part 8

41 12 3
                                    

Author PoV

Siang ini Angela duduk di dalam perpustakaan dengan sebuah buku cetak matematika diatas meja dan sebuah kalkulator ilmiah yang memang dipinjamkan bu Rani agar Angela tidak kesusahan nantinya. Well apa yang di lakukan dia disini?

"Hm" seseorang berdeham. Mendengar itu Angela tidak mendongak untuk melihat orang itu. Dia tau siapa yang datang dan orang itu langsung duduk di samping kiri Angela.

"Lo telat 15 men-"kata Angela yang langsung disanggah orang yang duduk di sebelahnya.

"Bukan urusan lo"

"Sekarang itu urusan gw karena lo akan menjadi murid gw"kata Angela sedikit tersenyum.

Senyum itu....... Ah sadar Dit, itu cuma pencitraan Batin Dito.

Yahh Dito lah yang ditunggu-tunggu Angela sedari tadi.

"Dan gw nggak peduli dengan hal itu" balas Dito dengan senyum dan tatapan yang menantang.

"Gw nggak butuh kepedulian lo yang pasti sekarang kita harus mulai karena gw harus segerah pulang."

"Hm" Dito hanya berdeham.

"Keluarin buku lo dulu, gimana bisa bela-"

"Aduhhhh perut gw sakit, bentar-bentar" Dito memegang perutnya dan langsung keluar dari perpustakaan.

"Tapi Dit-" belum sempat Angela berbicara Dito sudah pergi. Oh ayolah, dia hanya mengulur-ulur waktu batin Angela.

*****
Dito keluar dari perpustakaan dengan wajah yang menandakan sebuah kemenangan. Yah Dito memang hanya berpura-pura tadi.

Sebenarnya Dito memang sengajah datang terlambat berharap Angela tidak akan menunggunya. Dan lihat? Angela masi nyaman duduk di sana tanpa ekspresi.

Awalnya Dito menyerah dan langsung masuk kedalam perpustakaan lalu duduk disamping Angela namun setelah melihat buku matematika yang begitu tebal kepalanya serasa ingin meledak. Yah beginilah jika seseorang membenci matematika. Dito memang anak yang pintar tapi dia lebih menekuni pelajaran kimia dan biologi daripada matematika dan Fisika. Tapi apa bedanya kimia dengan matematika? Ahsudahla.. Setelah Angela menyuruhnya membuka buku terbesit ide nakal lagi di dalam otaknya. Yah dia bilang kalau dia sakit perut lalu langsung pergi meninggalkan Angela.

Dito terus berjalan di koridor dan....

Bukkkkk....

"Oh bitch"

Dito terpeleset. Saking senangnya dia sampai tidak melihat bahwa ada tanda lantai basah di depannya.

"Ehhh mas nggak apa-apa?" pak Udin penjaga sekolah sekaligus tukang bersih-bersih itu menghampiri Dito.

"Nggak apa-apa gimana? Nggak liat apa gw kepeleset!" bentak Dito.

"Yah salah masnya si, jalan senyum-senyum sendiri terus nggak merhatiin jalan" kata pak Udin lalu langsung pergi meninggalkan Dito. Seketika itu Dito langsung mengumpat. Pak Udin benar dia berjalan dengan senyum-senyum sendiri dan tidak sadar bahwa lantai ini basah.

"Dito" suara lembut itu membuat Dito mendongak. Dia ingin berdiri namun kakinya serasa sakit. Huww sangat payah, dia seseorang yang tahan banting tapi untuk pertama kalinya dia seperti ini.

"Apa!" bentak Dito.

Cewek itu mendekat lalu sedikit menunduk memegang lengan Dito.

"Gw bantuin" katanya singkat.

"Hm" Dito hanya berdeham.

Setelah Dito berhasil berdiri cewek itu masi tetap merangkulnya dan membantu Dito berjalan.

My Daisy flowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang