Part 5

18.8K 1K 7
                                    

Gladys mempercepat langkahnya, ia tahu dirinya sedang diikuti oleh seseorang. Sial. Seharusnya misi kedua ini berjalan dengan lancar. Sesuai rencana mereka untuk mengikuti Tiffany dari berbagai sisi –terkecuali Axela tentunya– untuk mengetahui seluk beluk gadis bejat itu.

Namun usahanya kandas begitu saja saat ia merasakan seseorang mencurigainya yang selalu mengikuti Tiffany secara mengendap-endap.

Ia terlonjak begitu sebuah tangan menepuk bahunya tiba-tiba.

"GLAD!"

"WAAAAKKKH!"

Nyaris saja dirinya terjungkal kalau saja sepasang lengan itu tidak menahannya.

"Pake teriak-teriak sih lo, jatuh kan! Eh, berat juga lo ya."

Gladys hapal sekali suara itu. Ia langsung mendongak dan menemukan sebuah cengiran yang terukir di wajah cowok itu.

Sialan, Daniel!

"Iih, apaan sih lo, pegang-pegang!" Gladys bangkit dan segera menyapu seragamnya dengan jari-jarinya yang lentik. "Bau sampah deh gue." Ia mendelik kesal kearah Daniel yang mengerucutkan bibirnya sok imut.

Eh, tapi memang imut, bukan?

Duh, stop it Gladys!

"Sialan si Hugo, pasti tuh orang nge-gosip kemana-mana! Eh, tapi buat lo apasih yang nggak, heh?" Ia menaik turunkan alisnya, menggoda Gladys yang menyipitkan mata kearahnya. Namun hal itu justru membuat Daniel makin bersemangat menggodanya. "Glad, lo tadi nga—"

"Glad-gled-glad-gled! Jangan panggil gue Glad! Emang gue parfum ruangan!" Gladys menghentakan kakinya. Sungguh, ia sangat tidak menyukai panggilan itu.

"Itu mah Glade! Lagi pula, emang bener kok," Daniel memamerkan deretan giginya yang rapi.

"Eh?" Gladys menaikan sebelah alisnya.

Daniel tersenyum menggoda, "Dimana-pun dan kapan-pun kalau disana ada Gladys, pasti atmosfernya jadi berasa harum dan wangiiii..." Lagi-lagi Daniel menyengir.

"Apaan sih lo! Menyingkir lo, musnah gih!" Gladys mendorong bahu Daniel, namun pergelangan cewek itu ditahan olehnya. "Lo belum jawab pertanyaan gue yang tadi, Glad."

Gladys mengerutkan hidungnya. "Lo nggak nanya apapun, bego!"

"Oh iya ya, gue nggak jadi nanya tadi karena keburu lo potong dengan teguran merdu lo itu. Okidi, gue bakal nanya sekali lagi..." Daniel mulai memasang wajah serius yang jarang sekali ia perlihatkan. Dan hal itu membuatnya sedikit terlihat tampan dimata Gladys. Ugh! Hentikan.

"Glad tadi ngapain sih, kok ngikutin Tiffany mulu sampe segitunya secara sembunyi-sembunyi lagi." Kelopak matanya sedikit melebar, membuat dirinya terlihat semakin cute di mata beberapa gadis lain, namun tidak di depan Gladys!

"Bukan urusan lo, ya! Pergi lo jauh-jauh. Dan jangan pernah ikut campur urusan gue, karena lo bukan siapa-siapa gue, ngerti?!" Gladys menghentakan tangannya meninggalkan Daniel yang tidak mengejarnya.

Cowok itu bungkam tanpa berbalik untuk mengejar Gladys ataupun melihat tubuh gadis itu yang kini telah menjauh. Namun Gladys-lah yang justru malah melihat Daniel yang masih tetap pada posisinya dengan tatapan tidak dapat diartikan oleh dirinya sendiri.

Apakah ia sudah keterlaluan membentak Daniel seperti tadi? Ah, dasar bodoh! Mana mungkin ia dapat menyukai cowok seperti itu? Cowok yang mempunyai hati selembut kapas yang bila di usap dengan gerakan kasar sedikit saja langsung hancur.

Apa semua cowok berwajah cute memiliki hati yang serupa seperti halnya perempuan? Jika memang begitu, jangan harap ia akan jatuh dalam pesona cuties itu!

Clarity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang