7

8.5K 386 20
                                    


"What the hell is that? Cara tradisional?" Protesku. Saat ini aku berada di apartemen Seth yang jaraknya tidak jauh dari apartemenku. Ku hempaskan diriku di kasur empuk Seth. 

Kamarnya lebih rapih dari kamarku. Ia lelaki ter bersih dan rapih yang pernah ku kenal.

Seth berjalan menuju kulkas nya lalu mengambil botol Wine dari dalamnya. Ia meletakkannya diatas meja kecil yang berada di depan TV lalu ia mengambil dua gelas wine dari lemari kabinet dan meletakkannya di samping botol wine tersebut. 

Ia meletakkan sepiring keju yang sudah di potong-potong kecil di samping gelas wine.

Aku berdiri dari kasur dan memuruskan untuk duduk di sofa.

"Woah... what is this? " Seth bergabung dengan ku,lalu menuangkan wine ke dalam gelas, lalu menyerahkannya padaku. Seth belum menjawab pertanyaanku.

 Ia menenggak wine nya sampai habis. Rona memerah tampak di pipinya. Ia menoleh kearahku lalu menatapku dengan tatapan yang aneh lagi.

"Drink..." Pinta nya dengan nada menyuruh. Aku patuh dan meminum wine ku. 

Ku letakkan gelas ku di meja, lalu bibir Seth mendarat di bibirku. Aku terkejut dan mendorongnya menjauh.

"Seth! The Hell?!" Ia mengacak rambutnya lagi. Ia menatapku dengan wajah yang frustasi.

"B! Kau ingin mempunyai anak dariku? Ini yang harusnya kau lakukan denganku!" Aku memandangnya dengan heran.

"Apa maksudmu?"

"Kita dua orang dewasa, kita sudah tidak dibawah tanggung jawab siapapun, kau menghasilkan uang sendiri, aku juga menghasilkan uang sendiri, kau ingin mempunyai anak, aku mendukung mu seratus persen, kau sahabatku, aku ingin membantumu, aku ingin memberikan milikku kepada wanita yang hampir aku tahu dan kukenal hampir separuh hidupku, aku tidak ingin anakku dihasilkan dari sebuah injeksi dunia medis," Oh, God inilah yang ia maksud dengan cara tradisional... having sex. 

Kenapa hal ini terdengar seperti lamaran? Pipiku memanas. Kurasa wajahku memerah sekarang.

Bukan pertama kalinya aku mencium Seth. Kami sudah pernah melakukannya saat pesta kelulusan yang diadakan di rumah salah satu teman kami. 

Kami berciuman dalam keadaan mabuk berat saat itu. Aku hampir tidak mengingat apa rasanya.

Baru kali ini aku menyadari bahwa bibir Seth sangat lembut. Kuambil botol wine lalu ketanggak langsung isi nya dari botol.

"Beginikah caramu menggoda para wanita yang akan tidur denganmu?" Seth tertawa lirih lalu ia menyesap wine nya.

"Kind of..." Jawab Seth pelan.

Aku memberanikan diri menoleh kearahnya. 

Oh, God mata Seth begitu hijau. 

Selama 21 tahun aku baru menyadari betapa indah matanya. Pahatan wajahnya begitu sempurna. Bibirnya begitu tebal. Rahangnya memiliki bentuk yang sangat indah. 

Rambut emasnya tampak berantakan namun seksi. Tunggu dulu... apakah aku baru saja mengatakan seksi? Seth seksi? Sahabatku seksi? 

Oh, what happened to me.

"Aku sudah melepas birth control ku minggu lalu," Kataku malu-malu. Oh, kenapa aku harus malu-malu di hadapan Seth. Biasanya aku tidak penrah malu membahas hal seperti ini dengannya.

"Kau sudah putus dari Diana?" Tanya ku tiba-tiba. 

Seth mengangguk.

"1 bulan lalu aku putus dengannya, kau tahu itu B..." Aku mengangguk pelan. 

Suasana canggung menyelimuti ruangan ini.

"B... it's getting awkward... kau ingin melakukannya atau tidak?" Aku menggigit bibir bawahku lalu menenggak wine dari botol yang kupegang.

