Awal Sebuah Akhir

4 0 0
                                    

"Kamu kan tahu dompet aku hilang, Nad. Disitu ada SIM motorku. Aku gak mau ambil resiko kena tilang polisi nantinya" Adrian mengatakan kalimat itu dengan nada bicara yang agak meninggi.

"Kamu kan bisa pake taxi atau ojek online. Kali ini aku gak bisa maksain, Nad. Sorry. Jalanan lagi rame banget polisi. Ngerti posisi aku plis" kali ini, Adrian mengatakannya dengan lebih tenang. Adrian duduk di kursi belajarnya.

"Yaudah, hati-hati" Ditutupnya sebuah panggilan telepon yang tak lain adalah telepon dari kekasihnya, Nadin.

"Kenapa sih, Dri? Tegang amat lo" Suara seorang laki-laki menyambar begitu saja

"Nadin minta gue anter ke toko ibunya. SIM gue gak ada. Gue takut kena tilang. Eh dia agak maksa gitu. Agak kesel gue" jelas Adrian kepada temannya Kalam. Yang lebih tepatnya, Kalam adalah saudara sepupu sekaligus kakak kelas Adrian di sekolahnya. Hanya terpaut dua tahun usia mereka menjadikan mereka layaknya teman sebaya.

"Wah ribet juga, tuh. Lah dia jadinya berangkat pake apa? Bukannya dia gak bisa pake motor sendiri, ya?" tanya Kalam yang sedang bercermin dan mencoba beberapa gaya rambut di kamar Adrian.

"Dia bilang mau pake ojek online" singkat saja jawaban Adrian.

"Oh, iya. Ngomong-ngomong dompet lo serius belum ketemu? Kalau sekiranya gak akan ketemu lagi, cepet-cepet deh bikin surat kehilangan buat kartu-kartu penting" sambung Kalam yang kini sedang memakai kaus kaki.

"Iya, kak. Rencana gue gitu. Kayaknya besok atau lusa gue minta tolong nyokap. Gue kan sekolah"

"Oke. Gue futsal dulu, ya. Salam sama tante"

"Iya, kak. Hati-hati"

Kalam pergi meninggalkan kamar Adrian dengan melambaikan tangannya.

-----------------------------------------------------------------
Di lain waktu dan tempat

"Kamu ngapain sih, Ran. Sebegitu yakinnya bakal ketemu cewek itu lagi disini" kata Andri sambil membuka buku menu makanan

"Gak yakin juga sih, Dri. Tapi ya coba aja. Gak enak dompet ini lama-lama di aku. Pemiliknya pasti kesulitan karena disini pasti ada kartu-kartu penting" jawab Rani

"Nah. Kamu emang udah periksa semua isinya? Kali aja disitu ada tanda pengenal lebih detail. Susah lah kita cuma berbekal petunjuk foto yang gak ada keterangan apapun" Andri meyakinkan Rani

"Aku udah buka semuanya. Dan gak ada sih kartu pengenal apapun. KTP, SIM ga ada. Cuma ada uang lima ratus ribuan lebih dan selembar foto cewek itu doang" keluh Rani kepada Andri. Terdengar jampir putus asa.

"Gimana kalau kita serahkan dompet itu ke po...." Belum tuntas Andri menyelesaikan kalimatnya, Rani menginterupsi

"Dri.. itu deh kayaknya cewek di foto ini" Penglihatan Rani mengarah kepada seorang perempuan yang baru saja datang ke kedai yang sama dengan keberadaannya. Perempuan itu mengenakan seragam sekolah datang bersama seorang laki-laki yang mengenakan setelan olahraga. Rani memfokuskan untuk menilik wajahnya dan mengecek ulang foto di dompet itu serta memastikan bahwa dugaannya benar.

"Ayo temenin aku, Dri. Aku yakin dia orangnya" Rani menarik lengan Andri dengan sedikit tergesa-gesa.

The UnchangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang