Jantung Mila berpacu cepat setelah kejadian beberapa saat lalu terjadi pada dirinya. Saat ini, bayangan pria pemilik mata coklat itu menggerayangi pikirannya terus menerus. Berkali-kali ia mencoba mengenyahkan pikiran itu, berkali-kali pula bayangan itu terus terusan menghantui.
Lamunan Mila tak luput dari pandangan kakak osis yang tengah berbicara di depannya. Karna merasa kesal, kakak osis yang diketahui bernama Angga itu menyadarkan Mila dari lamunan dengan intonasi yang dibuat sedikit berat. Dara yang mengetahui maksud Kakak osis nya itu sontak langsung menyadarkan Mila dari lamunannya.
"Kamu di panggil Kak Angga tuh. " Bisik Dara sangat pelan, takut suaranya mengganggu aktivitas kegiatan saat ini.
Dara tersadar dari lamunannya, dan langsung menegakan kepalanya menatap depan. Pandangannya mencari pria pemilik mata coklat itu yang sekarang entah tidak tahu dimana. Suara bariton milik Angga membuat Mila tersentak kaget lagi.
"Yang duduk di pojokan nomer dua dari depan, silahkan berdiri meninggalkan ruangan ini dan menemui kakak osis yang tengah berdiri di depan pintu" Perintah Angga dengan tegas, orang yang di maksud kakak isinya tersebut adalah Mila.
"Mampus, aku kena Ra." Ucap Mila, memukul jidatnya karna merutuki kebodohannya. Bisa-bisanya dia melamun di hari pertama sekolahnya. Tangannya tak berhenti menampari jidatnya.
"Lagian, kamu juga pake acara ngelamun" Bisik Dara sangat pelan.
Kakak osis bernama Angga itu mengingatkan kembali agar Mila meninggalkan ruangan. Mau tak mau, dia dengan terpaksa berdiri dari kursinya dan mencari orang yang Kakak osisnya jelas kan tadi.
Kakinya gontai melangakah, menghindari tatapan-tatapan aneh dari semua teman-teman seangkatannya juga kakak-kakak osis yang bertugas dalam pelaksanaan MOS. Mati-matian ia berusaha tersenyum agar rasa malu tidak menguasai darinya saat ini.
Setelah tiba di depan pintu, Mila terlonjak kaget saat ada tangan yang menarik pergelangan tangannya. Kepalanya menoleh dan mendapati pria yang sejak tadi hilang dari pandangan matanya. Lagi-lagi orang itu tersenyum, membuat dada Mila bergemuruh tak kuasa melihat senyumnya.
Mata Mila menelisik seluruh badan orang yang ada di depannya. Pandangannya jatuh pada dada sebelah kirinya yang sudah terpasang bad namanya. 'Dafa Bagaskara.'
Mila membaca nama yang tertera di bed jas almamater osisnya."Mila Aznayra" Mata Daffa membaca papan nama yang terkalungkan di leher adek kelas baru nya tersebut. "Silahkan ikut saya menuju lapangan sekarang." Perintah Daffa kepada Mila. Mimik mukanya sama sekali tidak ada yang menyenangkan saat mengatakan 1 kalimat panjang tersebut.
Mila hanya mengangguk pasrah mengikuti kakak OSIS yang sedang berjalan di depannya tersebut. Dalam hatinya tak henti merutuki kebodohan-kebodohan yang tadi dia lakukan hingga membuat dirinya sudah jelas akan mendapat hadiah hukuman di hari pertama sekolahnya.
Setelah berjalan cukup panjang, sampailah mereka berdua di lapangan besar milih sekolah ini. Tempat yang sama saat Mila melakukan upacara untuk pertama kalinya di masa SMAnya. Matanya mengedarkan pandangan di sekitar lapangan. Banyak sekali pohon pohon kecil di pinggir-pinggir lapangan. Ada juga taman-taman yang berisikan bunga-bunga menambah kecantikan lapangan sekolahnya. Lalu matanya tertuju pada satu titik, dimana kakak OSIS nya sekarang sudah berdiri tepat di depannya. Kepala Mila menunduk dalam, takut untuk menatap wajah orang yang ada di depannya.
"Kamu tau kan kesalahan kamu apa, sampai kamu bisa berada disini sama saya?" Tanya Daffa dengan suara yang di tegaskan. Ternyata di balik senyuman nya yang begitu manis, juga matanya yang begitu indah. Kakak kelasnya ini memiliki sifat tegas juga disiplin. Mila hanya bisa mengangguk, takut salah jika harus menjawab pertanyaan apalagi dirinya masih dalam masa orientasi. Sungguh sangat menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiada Kita
Teen FictionAda hati yang sama-sama berdetak, namun bukan berati saling memberi cinta. Ada sebuah perlakuan spesial untukmu, belum tentu itu karena cinta. Dirimu saja, yang terlalu membawa hati hingga menciptakan harapan-harapan yang nantinya menyakitimu sen...