"I'll do it..." Seth mendekat kearahku lalu aku mengangkat jari ku tepat di wajahnya.

"Sebelum kita melakukannya, aku hanya ingin memeberimu informasi..." Aku berhadapan dengan Seth kali ini. 

Kurasakan tangannya berada di pinggangku.

"Kita tidak terikat apapun, kau bisa berkencan dengan siapa saja,"Ia mengangguk

"Aku tidak akan mengekang mu kau hanya ayah dari anakku, kau tidak perlu bertanggung jawab penuh seperti seorang suami, kita masih berteman," Seth mengangguk. Kuletakkan botol wine yang kupegang. 

Lalu Seth bibir nya sudah mendarat di bibirku. Kurasakan ciumannya lembut. Masih terasa sangat aneh untukku. Seth sudah seperti saudara laki-laki ku. rasanya aneh mencium Seth seperti mencium saudara laki-laki mu sendiri. 

Seth adalah pencium terbaik. 

Ciuman Seth yang hati-hati berubah menjadi intens. Lidahnya kali ini sudah mengikat lidahku. Aku sedikit mendesah di dalam mulutnya. Kurasakan tangannya berada di bawah bajuku, dan meraba bagian tulang rusukku. Saat ini tangannya berada di bawah dadaku. 

Ku dekatkan wajah Seth ke wajahku. Ku acak-acak rambutnya.

Kami kehabisan nafas, Seth melepaskan ciumannya. Kulihat bibir Seth sedikit membengkak karena berkali-kali aku menggigit bibir bawahnya.

"Sudah berapa lama kau tidak make out dengan seseorang B?" Pertanyaan absurd macam apa itu? 

Bibir ku berkedut masih menginginkan sentuhan bibir Seth.

"Hem... cukup lama... terakhir aku berhubungan seks dengan mantan pacarku sekitar 6 bulan lalu, make out 2 bulan yang lalu di bar dekat kantorku, Apakah aku menyakiti bibirmu?" Seth menggeleng pelan lalu mencium ku lagi. 

Saat aku mau menyambutnya ia menjauhkan wajahnya lagi dariku.

"Asal kau tahu, jika nanti bayi ini lahir, aku juga mau mengurusnya, aku mau merawatnya, kita akan bersama-sama mengurusnya, okay? Karena ia akan menjadi bagian dari hidupku juga,"

"Bagaimana dengan kedua orang tua mu?"

"Ku yakin Ibu ku akan pingsan lalu Ayah ku akan bangga padaku karena setidaknya salah satu tubuhku berfungsi menghasilkan sesuatu," Aku tertawa, begitu pula dengan Seth.

Kami terdiam, saling memandang. Aku menekan bibir bawahku dengan gigiku lalu Seth melepas kaitan bra ku, ia mengangkat baju ku sampai aku benar-benar telanjang di hadapannya. 

Ia memandangi dadaku lalu ia melepas kausnya, ku pandangi tubuhnya yang terbentuk sempurna karena ia rajin berlari dan membentuk tubuhnya di tempat fitness. Seth meremas dadaku lalu menghisapnya hingga aku mengerang. 

Lalu ia mencium leherku sambil melepaskan celana jeans ku, stelah itu celana dalam ku. Astaga, aku benar-benar telanjang di depannya. Ia mengangkat ku menuju tempat tidurnya. Kuberikan ia akses penuh pada tubuhku.

 Ku pandangi Seth yang melepas celana jeans nya lalu boxernya. Seth mencium ku sekali lagi, ia meremas dadaku aku mengerang dengan kencang. Ia melepaskan bibirnya dariku.

"Ready?" Tanya nya, aku mengangguk dengan cepat.

"You sure?" Aku mengangguk

"No second thought?" Aku menggeleng

"Alright then... let's make a baby..." Kali ini ia menciumku sampai kurasakan miliknya sudah berada di dalamku. 

Oh, God... I'm having sex with my best friend

CUT THE SHIT, I WANT A BABY (#1 THE SHIT SERIES) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang