AVAILABLE ON GOOGLE PLAYBOOK!
WARNING! 21++ ( Due to some mature scene and content, underage is not allowed to read this story... please be a responsible reader)
Bianca Townsend . 36 tahun. seorang CEO fashion online terkenal di Manhattan. Ia ketak...
"Kukira kau akan mengajakku ke kedai es krim," Micah terkekeh. Micah mengajakku ke apartemen miliknya yang letaknya berada di Brooklyn. Jaraknya hanya beberapa menit saja dari King's County Hospital. Apartemen miliknya cukup rapi dan menarik. Tidak banyak hiasan atau ornamen di sekitar rumahnya.
Hanya tembok putih polos, dan foto keluarganya yang terpajang di tembok apartemennya. Tidak banyak pula perabot di dalam apartemen Micah, seakan-akan dia barusan saja pindah ke apartemen ini.
"No, Bianca... dessert buatanku lebih menarik dibandingkan es krim biasa" Aku menautkan alisku dan menatap Micah dengan wajah penasaran.
"Bisa kau jelaskan padaku apa dessert buatanmu yang lebih menarik dibandingkan es krim?" Aku melipat tangan ku di dada dan mengikuti Micah menuju dapurnya.
Micah mengambil food processor dari kabinet yang berada di atas dapur lalu meletakkannya di meja dapur, lalu Micah berjalan menuju lemari pendingin dan mengambil es batu dari freezer, dan mengambil beberapa bahan yang aku tak tahu secara jelasnya apa itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau akan membuat es serut?"
"Ini lebih baik dari es serut, aku sering memakan nya waktu aku kecil di Korea"
"Kau pernah tinggal disana?"
"Ya, sekitar empat bulan karena Ayahku harus menemani nenekku yang sakit disana, dan kami sekeluarga harus pindah kesana," Aku mengangguk pelan, walaupun aku tahu Micah tidak akan melihatku mengangguk karena ia fokus terhadap makanan yang akan ia buat.
"Apa rasanya menjadi campuran?" Micah terkekeh, ia menoleh ke arahku lalu ia berpikir.
"Rasanya aneh, dan tidak terlalu menyenangkan"
"Why?"
"Hemm.... ketika aku berada di Amerika, aku selalu diperlakukan berbeda, dan bukan menjadi bagian dari Amerika itu sendiri, ketika aku berada di Korea mereka juga memperlakukanku sama seperti di Amerika, aku bukan menjadi bagian dari Korea,"
"Whoa, it's more complicated than I thought,"
"It is..." Aku memutuskan untuk duduk di ruang TV miliknya dan menunggu Micah menyelesaikan apapun itu yang sedang ia buat. Beberapa saat kemudian Micah membawa semangkuk besar es serut yang terdapat beberapa macam jenis makanan diatas tumpukan es serut tinggi tersebut. Terlihat sangat lezat, tapi aku tak tahu apa itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Visual makanan ini tampak menjanjikan, tapi aku ragu apakah ini benar-benar seenak yang kau ceritakan padaku,"
"Cobalah Bianca, kuyakin kau takkan bisa melupakan rasa ini," Micah memberikanku sendok lalu ku sendokkan makanan tersebut ke mulutku. Wah, rasanya begitu manis dan meleleh di mulut. Senyum mnegembang di bibirku.
"Kau tidak bohong, dessert ini membuatku ketagihan, Apa namanya?"
"Patbingsoo"
"Pat- What?" Micah terkekeh.
"Pat-Bing-Soo"
"Oh, okay... kurasa aku akan menyebutnya Micah's sweet treat"
"Up to you babe, as long as you like it."
***
Perutku serasa akan meledak. Kurasa dress hitam ini tak lagi menarik ketika perut bagian tengah mencuat ke depan. Aku terlalu banyak makan. Apalagi MIcah memiliki setumpuk snack korea yang rasanya sangat cocok di lidahku.
"Micah, kau membuatku menggemuk malam ini, ini semua salahmu" Aku menunjuk jariku ke arahnya lalu Micah mengambil jariku dan menciumnya satu persatu.
"Aku suka ketika wanitaku sangat menghargai makanan, dan tak pilih-pilih," Aku mendorong tubuhnya menjauh dan Micah menarik pinggangku dan mendekatkan tubuhnya padaku lalu mencium leherku.
"You smell so good Bianca,"
"I smell like baby powder, karena sebelum kau datang aku mengganti popok si kembar," Nafas Micah saat ia terkekeh berhembus lembut di leherku.
"Aku suka baby powder, I like your smell," Micah mengecup tulang selangka ku lalu mengecup rahang ku, dan menyebabkan tubuhku sedikit bergetar dan dadaku memanas. Micah menangkup wajahku dengan kedua tangannya lalu menatap mataku dalam-dalam.
"Gosh, kau sangat cantik Bianca," Kurasakan pipiku memanas. Micah menatap mataku lalu menatap bibirku.
"Can I kiss this lips?" Aku terkekeh.
"You already kiss this lips at the restaurant Micah"
"That's different, aku ingin menciummu dengan cara yang pantas," Aku menggigit bibir bawahku lalu mengangguk pelan.
"You can..." Micah mendaratkan bibirnya padaku lalu melumatnya dalam-dalam. Kusambut ciumannya dengan penuh gairah dan intens. Ku remas rambut di kepalanya lalu mendorong wajah Micah mendekat agar bibirnya lebih dalam mencium bibirku. Kami mendesah pelan diantara ciuman kami.
Micah menekankan tubuhku untuk lebih dekat ke tubuhnya lalu kulingkarkan kakiku ke pinggangnya seperti koala. Micah menangkup kedua bokongku lalu membopongku menuju kamar tidurnya, kami berciuman sepanjang kami menuju tempat tidurnya. Micah merebahkan tubuhku di tempat tidurnya dengan lembut, dan tak melepaskan pandangannya dariku.
Ia melepaskan kemeja yang sedang ia pakai lalu aku membantunya melepaskan sabuk dan celana panjang miliknya. Ketika aku membantunya Micah mencium seluruh leherku yang terbuka dan tak henti-hentinya memuji kecantikanku.
Aku merasa seperti wanita tercantik di dunia ketika Micah memujiku seperti itu dengan suara seksinya.
Sesaat aku melupakan Seth. Aku melupakan rasaku padanya dan fokus terhadap Micah yang jelas-jelas menyukaiku, dan tak perlu tersiksa dengan rasa yang tak berbalas yang sudah kurasakan semenjak Seth dan aku memutuskan untuk memiliki si kembar.
Micah mengambil bungkus kondom dari laci kecil di samping tempat tidurnya. Aku melepaskan pakaianku dengan dibantu Micah. Ia mengecup setiap punggung ku yang tak tertutup pakaian sampai aku hanya berbalut bra dan celana dalam di hadapannya.
Kututupi bagian perut dan pahaku dengan lenganku karena penuh dengan stretch mark. Aku malu dengan fisikku saat ini, aku wanita yang sudah melahirkan tidak lagi tampak begitu seksi di mata lelaki, apalagi stretch mark yang memenuhi beberapa bagian perut dan pahaku.
"Kenapa kau malu-malu?" Micah menatap perut dan paha yang berusaha kututupi.
"Aku lupa kalau aku punya seluruh goresan di tubuh ku, aku malu Micah," Micah menggeleng lalu menarik tanganku yang sedang menutupi perut dan pahaku dan menatap tubuhku.
"Kau masih tampak seksi bagiku Bianca, you're hot, i don't care with stretch mark," Micah mengecup paha dan perutku, membuatku sedikit bergetar. Micah mengedipkan sebelah matanya padaku dan membuat dadaku sedikit bergemuruh.
"You're good at this doc," Kataku dengan nada menggoda.
"I am... mau bermain dokter dan pasien? Aku siap melakukannya padamu malam ini,"
"Oh, aku akan menjadi pasien yang memiliki keluhan di bibir dan dadaku, aku akan sepenuhnya tanpa busana, agar kau dapat memeriksa tubuhku secara mudah,"
"I like that," Kami berdua terkekeh lalu aku melepaskan bra ku dan melemparnya ke sudut kamar tidur Micah.
"Whoops, kurasa aku memiliki masalah pada suhu tubuhku, hingga aku kepanasan, bisakah kau memeriksa ku?" Micah menangkup kedua dadaku lalu mengecupnya satu persatu.
"Yang mana yang mau kuperiksa?" Aku tertawa geli lalu melumat dalam-dalam bibir Micah.