Prolog

140 19 9
                                    

"Lo maunya sekarang kayak gimana?"

Ucapan itu terus teringiang di dalam kepala Aiyana dan membuatnya mengingat masa-masa kelam itu.

[Flashback on]

TRING TRING TRING
*Alarm berbunyi.

Alarm pagi pun mulai bernyanyi pada hari libur yang pertama ini, membangunkan Aiyana yang masih terlelap dalam mimpi indahnya.

"Alarm bawel! Orang lagi mimpi bagus lo malah nyanyi!"
Gumam Aiyana yang kesal karena terbangun dari mimpi yang indah.

Aiyana melakukan ibadah shalat subuh ajaran agama islam dan ia berdoa agar papa dan mama nya tetap sehat wal afiat.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Ia pun melihat kearah jendela dan membukanya.

"Pagi pohon, Ayak tadi mimpi ketemu pangeran loh. Mukanya gak asing deh, kayak kenal tapi siapa?"
Setelah berpikir dalam waktu yang bisa dibilang cukup lama, akhirnya ia pun melupakannya dan langsung pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya sendiri.

Setelah selesai mandi, ia memakai baju untuk jogging dan turun kebawah untuk minum air putih dan jogging. Kamar Aiyana berada di lantai 3, ia memiliki 1 kakak yang sangat perhatian.

"Ayak mau kemana? "
Tanya seorang wanita yang sudah ber kepala 3, ibunda nya yang bernama Margaret Lawrence dan ayahnya bernama Jordan Lawrence

"Ayak mau jogging ma, boleh ya?"
Izin Aiyana karena ia tau, bahwa mama dan papa nya sangat overprotective.

"Hati-hati aja yaa, mama gak mau kamu sampai sakit. Kamu itu mudah sakit loh, kulit kamu terlalu lembut. Pokoknya-"

"Iih mama ah, Ayak udah bisa jaga diri dan gak usah khawatir sama Ayak. Kan Ayak mau jogging biar sehat"
Aiyana pun sedikit geram karena mama nya yang sering mengocehinya.

"Gak boleh! Kalo kamu mau keluar, papa telpon body guard kamu dulu, pak Herman"
Suara lelaki yang sangat lantang membuat Aiyana langsung merubah ekspreski nya menjadi "fake smile"

"Ayak capek kayak gini terus, orang lain bebas mau ngapain aja. Mereka udah nemuin jati diri mereka. Tapi Ayak? Ayak belum pa, ma. Sampe kapan kalian mau mengekang Ayak?"
Dengan senyum palsu itu ia mengeluarkan air mata setetes demi setetes, lalu ia naik keatas dan langsung mengunci pintu kamarnya.

Aiyana menangis dan menangis, berharap orang tua nya membiarkan ia menjadi mandiri seperti teman-temannya. Bulan depan ia sudah beranjak SMA kelas 2, tetapi masih saja tidak dibiarkan mandiri. Ia merasa malu karena body guard nya juga ikut masuk ke dalam sekolah.

Mama dan papa nya tidak memberi tahu Aiyana tentang penyakitnya, tetapi ia telah mendengar pembicaraan mama dan papanya. Ia menderita penyakit anemia, maag, dan asma. Wajar saja jika orang tua nya seperti itu dikarenakan Aiyana orang yang sangat bandel, tidak pernah bisa menurut apa kata orang, padahal itu untuk kebaikannya sendiri.

Hai guys, ini cerita pertama aku. Jangan lupa vote and comment nya ya! Biar aku jadi semangat buat ngelanjutin cerita selanjutnya^^

-Taya 💕

-ESMERALDA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang