Sisi Lain

620 65 0
                                    

Hari selanjutnya aku semakin dekat dengan mas Doni. Ia mengajariku banyak hal. Bagaimana bisa menulis sesuai EYD? Bagaimana memilih kata yang tepat sesuai cerita yang dibuat. Bagaimana menghidupkan suasana hingga pembaca benar-benar merasakan apa yang tokoh alami di dalam cerita tersebut?

Rencana kami akan pulang jam 8 an malam. Acara selesai sudah sejak jam 3 sore tadi. Mas Doni mengajakku jalan-jalan di sekeliling penginapan. Lagi-lagi ia mengajakku ke cafe, minum segelas kopi.

"Apa kamu merasa kesulitan beberapa hari ini, Vie?"tanya mas Doni sembari mengaduk-aduk kopi.

"Alhamdulillah tidak mas."

"Ya ya. Oh ya, liburan panjang mau kemana?"lanjutnya setengah penasaran.

Aku tak menjawab. Mataku nanar mengamati sekeliling. Dan kemudian terhenti di satu titik. Di sebuah cangkir kopi milikku dimana di cangkir tersebut ada tulisan 'will you be mine?' Dalam hati aku tersenyum. Kreatif sekali pemilik penginapan ini.

"Vie?"suara mas Doni mengagetkanku.

"Ah..eh..i iya mas. Apa eh kenapa mas?"

"Fix. Gak fokus!"

Aku nyengir.

"Apa perlu aku ulangi?"

Ku anggukkan kepala dua kali.

"Libur panjang ini ada rencana pergi kemana? Jawab ya, Vie?"

"Ooh...mau nyantri mas"balasku singkat.

"Apa? Apa aku gak salah dengar?"

Kepalaku menggeleng.

"Kenapa...?"pertanyaan mas Doni menggantung.

"Aku ingin mengaji mas. Mau belajar menghafal Qur'an. Yach, pemanasan. Hehe"

"Memang diijinkan sama orang tua?"

"Awalnya tidak. Tapi aku berargumentasi banyak. Toh papa ku dulu juga jebolan sebuah pondok pesantren. Kenapa aku tidak diijinkan? Akhirnya, selesai writing camp ini aku langsung masuk pondok pesantren mas"

"Belajar mengaji atau mau menenangkan diri dari Jason?"mimik muka mas Doni tidak ada senyumnya sama sekali.

"Jujur atau tidak?"kataku.

"Jujur lebih baik meski itu menyakitkan"jawab mas Andi sok puitis.

"Aku ingin melupakan Jason. Menguburnya dalam-dalam. Aku ingin menjadi Vira yang baru. Vira yang seakan tidak pernah mengenal seorang cowok bernama Jason. Terlepas itu semua, aku memang ingin lebih dekat lagi dengan agamaku"

Mas Doni membisu. Ia melemparkan pandangannya keluar ruangan.

"Dengan begitu, kamu tidak merasa masa remajamu hilang?"

"Tidak sama sekali. Hidup ini pilihan mas. Setahun lagi aku kuliah. Aku harus mampu memberikan yang terbaik untuk diriku sendiri."

"Menurutmu itu terbaik?"

"Oh iya. Sangat terbaik buatku. Mas Doni tahu tidak, kalau aku juga masih suka makan lolly pop. Aku juga sering dimarahin mama karena rumah kotor dan aku malah asyik-asyikan menulis. Aku juga sering banget jajan makanan kecil di warung, beli banyak lalu kusimpan dalam toples. Kupajang diatas meja belajar biar sewaktu-waktu bisa ngemil. Aku juga sering main bareng sahabatku. Banyak mas, terlalu panjang kalau dijelasin"

Cowok di depan ku ini menyeruput kopinya pelan. Dan masih serius mendengarkan ceritaku.

"Aku juga sering kok mencuci baju dan seragam. Ehm, membantu kakakku yang sering menggantikan tugas mama memasak kalau mama sedang pergi arisan dan belum ada makanan di rumah. Bahkan aku bisa menemani adikku Al bermain sepeda, menggambar, mewarnai, dan main sekolah-sekolahan seperti layaknya anak taman kanak-kanak"kuceritakan dengan antusias sekali.

Dear Jason ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang