Semua mata tertuju padaku. Seketika suasana menjadi hening, dan akhirnya, aku mencoba membuka suara.

"Ya, itu cincin yang waktu itu kuberi padamu."

"Lalu, kau memberinya kepada Jeya? Iya, Greg?"
Juna menatapku dengan tatapan seriusnya.

Aku tahu. Sangat tahu, bahwa dia sedang teramat kesal sekarang. Tapi, apa yang sebenarnya membuatnya kesal? Bukankah dia tidak menyukai cincin itu?

"Iya, aku memberikan cincin itu kepada Jeynax."

Kami saling bertatapan.

"Lalu, kau merahasiakan ini kepadaku, 'kan? Kenapa, Greg? Kenapa kau merahasiakannya?"

Juna meradang. Suaranya mulai meninggi.

"Baiklah, sayang. Sepertinya kita harus pergi. Kita tinggalkan urusan anak muda ini," ucap Ibunya, lalu menggandeng Ayahnya meninggalkan kami.

Aku hanya bisa melempar senyum kaku kepada mereka. Sungguh sangat canggung.

Jadilah sekarang, kami hanya bertiga. Aku, Juna, dan Jeynax. Jeynax hanya diam terpaku menatapku.

Tidak jauh beda dengan Juna. Namun, Juna menatapku dengan penuh kekesalan.

"Aku memberikan cincin itu kepada Jeynax, karena dia menyukainya. Kau 'kan tidak menyukainya, lantas kenapa kau terlihat risau? Kau bilang kau ingin cincin yang lain, bukan? Maka dari itu, aku memberikan cincin itu kepada Jeynax."  Aku mencoba menjelaskan kepadanya.

"Tetapi, kenapa kau merahasiakannya? Kau bilang cincin itu terjatuh atau kau lupa menaruhnya di mana," ucap Juna padaku. Dia mulai melangkahkan kakinya untuk mendekatiku.

Aku sangat tahu, bahwa dia sekarang mendekatiku agar bisa mendeteksi kebohongan di wajahku.

"Juna. Kau bilang bahwa kau tidak akan mempermasalahkan tentang hal-hal seperti ini lagi. Tapi apa? Kau mempermasalahkan hal-hal kecil dan menjadikannya hal yang besar. Kau menyulut amarahku. Bukankah sudah jelas? Karena kau tidak menyukai cincin itu, aku pun memberikannya kepada Jeynax. Kau yang bilang sendiri, bahwa kau tidak menyukainya. Lalu, kau ingin dibelikan cincin yang baru. Iya, 'kan? Apa aku salah lagi, Juna? Apa aku kurang mengerti dirimu? Kenyataan aku berbohong tentang keberadaan cincin itu, aku minta maaf. Tapi, itu karena kurasa kau tak akan mempermasalahkannya. Kau tak akan peduli."

Aku sangat emosi, tapi aku mencoba untuk meredam semuanya.

"Greg, maafkan aku. Kumohon. Aku selalu seperti ini, membuatmu marah. Aku minta maaf, Greg. Kumohon."
Dia memegang tanganku.

"Kau selalu berbuat kesalahan dan setelah itu kau selalu meminta maaf. Tidak lama lagi, kau akan mengulangi kesalahan itu. Lalu kau akan kembali meminta maaf. Aku memang memaafkanmu. Sudahlah, tidak usah dipermasalahkan lagi," ucapku.

Niatku untuk mengakhiri semuanya, pupus sudah. Ketika . . .

"Lepaskan cincin itu! Cincin itu milikku!" teriak Juna sembari mendekati Jeynax.

Dia memaksa bahkan menarik-narik jari manis Jeynax dengan kasar. Dia menggenggam tangan Jeynax, mencengkeram lengannya dengan kuat.

Jeynax terlihat ketakutan.

Jeynax menangis. Aku ingin sekali memeluknya. Tapi, aku juga ingin melihat, siapakah di antara mereka yang bisa mempertahankan cincin itu.

Salah memang, aku seperti mengadu mereka. Tapi, itulah yang terjadi tanpa ku sengaja sama sekali. Dalam hati, aku berharap Jeynax menolak untuk memberikan cincin itu kepada Juna.

It's  Our  Sins [COMPLETED-REVISI ON PROCESS] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang