13.

6.5K 814 60
                                    

Nick : kalian pilih mana, ada scene bunuh diri atau scene Jimin tau Yoongi hamidun anaknya? *smirk*




Warn: typo(s)

Tok tok tok, untuk kesekian kalinya pintu bercat biru itu diketuk. Dan untuk kesekian kalinya pula hening menyambut, sang penghuni kamar seolah enggan diganggu. Dengan langkah berat, pelayan yg mengetuk kamar itu turun kelantai bawah.

Jam sudah menunjuk angka 7, namun suasana di ruang makan itu masih hening. Padahal setiap pagi pasti ada saja candaan hangat yg terlontar, namun pagi itu berbeda.

"Tuan Muda Jimin masih tidak menyahut Tuan." Lapor pelayan itu pada Park Minhyung.

Minhyung menghela napas, mengibaskan tangannya tanda menyuruh pelayan itu pergi. Setelah pelayan itu pergi Minhyung menatap anak dan istrinya bergantian, ia memijit pelipisnya pelan.

"Kalian sarapan duluan saja, Appa akan keatas." Minhyung baru akan berdiri ke kamar Jimin, namun terhenti saat Jimin ternyata telah lebih dulu menuruni tangga dengan pakaian santai.

Raut Jimin datar dan tidak bersahabat, mata pria itu sembab dan juga bekas pukulan dan tamparan Ayahnya semalam membekas di wajahnya. Minhyung merasa bersalah melihat kondisi putra sulungnya, tapi ia memilih untuk diam.

"Ayo sarapan bersama Jimin-ah." Ujar Hyejin lembut, mata wanita itu sedikit sembab.

Jimin tak menjawab namun ia duduk di salah satu kursi disana, diujung lain dari meja. Posisi terjauh yg membuat Hyejin menghela napas maklum, wanita itu mengambil nasi dan lauk lalu menaruh piringnya didepan Jimin yg memasang raut datar.

"Makan yg banyak Jimin-ah." Kata Hyejin hendak mengelus pundak pria itu.

Namun seperti biasa, Jimin menepis tangan wanita itu. Hyejin tersenyum sendu saat Jimin menggeser piring itu menjauh dan ia mengambil piring lain, lalu wanita itu kembali ke tempat duduknya dengan langkah berat.

Mereka sarapan dalam diam, suasananya begitu canggung. Sesekali terdengar ringisan dari Jimin yg memakan sarapannya dengan pelan, Hyejin melirik putra tirinya khawatir.

"Aku sudah selesai makan, ayo berangkat Appa." Kata Jisung memecah hening, remaja itu melirik Jimin sekilas.

Minhyung dengan cepat meraih jasnya, "Ne Sungie, aku berangkat yeobo." Pria itu mencium kening Hyejin, seolah tak peduli jika Jimin ada disana dan melihat adegan itu.

"Sungie berangkat Eomma." Bocah itu mencium pipi ibunya bergantian, sambil memasang senyum manis.

Sesak.

"Ne, hati-hati menyetirnya yeobo. Belajar yg rajin Sungie, jangan nakal di sekolah."

Sesak.

Lalu Hyejin mengantar kedua orang tersayangnya ke pintu keluar, meninggalkan Jimin sendirian disana. Mereka anggap Jimin apa? Mereka mengumbar keharmonisan dihadapannya seolah ia tak ada, hati Jimin kembali terluka.

Sesak. Ini menyakitkan, dengan kasar Jimin menaruh sendoknya dan berlalu dari sana. Ia masuk ke kamarnya lagi, kembali bergelung dalam selimut.

Kapan terakhir kali ia berada di posisi Jisung? 15 tahun yg lalu? Ah tepatnya 16 tahun lalu, disaat usaha Ayahnya berada di puncak kesuksesan. Dan ketika ia melihat Ayahnya memperlakukan orang lain seperti ia memperlakukan dirinya dan Ibunya dulu, itu menyesakkan.

Air mata itu kembali mengalir, kenapa harus seperti ini? Bisakah kehidupan lamanya dikembalikan saja? Jimin tak kuat, sesak didadanya terlalu menyesakkan.



























PARTY - MINYOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang