Chapter 4 : Meet

938 38 1
                                    

Kini Abel dan Alvin berada di koridor sekolah. Sore ini pertandingan persahabatan akan dimulai beberapa menit lagi. Alvin sudah siap dengan baju basketnya dan Abel sudah siap dengan baju cheerleadersnya.

Abel memegang bahu Alvin. "Semangat! Pokoknya lo harus fokus kepertandingan. oke? Jangan terkecoh sama yang lain."

"Lo juga, yang fokus."

Abel mengangguk. "Syap bos!"

Ujung bibir Alvin terangkat ke atas, membentuk senyum yang manis untuk dilihat. Alvin merapihkan rambut Abel, lalu ia berjalan ke belakang dan menjadikan satu rambut panjang nan tebalnya.

"Mana kuncirannya?" Tanya Alvin.

Abel memberikannya dan Alvin menerimanya. Dia sangat telaten kenali rambut Abel. Terpampang lah leher jenjang Abel. Alvin merogoh saku celananya, mengambil sebuah liontin kalung dan dipasangkan pada leher Abel. Abel sempat terkejut, tetapi hanya sebentar dan digantikan oleh sebuah ukiran senyum. Abel menoleh, mendapati Alvin sedang menyatukan sisi liontin itu. Setelah selesai memasangkannya, Alvin memandang Abel yang juga sedang menatapnya.

"Makasih ya," ucap Abel.

"Gue yang harusnya makasih sama lo, karena selama ini lo udah mau jadi sahabat terbaik gue."

Abel berbalik lalu memeluk Alvin dengan hangat. "Gue bukan yang terbaik, tapi lo yang terbaik."

"Lo nangis?" Alvin mengangkat dagu Abel untuk melihat wajahnya.

Abel kembali menenggelamkan wajahnya pada dada Alvin. Dan Alvin dengan senang hati menerimanya.

"Jaga kalung itu ya." Pinta Alvin melepas pelukannya.

"Pasti."

Alvin mengusap pipi Abel dengan ibu jarinya. "Nanti pulang gue anter."

"Mmm, nggak usah deh, kayaknya nanti gue dijemput."

"Serius?" Tanya Alvin memastikan.

"Iya bawel," jawab Abel.

Abel menatap segerombolan orang yang mengendarai motor dari arah gerbang sekolahnya. "Itu lawan lo ya?"

"Maybe."

Abel meraih kedua tangan Alvin. "Semangat Alvin!"

"Thank you."

"Iya, yaudah sana, udah ditunggu yang lain tuh."

Alvin mengangguk. "Duluan." Alvin maju satu langkah dan tanpa aba-aba lagi...

Cup!

Alvin mengecup pipi Abel lalu melenggang pergi. Abel masih mematung di sana. Tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Begitu cepat dan tidak terduga.

"Habis ini wajib periksa jantung! Huftt deg deg deg deg."

✡✡✡

Zio melepas helmnya. Menatap bangunan yang cukup besar ini. Zio menyisir rambutnya dengan jemari tangannya. Semua murid yang melihatnya seketika melongo. Entah apa yang ada pada pikiran mereka, tetapi satu ada dibenak siswi-siswi itu, ia melihat titisan dewa di sekolahnya.

"Ra, sorry, udah sampai."

Bukan apa-apa, tapi Zio risih dengan Tiara yang memeluk erat dirinya.

Tiara turun sambil melirik tajam para siswi yang menatap rakus ke arah Zio.

"Ra, lo gabung temen-temen lo yang lain aja ya?"

"Oke."

Zio turun dari motornya, menghampiri Arjune dan Yerri. "Gue ke kamar mandi dulu," ucap Zio.

SMK VS SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang