Lady Elena mendesah bosan untuk kesekian kalinya. Ia juga sudah sangat lelah berdansa, dan benci harus tetap tersenyum dan diam di tempatnya meskipun sebenarnya ia begitu ingin pergi dan menghilang dari keramaian pesta dansa ini. Tapi lagi-lagi ia tidak bisa melakukannya, lebih tepatnya ia memang tidak boleh melakukannya tidak di saat ibunya, Viscountess of Severn tengah menatap tajam ke arahnya. Memaksanya untuk tetap diam di tempatnya tanpa boleh beranjak seinci pun.
Sialan, rutuk Elena.Karena umurnya yang sebentar lagi menginjak usia sembilan belas tahun, ibunya mulai cerewet dengan semua hal yang dilakukannya dan termasuk dengan semakin mengetatkan pengawasan pada Elena yang menurutnya sangat liar.
Liar? Elena sendiri tidak mengerti bagaimana ibunya bisa menggunakan kata itu untuk menggambarkan dirinya. Mungkin karena ia pernah menampar George, Duke of Devonshire sepupunya. Tapi itu kan tidak di sengaja, lagi pula George juga tidak mempermasalahkannya. Tapi beda lagi dengan orang-orang bermulut besar yang memang senang dengan gosip. Akibat perbuatannya ayahnya harus menaikkan mas kawinnya dua kali lipat agar ia bisa menikah.
Elena memutar bola matanya ketika mengingat kalimat ibunya yang mengharuskannya menikah tahun ini. Yang benar saja! Elena memang ingin menikah, tapi tentu saja ia akan melakukannya dengan pria yang dicintai dan mencintainya. Setidaknya ia ingin memiliki pernikahan sama seperti kedua orang tuanya.
Elena kembali menghela napas ketika melihat tatapan ibunya. Ia begitu ingin pergi dari tempatnya saat ini setelah melihat pemandangan di depannya. Christian Edward Fletcher, Earl of Leicester -pria yang dicintainya- tengah berdansa begitu intim dengan Lady Arabella, Lady paling cantik dan paling diincar sejak debut. Lady yang juga adalah musuhnya ketika sekolah dulu.
Awalnya Elena sempat berpikir Arabella menunda menikah sampai saat ini karena ingin menikah dengan pria yang dicintainya. Tapi Arabella tetaplah Arabella, gadis egois yang selalu ingin mendapatkan yang terbaik, menurutnya. Arabella justru menunda menikah karena ingin menikmati perhatian dan pemujaan dari pria-pria yang begitu menginginkannya.
Itulah yang di lihat Elena, karena memang begitulah yang terjadi.
Dan sekarang lihatlah apa yang terjadi saat ini. Arabella berdansa dengan begitu mesra bersama Chris, pria yang dicintainya. Dari tempat duduknya Elena bisa melihat dengan jelas ketika Chris berbisik di telinga Arabella lalu keduanya tertawa bersama. Begitu mesra, begitu intim seolah mereka hanya berdua.
Tangan Elena terkepal. Ia begitu ingin turun ke lantai dansa, menjambak rambut Arabella dan menyeretnya menjauh dari Chris. Tapi sialnya ia tidak bisa melakukan semua itu karena hal itu hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.
Sialan, kembali Elena mengumpat melihat pemandangan yang membakar hatinya. Ia cemburu. Ia marah dan tentu saja ia tidak terima. Tapi apa yang bisa dilakukannya? Chris bukan miliknya. Yang lebih menyedihkan lagi, Chris seperti tidak menyukainya. Chris begitu antipati dan menjaga jarak dengannya. Bahkan mereka tidak pernah sekedar bertegur sapa, membuatnya frustasi.
Helaan napas Elena menarik perhatian Rose yang beberapa saat lalu duduk di sampingnya setelah menyapa beberapa tamu yang datang bersama suaminya, George.
"Kau kenapa Elena? Apa kau baik-baik saja?"
"Aku hanya sedikit bosan."
"Apa kau tidak memiliki pasangan dansa lagi Elena?" tanya Rose.
Elena mengeluarkan kartu dansa dan melihat hanya beberapa nama yang tertera di sana. Bukan karena tidak ada yang ingin berdansa dengannya, tapi Elana telah menolak mereka dengan berbagai alasan yang pada akhirnya membuat para pria itu menyerah untuk memintanya berdansa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Please!! (Sequel My Beautiful Rose)
Ficción histórica(Revisi sampai Part 23) Lady Elena selalu percaya pada Cinta pada pandangan pertama. Karenanya ketika ia jatuh cinta pada Christian Fletcher, Earl of Leicester, Elena mencoba segala cara untuk mendapatkannya, menjadikan pria itu miliknya, termasuk d...