"Pulang aja, deh."
Hanbin langsung berbalik untuk menatap wanita yang sejak 1 tahun yang lalu menyandang gelar sebagai kekasihnya itu dengan wajah syok.
"Pulang?" Tanyanya kaget.
Bukan apa-apa. Hanya saja, kenapa Lisa mengajaknya pulang di saat tadi wanita itu berbicara bahwa pelanggannya pasti akan banyak dengan nada senang?
Lisa balik menatap Hanbin. "Emang gak boleh pulang, gitu?" Tanyanya dengan logat heran.
Hanbin itu, kenapa, sih? Di saat Lisa ingin pulang malah bertanya dengan nada kaget begitu.
Hanbin menggeleng. "Bukan gitu, yang. Tapi, gak biasanya kamu kaya gini." Jawab lelaki bangir itu sembari memegang kening kekasihnya pelan.
"Kamu sakit?"
Lisa tersenyum. "Engga. Ayo, pulang, Bin."
Hanbin lalu mengangguk.
Mungkin, ada suatu hal yang membuat Lisa berbeda malam ini.
Lisa lalu ngegandeng lengan Hanbin lagi.
"Bin" Panggilnya.
"Hm?"
"Aku malem ini nginep di rumah kamu, ya?"
Langkah Hanbin terhenti.
Lisa mendongkak dan menemukan wajah tegang Hanbin.
"Kenapa?" Tanyanya.
Hanbin tersenyum gugup. "O-anu---"
"Kalo gak boleh, gapapa, kok." Potong Lisa cepat saat ngeliat ada keraguan dalam kalimat terbata yang Hanbin ucapkan.
Hanbin meringis. "Maaf"
Lisa ngangguk. "Gak papa, kok. Gak usah minta maaf. Aku emang gak pantes buat dateng ke rumah mewah seorang Kim Hanbin."
Hanbin menggeleng. "Bukan gitu---"
"Iya, iya. Ayo, kita pulangnya ke rumah aku aja." Ujar Lisa sembari melepaskan genggaman tangannya pada lengan Hanbin yang membuat lelaki bangir itu menghela nafas pelan.
"Yang" Panggilnya.
Lisa menoleh dan tersenyum. "Gak papa, ih. Aku bilang ga papa, kan. Wajahnya gak usah sedih gitu, dong." Ujarnya diiringi sebuah kekehan ringan.
Hanbin menatap wanita di depannya sendu.
Tetap saja Hanbin ngerasa bersalah meski Lisa bilang tidak apa-apa.
Karena, pada kenyataanya orang tuanya tak mengizinkan ia berhubungan dengan wanita berambut coklat itu.
"Bin, malah bengong." Gemas Lisa dan langsung ngegandeng lengan kekasihnya lagi.
"Nih, udah aku gandeng lagi. Ayo, sekarang pulang."
***
Chaerin menatap dua sejoli di depannya dengan bingung lalu gantian melihat jam tangannya.
"Tumben pulang cepet." Ujarnya.
"Lagi males aja maen di luar, Ma." Jawab Lisa.
Chaerin ngangguk. "Yaudah, bentar Mama bikinin minuman dulu. Hanbin, tunggu sebentar ya." Ujarnya diringi sebuah senyuman.
Hanbin tersenyum. "Iya, tan."
Dan Hanbin ditarik Lisa untuk duduk di sofa ruang tamu setelah Chaerin pergi ke dapur.
"Bin, tau gak?" Tanya Lisa tiba-tiba.
"Apa, yang?"
"Nih, liat." Seru Lisa sembari nunjukin beberapa tanda merah di lehernya.
Hanbin terdiam.
"Tadi tuh, ya. Dia main nya kasar. Aku sampe pingin cepet-cepet selesai, deh." Ujar Lisa dengan nada merajuk.
Hanbin tersenyum kecil. "Ah, begitu."
***
Biar senin nya semangat. ❤
Penyemangat pagiku, semoga bahagia. 💞💞💞

KAMU SEDANG MEMBACA
YE - HANLIS / HANLICE
Teen FictionI will be happy even though it is a lie *** Story by anitadesi11 DONT BE A SILENT READER! DONT COPY AND PASTE! DONT PLAGIAT! DONT BE A JERK!