Brengsek! Tiffany benar-benar melakukan hal-hal di luar dugaan. Saat ia berjalan melewati koridor kelas musik, butiran-butiran kelereng berhamburan, membuatnya terpeleset dan menjadi bahan tawa. Paduan tawa yang begitu keras hingga membuat telinganya sakit... dan terhina. Sampai saat ini pun tawa menggema itu masih terdengar bahkan dari kejauhan.
Axela menutup rapat-rapat pintu toilet dan menguncinya. Ia membasuhkan wajahnya di hadapan westafel, menatap bayangan dalam cermin. Nyaris saja ia tidak mengetahui siapa yang ada dalam bayangan itu, kalau sedetik kemudian Axela tidak mengingat bahwa tidak ada lagi orang di dalam toilet ini.
"Siapa gue?" gumamnya terlebih pada pantulan bayangannya di cermin.
Sudut bibirnya tertarik, namun tidak pada matanya yang terasa panas. Kembali di tangkupkannya air yang mengucur dari keran dan membasuhkan wajahnya kembali. Masa lalunya kembali berkelebat dalam benaknya seiring air itu menetes melewati dagunya. Axela sepenuhnya yakin...
Seorang itulah yang dicarinya.
"Lo akan menyesal, Rose."
***
Axela membuka pintu lokernya, menaruh sepatu di sana agar tidak ada yang bisa mengerjainya lagi. Begitu ia menutup pintu lokernya ia nyaris terlonjak. Terkejut dengan kehadiran seseorang di samping lokernya. Cowok bertubuh tinggi yang tengah menatap Axela dengan alis terangkat.
"Axela Devaza, benar itu nama lo?"
Axela mengangguk, gugup. Ada apa dengannya? Axela berani bersumpah, tatapan tajam cowok itu begitu mengintimidasi, mata hitamnya berkilat menatapnya.
"Kenapa? Gugup?" tanya dengan santai. Sebelah bahunya bersandar pada dinding loker.
Cowok itu menampakan seringai. "Axela, sekali lagi lo melawan. Bukan hanya Tiffany yang akan menghantui lo, tapi juga gue." Cowok itu berlalu, sedangkan Axela hanya mampu menatap punggungnya. Kenapa dengannya? Oh ayolah, ia tidak pernah seperti ini!
Ia menghela napas kasar.
Tatapannya. Mata hitam itu mengingatkan Axela pada seseorang. Tapi itu tidak mungkin dia bukan? Tentu saja.
Dia sangat baik. Dia mencintainya. Seseorang itu tidak tergantikan. Mengingat itu semua membuatnya mendongakan kepala berusaha menahan air mata yang nyaris terjatuh.
Ia tidak akan terlihat lemah. Ia tidak akan meruntuhkan dengan sendirinya pertahanan yang selama ini telah dibangunnya. Ia tidak akan berbuat suatu tindakan yang tolol. Tidak akan. Sampai suatu saat semuanya terkuak.
Dan tentunya tidak akan sudi ia menangis di gedung berisi para setan ini!
***
Gladys melihat adegan itu.
Ia tengah bersembunyi di balik dinding, memperhatikan cowok yang pernah singgah di hatinya. Ya, keduanya pernah memiliki hubungan dan kandas begitu saja saat Tiffany datang dan memberitahu "siapa" dirinya pada cowok itu.
Entah apa yang di katakan gadis brengsek itu, sampai cowok yang di sayanginya bertekuk lutut pada gadis bejat itu. Ia sempat menduga-duga, dan pada akhirnya menyerah karena tidak terpikir apapun sama sekali. Yang pasti, apapun yang dikatakan Tiffany tentang dirinya pada cowok itu adalah hal yang sangat penting bagi Orion sendiri.
Orion Marvando Revian
Nama yang bagus bukan? Namun kenapa harus bersanding dengan Tiffany Rose? Ah, atau Tiffany Maxwell? Jadi siapa sebenarnya nama gadis bengis itu? Dan kenapa Axela menyebutkan nama itu seakan mempunyai kebenaran dalam setiap ucapannya. Membuatnya makin penasaran dengan Axela...
KAMU SEDANG MEMBACA
Clarity
Action[Private - hanya dapat dibaca oleh followers] Axela Devaza, gadis penuh rahasia yang kembali datang dengan wujud dan pribadi yang berbeda untuk sebuah penjelasan. Ia berencana untuk menjalankan semua rencananya yang telah terpikir matang dengan se...