02. Hari Baru

29 6 6
                                    

~~*~~

Sejak siang hari, awan hitam sudah menggumpal, sudah tak sabr ingin segera menumpahkan air hujan kedasar bumi. Hingga sore, udara malah semakin dingin dan menusuk tulang, terutama bagi Mila yang dibawa Alfi entah kemana.

Alfi sejak tadi selalu diam jika Mila menanyakan kemana mereka akan pergi. Mila masih kelas satu SMP sedang Alfi kelas dua, jadi Mila belum terbiasa pulang sesore ini apalagi dalam keadaan mendung.

"Alfi kita mau kemana sih. Rese banget deh kamu dari tadi, kalo kamu enggak mau ngasih tau kemana tempat tujuan kita. Aku pulang sekarang!" Kata Mila sambil memasang muka Bete dihadapan Alfi.

"Ke taman doang Princess . tuh disana." Ucap Alfi sambil menunjuk sebuah taman yang kira kira lima puluh meter dari tempat mereka berdiri. Mila hanya manggut-manggut saat Alfi telah menunjukan tempat tujuannya.

Mereka berdua kembali berjalan sambil sedikit berlari kecil. Dari pengamatan Mila, terlihat sekali jika Alfi sudah tak sabar untuk sampai ke tempat yang dituju. Namun Mila membuang jauh-jauh pikiran negatif tersebut.

Setelah memasuki area taman, Alfi berkeliling hendak mencari seseorang, dan akhirnya tujuannya sampai pada seorang gadis cantik yang mengenakan seragam sama dengan dirinya. Sepengamatan Mila, gadis itu merupakan Kakak kelas seangkatannya Alfi yang cukup populer, dan banyak digandrungi kaum laki-laki di sekolahnya. Tapi hanya itu yang Mila tahu tentangnya, soal kenapa Alfi mengajaknya bertemu gadis itu l, Mila sama sekali tidak tahu.

"Hai Di, maaf ya nunggu lama. " Sapa Alfi dengan begitu ramah kepada gadis itu. "Tadi harus ngurusin bocah kecil ini dulu, jadinya telat dan harus bikin kamu nunggu lama." Lanjutnya, sambil mengarahkan bola matanya ke Mila yang tengah berada disampingnya.

Mila melotot tajam ke arah Alfi dan membuat gerakan mengepalkan tangan. Hal itu lantas membuat Alfi tertawa dengan keras.

"Apa sih Fi. Enggak boleh ngomong kaya gitu tau sama temen kamu. Oh iya, hai nama aku Diana teman seangkatan Alfi." Suara itu berasal dari gadis yang ternyata bernama Diana. Mila dapat mendengarkan sebegitu halus cara berbicara Diana, membuat Mila membanding-bandingkan dirinya dengan Diana.

"Mila, sahabatnya Alfi." Jawab Mila ketus tanpa melihat Diana sedikitpun. Dia tidak peduli jika nanti Alfi akan marah karena dirinya merespon buruk Diana. Dia hanya tidak suka pada Diana, itu saja tidak lebih.

Alfi menghela nafas panjang. "Jadi Mil, kenapa aku ngajak kamu kesini karena aku mau ngenalin kamu sama Diana. Dan hari ini, di tempat ini juga aku mau nyatain perasaanku kepada Diana." Alfi mengucapkanya dengan tegas, tanpa jeda sedikitpun.

Mila tersenyum pahit mendengar perkataan Alfi. Ini pertama kalinya Mila mendengar Alfi menyatakan cinta kepada orang lain dihadapanya. Dia tahu Alfi memang hanya sahabatnya. namun sampai sekarang, Mila masih belum ingin waktunya bersama Alfi hilang karena Alfi punya orang lain.

Pandangan Mila dan Alfi bertemu untuk sepersekian detik. Ada sakit dalam hati Mila saat melihat tatapan mata Alfi. Mila mendadak lupa bagaimana caranya bernafas. Dia merasa tercekik karena sesak didadanya.

Satu-satunya cara yang bisa Mila lakukan saat ini adalah lari sejauh mungkin. Dia sudah begitu sesak jika hanya berdiri disana. Mila tidak peduli jika Alfi akan marah kepada dirinya, bukankah seharusnya dia yang layak marah.

Dari tempat Alfi, dia terlihat kebingungan dengan suasana seperti ini. Dia khawatir karena Mila yang tiba-tiba lari tanpa pamit apa-apa. Tapi dia juga belum mendapatkan jawaban dari Diana apakah dia diterima atau tidak.

Diana terlihat sedang menarik napas dalam–dalam, lantas berujar pelan, "itu sahabat yang sering kamu ceritain ya?"

Alfi mengangguk sambil mengulas sebuah senyum. "Iya, dia Mila. Maafin dia ya?"

Tiada KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang