Konon katanya, masa SMA adalah masa dimana seseorang akan tumbuh menjadi pribadi yang dewasa. Dimana seorang gadis kecil mulai tumbuh menjadi gadis cantik nan dewasa, juga dengan pria kecil yang akhirnya menjadi pria tampan yang banyak digandrungi para-para gadis seusianya. Banyak suatu keadaan yang terjadi di masa SMA, mungkin salah satunya adalah cinta, ikatan sebuah persahabatan, dan juga manisnya cerita dalam sebuah ruang kelas.
Pagi ini Mila sudah bersiap dengan seragam barunya. Hari ini akan menjadi hari pertamanya menjalani kehidupan masa SMA. Dia menuruni anak tangga, karena kamar kosnya berada di lantai dua. Layaknya sebuah asrama, kos yang Mila tempati memang sudah dilengkapi dengan fasilitas makan pagi dan makan malam. Jadi dia tak perlu susah-susah untuk mencari makan, yang tentu saja itu adalah rekomendasi dari Ilman yang kemarin mengantarnya mencari kos-kosan.
"pagi mbak Risma." Sapa Mila kepada seorang wanita yang sedang menikmati sarapan pagi. Mbak Risma adalah tetangga kamarnya yang sudah dia kenal kemarin malam.
Mbak Risma tersenyum kepada Mila sambil menepuk-nepuk bangku yang ada disebelahnya. "Pagi dek Mila. Sini sarapannya di samping Mbak aja biar kita lebih akrab lagi."
"iya Mbak, bentar aku ambil makan dulu. Udah laper banget ini." Mila menyeringai menampilkan deretan giginya yang putih bersih. Dia berjalan ke sebuah meja yang sudah terisi banyak makanan. Setelah mengambil sarapan, Mila kembali lagi ke meja yang telah Mbak Risma siapkan tadi.
"Mbak Risma ini kuliah apa kerja?". Mila bertanya, memulai obrolan. Kedua tangannya meletakan piring dan gelas di atas meja. Satu suap nasi sudah masuk ke dalam mulut Mila.
"aku kuliah Dek. Tapi kan anak-anak kuliah masih libur." Jawab Mbak Risma sambil menyeruput air putih yang ada di depannya.
"la ini Mbak Risma rapi banget mau kemana?".
"owalah, hehehe aku bosen kan lama-lama cuma di rumah. Jadi iseng-iseng aku nyari kerjaan deh di Jogja. Alhamdulillahnya aku keterima kerja. Jadinya aku sekarang lagi kerja sebelum kuliah lagi nanti. Lumayan lo dek, itung-itung nambah uang jajan." Jawab Mbak Risma dengan sangat antusias.
Mila hanya menganggukan kepala tanda dia paham akan apa yang dikatakan Mbak Risma. Dia semakin mempercepat makannya karena jam sudah menunjukan pukul enam lebih lima. Dirinya bisa telat jika ia terus-terusan bersantai.
Hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk Mila menghabiskan sarapannya. Setelah itu, Mila pamit kepada Mbak Risma untuk berangkat sekolah.
Saat sampai di depan pintu utama, ada seorang bapak-bapak yang seperti tengah mencari seseorang. Merasa kasihan akhirnya Mila menghampiri bapak-bapak itu berniat untuk membantu.
"Bapak nyari siapa ya Pak?" tanya Mila dengan nada yang dilembutkan.
"Anu Mbak, kulo madosi tiang engkang namine Mbak Mila." Jawab Bapak itu dengan bahasa jawa yang Mila tidak pahami. Hanya saja Bapak itu menyebut namanya diakhir kalimat yang dia ucapkan.
"aduh Pak maaf, saya nggak paham bahasa jawa."
"ealah Astagfirullah. Maksut saya, saya lagi nyari yang namanya Mbak Mila."
"Saya Mila Pak. Ada apa ya? Soalnya saya enggak mesen atau menghubungi siapapun pagi ini."
Bapak itu tersenyum ramah, "saya dari Go-Jek Mbak. Tadi ada orang yang pesan Go Car dengan alamat ini buat jemput pacarnya ke Sekolah. Anu itu namanya Mas Ilman." Terang bapak itu sambil tersenyum jail.
Mila sedikit kesal atas yang Ilman katakan kepada Bapak-bapak ini. Pasalnya Ilman mengatakan bahwa Mila adalah Pacarnya. Sedangkan mereka berdua saja baru saling kenal dua hari yang lalu tepatnya saat mereka berada pada kereta yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiada Kita
Teen FictionAda hati yang sama-sama berdetak, namun bukan berati saling memberi cinta. Ada sebuah perlakuan spesial untukmu, belum tentu itu karena cinta. Dirimu saja, yang terlalu membawa hati hingga menciptakan harapan-harapan yang nantinya menyakitimu sen...