Pertemuan & Tangisan Si Kecil

2.3K 104 2
                                    


"Kaa-chan!"

Seorang anak laki-laki kecil berlari dengan tergesa-gesa. Terlihat kilat ketakutan dari sepasang matanya. Ia berlari ke arah ibunya yang sedang berbincang-bincang dengan ibu-ibu lainnya.

Derapan langkah kakinya terdengar keras. Rambut pirang berkibar tertiup angin. Anak itu mendekati ibunya dengan nafas yang terengah-engah.

"Ada apa, Boruto-kun?" tanya ibunya yang sedang berbincang-bincang dengan ibu-ibu lainnya.

Anak itu menarik-narik rok panjang yang dikenakan ibunya. Matanya ketakutan, ia seperti hampir menangis. Melihat gelagat aneh sang anak, wanita itu berjongkok supaya ia sejajar dengan sang anak.

"Kaa-chan! Tadi boluto lali-lali, tlus ada olang yang nablak pohon! Kelual dalahnya banyak! Boluto yang calah!"Air mata mulai keluar dari anak itu.

Ia takut. Takut bila disalahkan karena ia berlari tanpa melihat ada mobil yang mendekat. Dan yang ia tahu, orang itu mengeluarkan darah banyak. Sebagai anak kecil, ia takut melihat darah.

"Orang kecelakaan? Kok Boruto-kun yang salah? Anak kaa-chan kenapa?" tanya sang ibu. Paras wanita itu masih muda. Umurnya masih sekitar dua puluh tahunan.

"Ji-chan tadi minggil waktu Boluto lali di jalan, tlus ji-chan nablak pohon. Boluto yang bikin ji-chan nablak." anak kecil itu mulai menangis. Sang ibu memeluknya, menenangkannya.

Wanita berambut indigo panjang itu mengelus-elus punggung sang anak, mencoba menenangkan putranya. Ia cemas, baru kali ini ia mendengar putranya berkata seperti itu. Hinata Hyuuga adalah nama wanita berambut indigo itu.

Sosok yang telah menghilang dari kehidupan naruto semenjak empat tahun yang lalu. Wanita itu telah menjadi seorang ibu. Tepatnya seorang ibu dari Boruto Hyuuga, anak kecil yang ada dalam pelukannya sekarang.

"Antar kaa-chan ke sana sekarang ya," kata Hinata sambil memegang lengan Boruto dan mengelap air mata anak kecil itu.

Boruto mengangguk.Tapi, Hinata merasakan firasat. Sebuah firasat yang ingin ia enyahkan dari pikirannya. Firasat tentang Boruto akan segera bertemu ayah kandungnya. Dan... Firasat itu menjadi kenyataan.

Orang-orang berkerumun di sekitar sebuah mobil sedan hitam. Menyaksikan pemandangan seorang pria berambut kuning jabrik yang diam tak bergerak dengan kepala yang berlumuran cairan merah pekat.Tak ada yang bergerak untuk menolongnya.

Padahal, pria itu membutuhkan pertolongan.Nafasnya tersengal-sengal. Ia pingsan. Matasafirnya terkatup rapat. Namun, ia terus mengulang-ulang sebuah kata.

"Hinata..."Terus ia ucapkan tanpa sadar.

Bibirnya bergerak sendiri, mengucapkan nama wanita yang dicintainya. Entah apa yang ada di kesadarannya sampai ia terus-terusan mengulang nama itu walau ia tengah tak sadarkan diri.

"Kaa-chan, i-itu ji-channya..." Boruto menunjuk ke arah mobil. Ia mengajak Hinata menyeruak di antara orang-orang yang mengerumuni mobil itu. Hinata terpaksa menurut saja terhadap putranya, ia tak bisa apa-apa.

Mata putih lavender itu membulat lebar. Tangannya gemetaran, bukan, seluruh tubuhnya gemetaran melihat sosok yang ada di dalam mobil. Kebenciannya meluap-luap melihat naruto. Ia mengepalkan kedua tangannya.Terkejut. Hinata sangat terkejut melihatnya.

ji-chan yang dimaksud Boruto adalah ayah kandung Boruto sendiri. Ya, Naruto Namikaze, ayah kandung dari Boruto, putranya. Terlebih, Naruto dalam keadaan tak berdaya dan terluka parah.

Perasaan benci itu luntur. Ia tak tega, hatinya sebagai wanita tak tega melihat pria yang dicintai sekaligus dibencinya terluka parah dan tidak ditolong sama sekali.Hatinya tergerak.

Please , Come back to me Hinata (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang