Buat kamu yang ingin baca kisahnya Nero, bisa meluncur ke NOVELTOON ya. Di sana ceritanya lebih lengkap dan detail. Rencananya akan kugabungkn dengan book-2 nya.
Linknya lihat di bioku ya.
================================
Apa yang akan kau lakukan...
"Kemana anak itu? Hari semakin gelap tapi tak tampak batang hidungnya," gumam lelaki dengan kumis dan brewok tipis itu memandang cemas ke arah teluk. "Semakin lama, Nero semakin sering ke teluk. Apa dia sudah tau sesuatu tentang Atlan...,"
"Papaaaa!"
Suara riang itu membuatnya tak melanjutkan kalimatnya. Rambut sebahu yang legam, ringan tergerai bersama hembusan angin darat. "Akuari!" ucapnya lirih.
"Papa!" seru gadis itu sembari memeluk tubuh yang terpaku.
Pelukan itu menyadarkannya, "Nero!"
"Papa, melamun lagi? Memangnya yang Papa harapkan siapa?"
Nero menarik tangannya, lalu bersedekap membelakangi sang ayah.
"Putriku sayang, jangan merajuk!" pria itu membalikkan tubuh putrinya, "sekilas tadi, Papa melihat sosok Mama dalam dirimu," sambungnya sambil menatap lekat mata hijau kecokelatan di hadapannya.
"Benarkah? Apa aku mirip Mama?"
"Sudahlah! Ayo cepat masuk. Lihat pakaianmu, basah seperti ini. Cepat mandi lalu kita makan malam. Papa membuatkanmu pasta keju."
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Papa, ini lezat sekali. Cream cheese Fettuchini, favoritku."
Gadis itu makan dengan lahapnya. Seolah-olah ia habis berenang berset-set mengelilingi kolam olimpiade.
"Sayang! Apa kau berenang di teluk lagi?"
"Oh, Papa! Teman-temanku disini banyak yang berenang disana, dan aku rasa tidak ada yang menanyakan itu pada mereka?"
"Nero, kau tau pasti, 'berenang' yang Papa maksud."
"Ayolah, Pa! Tidak semua gadis, ehm bukan, bahkan hanya sedikit manusia yang bisa berenang bebas dengan lumba-lumba. It's awesome! Seolah-olah, aku dan Dolp bisa saling mengerti. Aku juga tak tau mengapa saat berada di laut, hati dan pikiranku tenang. Kadang aku merasa, aku bisa hidup di dalam air," mata gadis itu menerawang menembus dinding, jauh hingga lautan.
"STOP IT!" Lelaki itu bangkit dari kursinya, "Papa sudah selesai."
Nero ikut merasa kesal. Setiap kali ia membicarakan laut, sang ayah selalu terlihat gusar. Sejak beberapa bulan terakhir, papanya semakin intens melarang. Gadis itu bukannya menurut, justru sebaliknya, ia semakin penasaran dengan sikap orang tuanya.
Sisa hari itu ditutup dengan saling diam. Hanya terdengar dentingan gantungan pintu yang terbuat dari logam dan kulit kerang, pemberian Napoleon.
"LEON!" Nero menendang selimutnya, lalu menyambar ponselnya di meja.
Leon, maaf. Tadi aku pulang begitu saja. Aku lupa bahwa hari ini aku memintamu menunggu di mercusuar. Semoga kau tidak marah. Oiya, besok aku akan kerumahmu.
Nero akhirnya mengirimkan pesan singkat, karena ponsel Leon tidak bisa dihubungi. "Semoga dia sudah pulang dan tak marah."