1

43 6 2
                                    

Aleana alesta gadis berusia 18 tahun yang kini menduduki kelas 3 di SMA pelita harapan, Jakarta. Gadis dengan paras cantik, rambut coklat bergelombang, mata coklat bulat bak boneka. Gadis itu tengah duduk dibangku taman belakang sekolahnya dengan pandangan kosong. Seolah olah dimata gadis itu tdak ada kehidupan.

"Alea" panggil seseorang sambil berjalan menuju alea.

"Lo ngapain disini sendirian? " tanya seseorang yg tadi memanggil alea.

"Gue cari udara seger aja fir" jawab alea dengan senyuman, senyuman pura pura yang selalu alea tunjukkan di depan teman temannya.

"Le gue tuh kenal lo bukan baru kemaren kali, kita udah dari kecil bareng bareng, gue tau ada yg lagi lo pikirin kan?" kata seseorang yg dipanggil fira oleh alea.

"Gue gapapa fir serius deh"alea menundukkan kepalanya, ia tidak mau menatap fira, karna sahabatnya itu akan tahu jika ia tengah berbohong.

"Karna itu lagi? " fira menghembuskan nafasnya kasar.

"Udah yuk kayanya udah mau bel" alea bangkit dari duduknya dan segera berbalik untuk menuju kelasnya.

"Lagi lagi lo ngehindar setiap gue tanya hal itu" fira bergumam sebelum akhirnya ikut berjalan kearah alea.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, alea, fira dan tania keluar dari kelas menuju gerbang utama sekolah.

"Le, mau gue anterin pulang?" tanya tania salah satu sahabat alea dan fira.

"Gausah deh, gue dijemput ko" jawab alea sambil mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya.

"Oh gitu, yaudah kita duluan ya" kata fira menimpali.

"Iya hati hati ya" alea tersenyum sambil melambaikan tangannya pada fira dan tania.

Alea membuang nafasnya dengan kasar, entah sampai kapan alea akan pura pura tersenyum untuk orang orang disekitarnya. Bahkan tanpa alea sadari senyum indahnya semakin hari semakin menghilang.

"Kamu udah pulang sayang? " tanya seseorang saat alea menutup pintu rumahnya.

"Hmm" jawab alea bergumam sambil melangkah kearah tangga untuk menuju kamarnya.

"Mau sampe kapan kamu murung terus le?" kata alesta mama alea tiba tiba. Alea menghentikan langkahnya, ia terdiam cukup lama sebelum kembali melangkahkan kakinya menuju anak tangga.

Alea menghempaskan tubuhnya diatas kasur dengan mata tertutup. Seketika ucapan mamanya kembali terngiang dikepalanya, alea tidak tahu sampai kapan ia terus begini, alea juga tidak menginginkannya, ia tidak ingin membuat orang tuanya cemas. Tapi kejadian 2 tahun yang lalu benar benar membuat alea kehilangan semangat hidupnya. Alea bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju laci kecil disudut kamarnya, alea mengambil bingkai foto di dalam laci dan memandangnya amat pilu, tanpa alea sadari setetes air mata telah mengalir di pipinya. Cukup lama alea terdiam sambil menatap bingkai foto itu, kemudian alea meletakkan kembali bingkai itu ke dalam laci, alea berjalan menuju lemari pakaiannya untuk menggati seragam yang belum sempat ia ganti sepulang sekolah.

∆∆∆∆∆∆∆

Jam diatas nakas menunjukkan pukul 8 pagi, tapi alea sepertinya enggan untuk segera membuka matanya. Di hari minggu yang cerah ini alea lebih memilih bermalas malasan dari pada pergi ke mall seperti anak-anak yg lainnya.

"Yaampunnnnnn alea! " seru mamanya tiba tiba sambil membuka tirai gorden kamarnya.

"Ini udah jam 8 dan kamu masih tidur, bangun cepet! " lanjut alesta tepat disamping ranjang alea. Cahaya yg menelusup masuk kedalam celah matanya membuat alea mau tidak mau membuka matanya yg indah.

Alian & AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang