Aku bangun dan mendengar Renjun menangis.
Itu adalah tangisan yang normal. Bukan tangisan yang hanya dalam diam dan ia hanya duduk diranjangnya.
Bukan pula tangisan karena sebuah film.
Aku bangun dan melihat ia mencakar kulitnya, tangisan membanjiri pipinya, muka dan matanya memerah. Ekspresi wajahnya berubah, ia berteriak dan menutup telinganya, kepalanya menggeleng kuat seperti tangisan binatang yang mencoba untuk tetap bertahan hidup.
Sebuah suara yang merupakan jeritan tidak manusiawi, yang begitu keras dan menusuk sehingga tidak terdengar oleh telinga manusia
Suara yang menghancurkan hatiku .
Aku berlari kearahnya, berdiri didepannya hingga membuat ia menatapku, aku melepaskan tangannya dari telinganya dan memeluknya. Lalu, binatang yang menjadi teman baikku yang menjadi sesuatu yang kurang, sesuatu yang lebih tenang tetap membuatku hancur dan merasa takut.
Sesuatu yang meskipun itu Renjun, itu tidak seperti anak yang pemalu dan konservatif yang adalah dirinya sendiri. Tidak sama.
Itu bukan Renjun.
Tapi itu juga Renjun.
Aku memeluknya erat, menarik kepalanya agar bersandar dibahuku, mencoba utk tidak menangis saat aku merasakan darah dari lengannya mengenai kaosku saat ia memelukku balik. Air mata dan darahnya mengotori kaosku, tapi aku tak peduli.
Ia tidak meninggalkanku.
Aku tidak akan membiarkan dia meninggalkan aku.
"Chenle, i'm sorry" aku mendengar ia terisak. "I'm so, so sorry"
"Hanya jangan mati, ya? Jangan bunuh diri"
"Ini sakit sekali"
"Aku tahu" aku mengusap punggungnya.
Aku merasa ia tertidur dibahuku. Aku membawanya ke ranjang. Aku meningalkannya dikamar, aku pergi keluar untuk mengambil kain kasa untuk membalut lukanya.
Taeyong melihat kearahku. "Chenle, apa dia baik-baik saja?"
"Tidak" kataku, aku mendengar retakan hatiku dan deguban jantungku yang keras.
"Dia... Aku tidak ingin membahasnya" kataku, aku berlari menaiki tangga menuju ruanganku.Aku melihat Renjun masih tertidur pulas. Matanya tertutup poninya yang panjang, aku menyingkap rambutnya dan memberanikan diri untuk membangunkannya.
"Renjun..." Bisikku. "Bangunlah..."
"Chenle..." Panggilnya, ia menatapku dan tersenyum sedikit. "Aku mimpi tentangmu"
"Mimpi tentang apa?"
"Aku sangat... Bahagia... Kamu dan aku berkencan di China, kita berpegangan tangan, dan kamu membangunkan aku ketika kita akan berbagi ciuman"
Aku tersenyum, tapi mengalihkan pandangan darinya.
"Mimpi itu.... sangat indah.... Aku ingin membalut lukamu sekarang, okay? Aku akan membersihkannya lalu membalutnya. Ini akan sakit"Ia mengangguk dan memberikan lengannya padaku. Hatiku hancur melihat luka-luka tersebut. Dengan berani, aku mengusapkan alkohol pada lukanya, dia meringis pelan dan sedikit gemetar.
"Ini sakit...."
"Aku harus membersihkannya sebelum infeksi"
Dia mengangguk, membiarkan aku melanjutkan pekerjaannya. Aku mencoba utk tidak menangis. Detik selanjutnya dia langsung mengangkat tangannya keatas dan mengusap pipiku yang tanpa sadar aku menangis.
"Jangan menangis" Ucapnya. "Tolong jangan menangis. Kau membuatku menjadi kuat, kalau kau menangis apa yang harus aku lakukan?"
Aku mengangguk dan mengusap air mataku dan melanjutkan membersihkan lukanya. Ketika sudah selesai, aku menggenggam tangannya dan melihat lengan pucatnya yang sudah banyak bekas luka yang memerah. Aku mengambil kain kasa nya dan membalut lengannya, lalu memeluknya erat.
"Tidur sama aku" bisiknya.
"Tidur sama aku"Aku mengangguk, membawa tubuh kami kedalam selimut. Menyandarkan kepalanya kedadaku dan melihatnya jatuh tertidur. Akupun tidak lama jatuh tertidur.
Besok adalah hari yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] [TRANS]┏ 溺死 : Drowning : RenLe ┛
FanficOriginal Story By : Jagisoo └ Chenle, apa semua orang membenciku? ┐ └ Tidak masalah jika mereka membencimu ┐ └ Kenapa? ┐ └ Karena aku mencintaimu ┐ [ ⚠ Mature Content !! ] [ ⚠ HIGH TRIGGER WARNING ] Start : 29 Juli 2018 End : 1 Agustus 2018