❝Oops! Ketahuan.❞

1.5K 40 4
                                    

Kami pun kaget, saling menatap satu sama lain, lalu membetulkan pakaian masing-masing.

"Ada Kak Juya di luar. Bagaimana ini?!" Jeynax panik.

"Tenanglah. Tenanglah. Bersikap tenang. Jangan panik," ucapku menenangkannya.

"Bagaimana bisa aku tidak panik, ha?!"

Dia malah meninggikan suaranya padaku.

Aku mengecup keningnya.

Lalu segera berjalan dan membuka pintu toilet.

Di luar, Juna sudah berdiri dengan melipat kedua tangannya. Wajahnya terlihat sangat marah.

Aku berusaha terlihat biasa.

"Kenapa kau berteriak, sayang? Aku mendengarmu," ucapku dan langsung hendak memeluknya.

Sayangnya, dia menepis kedua tanganku.

"Apa yang kalian lakukan di dalam toilet berduaan?"

Dia bertanya tepat, langsung terkena sasaran.

Jeynax pun menghampiri kami berdua.

"Kak Greg membantuku saat aku muntah-muntah tadi, Kak. Kami tidak melakukan apa-apa."

Juna terus menatapku tajam.

"Benarkah itu, Greg?"

Aku mengangguk.

"Lantas, kenapa pintu toiletnya harus tertutup?"

"Kalau terbuka juga tidak nyaman untuk dilihat. Dia kan sedang muntah, siapa yang sudi melihat dia mengeluarkan isi perutnya? Membantunya tadi saja, aku memalingkan wajah," ucapku dengan membuat ekspresi wajah 'jijik'.

"Ahh baiklah. Kalau begitu, cepatlah kembali. Kau belum menghabiskan makan siangmu," ucapnya sambil menggandeng tanganku.

Aku langsung menatap Jeynax.

"Kau bisa kembali ke kamarmu sendirian bukan, Jey?" tanya Juna kepada Adiknya itu.

Jeynax tersenyum dan mengangguk, lalu pergi meninggalkan kami berdua.

______________________________________________

Aku dan Juna kembali ke ruang makan dengan bergandengan. Aku kembali duduk dan melanjutkan makanku tadi. Juna terlibat sibuk menambahkan beberapa tambahan menu di dalam mangkuk nasiku.

Aku memperhatikannya.

'Maafkan aku, Juna. Hatiku berpaling darimu.'

______________________________________________

Sorenya, Ayahku berpamitan dan mengajak diriku untuk kembali ke rumah. Namun aku menolak. Aku benar, akan pergi bersamanya, tapi aku akan kembali lagi ke rumah Juna. Aku ingin membeli sesuatu.

Ayahku pun tidak mempermasalahkannya. Mobilnya dia tinggal di halaman rumah Juna, biar nanti ada bawahannya yang membawa ke rumah. Dia ingin pulang bersamaku. Mungkin karena dia merindukanku.

______________________________________________

Setelah mengantar Ayahku pulang, aku pun bergegas menuju ke sebuah apotek. Aku membeli testpack dan beberapa obat pereda mual untuk wanita hamil. Aku kembali ke rumah Juna, namun bukan untuk menemuinya. Tapi untuk menemui Jeynax.

Jujur, aku masih penasaran sekali dengan dugaan hamilnya dia, makanya aku sekarang membelikannya testpack. Kami akan melihat hasilnya bersama-sama.

______________________________________________

Sesampainya aku di rumah Juna, aku langsung mencari Jeynax. Untung saja aku tidak harus menemui Juna, karena kebetulan dia sedang keluar. Ada urusan penting katanya. Jadi aku akan lebih gampang untuk menemui Jeynax.

It's  Our  Sins [COMPLETED-REVISI ON PROCESS] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang