Chapter 1 : Abelia

1.8K 57 4
                                    

Pagi ini, dia sudah sampai di sekolahnya. Sengaja memang, karena ada janji dengan seseorang. Abel duduk di bangku panjang pinggir lapangan sambil mengayun-ayunkan kakinya. Sesekali menengok jika ada murid yang baru saja datang dari arah gerbang.

Abel menyunggingkan senyumnya saat seseorang itu berjalan dan sesekali sedikit berlari membelah lapangan untuk menghampirinya dengan menenteng tas yang berada di satu lengannya.

"Sorry, kelamaan ya?" Abel menggeleng ringan sambil tersenyum melihatkan lesung pipinya.

Dia duduk di samping Abel. Menyangga kedua tangannya pada bangku itu.

"Lo mau ngomong apa?" Tanya Abel menoleh beberapa derajat.

Dia juga ikut menoleh, memandang manik Abel adalah kesukaannya. "Nanti malam temen gue ngadain party gitu, so diundangannya tertulis harus bawa pasangan masing-masing."

Abel mengkerutkan keningnya. "Terus?"

"Lo mau jadi pasangan gue?" Abel sedikit melebarkan matanya. Menaikan satu alisnya dan bertanya. "Emm... maksudnya?"

"Duh gimana ya jelasinnya. Gue pengen lo nemenin gue nanti malem, ya walaupun kita cuma temen. Lo mau?"

Abel berpikir sejenak. Dia bukanlah siapa-siapanya, kenapa dia menyuruhnya untuk hadir dan menemani dia?

"Kalo lo nggak mau gu...."

"Gue mau." Sambar Abel menunjukkan sederetan giginya.

"Serius?" Tanyanya sambil menyerongkan badannya menghadap Abel.

Abel mengangguk. "Iya."

"Thanks ya, kalo gitu nanti malem gue jemput di rumah. DC-nya lo pake dress warna putih, punya kan?"

"Ada kok," jawab Abel.

"Oh ya, nanti istirahat jangan lupa kesini oke?"

"Iya!"

Dia mencubit hidung Abel dengan gemas. "Gue butuh support dari lo!"

"Masa? Nggak butuh support-nya Dinda?" Tanya Abel menggerakkan dagunya ke atas.

Dia bertopang dagu menatap wajah Abel dengan intens. "Gue butuh dukungan dari semuanya, tanpa terkecuali, Abel."

"E'hm? Kalo gue nggak dateng? Apa lo bakal cari gue?" Tanya Abel.

"Cari keliling dunia, nggak deng. Palingan lo cuma ngumpet di toilet hahaha." Abel mendengus kesal, membuang mukanya menghadap objek lain.

"Gue nggak lihat pertandingan lo pokonya titik!!!" Seru Abel.

Dia meraih dagu Abel dan mengarahkannya agar menatap dirinya. "Bercanda kali."

"Nggak lucu!" Tukas Abel.

"Ya emang, gue kan bukan pelawak."

Abel mendorong lengannya dengan tenaga seadanya. "Alvin gajelas!"

Alvin, orang itu yang dikabarkan dekat Abel. Yang menjadi most wanted di SMA itu. Dia selalu mempunyai banyak cara agar tidak kehabisan topik jika sedang berbincang dengan Abel. Apapun akan dia lakukan untuk Abel.

"Nanti jam berapa?" Tanya Abel.

Alvin menjawab sambil membungkuj untuk membenarkan tali sepatunya. "Pulang sekolah."

"Cuma latihan kan?"

Alvin duduk seperti semula. "Latihannya udah kemarin, nanti pertandingannya. Masa lo nggak tau? Kan lo kapten cheers."

"Hah? Nanti? Gue kira nanti baru latihan, soalnya Dinda kemarin ngasih kabarnya kayak gitu. Gue nggak bawa baju lagi, gimana dong?" Abel menggerutu dalam hati, bisa-bisanya orang itu berbohong soal ini.

SMK VS SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang