5

12 3 1
                                    

Alian memarkirkan motor kesayangannya dihalaman rumah, kemudian melangkah kearah pintu rumahnya. Namun ia menghentikan langkahnya ketika melihat mobil merah terparkir dihalamannya.

"Mobil siapa? " gumam alian sambil menaikkan satu alisnya.

Alian melanjutkan langkahnya menuju pintu rumah yang sudah terbuka lebar.

"Ma" kata alian ketika melihat mamanya tengah berbicara dengan seorang wanita.

"Eh ali, sini nak ada temen kamu" risa bangkit menghampiri putranya.

"Siapa ma? " alian berjalan sambil memperhatikan gadis yang sedang memunggunginya.

"Alian" gadis itu menoleh ketika alian tepat berada di sampingnya.

"Gia? " alian mengerut dahinya bingung.

"Kamu ngapain disini? " sambung alian dengan nada ketus.

"Ali! Kamu gaboleh ngomong kaya gitu" kata risa menengur putranya.

"Gapapa ko tante" gia tersenyum kearah risa.

"Yaampun tante sampe lupa, kamu mau minum apa? " risa menepuk keningnya pelan.

"Apa aja tante"

"Yaudah tunggu sebentar ya, ali temenin gia ya" risa berjalan cepat kearah dapur.

Ali yang masih berdiri di samping gia berjalan untuk duduk dihadapan wanita itu.

"Ngapain kamu kesini? " alian menatap tajam tepat ke mata Gia. 

"Kamu kok gitu sih, aku kan kangen sama kamu, oh ya bulan depan aku bakal pindah kesekolah kamu, jadi kita bisa sama-sama lagi" gia tersenyum manis kearah alian, yang menurut alian begitu menjijikan.

"Udah cukup! Kamu jangan ganggu aku lagi, sebaiknya kamu pulang! " alian berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar yang berada di lantai dua.

"Loh! Ali, kamu mau kemana? Ko gia malah ditinggal sih" risa menatap heran kearah ali sampai lelaki itu tidak terlihat lagi dibalik pintu kamarnya.

" aduh maaf ya nak gia, ali emang kadang-kadang suka ga sopan kaya gitu" risa meletakkan nampan berisi minuman diatas meja.

"Gapapa tante, mungkin ali lagi cape" risa tersenyum.

Ali meletakkan tas sekolahnya diatas meja belajarnya. Ali duduk di pinggir ranjang dengan wajah tertunduk dalam. Ia teringat akan kata-kata alea, Kenapa rasanya begitu sakit ketika alea mengatakan bahwa alian hanya teman masa kecilnya? Bukankah yang dikatakan alea memang benar? Tapi, kenapa rasanya alian tidak rela?.

"Apa gue beneran jatuh cinta sama alea?" guman alian sambil menghempaskan tubuhnya diatas ranjang.

"Gue gasuka kalo ada cowo deketin alea, bahkan dari kecil gue gasuka kalo alea senyum ke cowo lain. Jadi, apa itu juga karna gue cinta sama alea?, arrrggghhh gatau gue" alian mengacak rambutmya dan segera beranjak menuju kamar mandi miliknya.


∆∆∆∆∆∆

Malam ini, alian membelah jalanan jakarta yang sedikit lenggang. Alian melajukan motornya menuju sebuah kedai kopi yang lumayan terkenal di dekat perumahan alea. Alian berharap dengan menikmati secangkir kopi pikirannya akan sedikit tenang.

Alian mendorong pelan pintu kaca yang bertulislan KEDAI KOPI membuat pintu kaca itu berdencing pelan. Mata alian berhenti tepat kearah seorang gadis yang duduk di pojok dekat jendela sambil menggunakan earphone ditelinganya. Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti irama musik yang sedang ia dengarkan. Alian tersenyum menatap gadis itu, dewi keberuntungan sedang berpihak padanya malam ini. Alian berjalan mendekat kearah gadis yang tengah memejamkan mata indahnya.

Alian & AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang